A. METODE DESKRIPTIF
Definisi Metode Deskriptif
Metode
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa
orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.
Menurut
Hidayat syah penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menemukan pengetahuan yang sekuas-luasnya terhadap objek penelitian pada
suatu masa tertentu. Sedangkan menurut Punaji Setyosari ia
menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa,
objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel
yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata. Hal
senada juga dikemukakan oleh Best bahwa penelitian deskriptif merupakan metode
penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan
apa adanya.
Sukmadinata
(2006:72) menjelaskan Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada,
baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa
bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan
antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
Penelitian
deskriptif menurut Etna Widodo dan Mukhtar (2000) kebanyakan tidak dimaksudkan
untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya
suatu gejala, variabel, atau keadaan. Namun demikian, tidak berarti semua
penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam
penelitian deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji melainkan bagaimana
berusaha menemukan sesuatu yang berarti sebagai alternatif dalam mengatasi
masalah penelitian melalui prosedur ilmiah.
Penelitian
deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah pengumpulan dan penyusunan data,
tapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut. Oleh
karena itu, penelitian deskriptif mungkin saja mengambil bentuk penelitian
komparatif, yaitu suatu penelitian yang membandingkan satu fenomena atau gejala
dengan fenomena atau gejala lain, atau dalam bentuk studi kuantitatif dengan
mengadakan klasifikasi, penilaian, menetapkan standar, dan hubungan kedudukan
satu unsur dengan unsur yang lain.
Contoh
permasalahan penelitian yang tergolong penelitian deskriptif seperti :
“Bagaimanakah gambaran kebiaasaan membaca di kalangan mahasiswa ?”, “
Bagaimanakah gambarn jumlah putus sekolah di tingkat sekolah dasar ?”,
“Bagaimanakah gambaran pelaksanaan sistem kredit semester di perguruan tinggi
?”.
Menurut
Nazir (1988: 63) dalam Buku Contoh Metode Penelitian, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Menurut Sugiyono (2005: 21)
menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan
untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Menurut Whitney (1960: 160) metode
deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Dapat
dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau
masalah aktual.
Ciri-Ciri
Metode Deskriptif
Terdapat ciri-ciri yang pokok pada metode deskriptif,
antara lain adalah:
1. Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada
saat penelitian dilakukan atau permasalahan yang bersifat aktual
2. Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang
diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang
seimbang.
3. Pekerjaan peneliti bukan saja memberika gambaran
terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji
hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu
masalah.
Jenis
Penelitian Deskriptif
Furchan
(2004) menjelaskan, beberapa jenis penelitian deskriptif, yaitu;
a. Studi kasus
Yaitu suatu penyelidikan intensif
tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan
menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial
yang diteliti. Dalam penelitian ini dimungkinkan ditemukannya hal-hal tak
terduga kemudian dapat digunakan untuk membuat hipotesis.
b. Survei
Studi jenis ini merupakan studi
pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar
jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan
bukan tentang individu. Berdasarkan ruang lingkupnya (sensus atau survai
sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus
tentang hal-hal yang tidak nyata, survei sampel tentang hal-hal yang nyata, dan
survei sampel tentang hal-hal yang tidak nyata.
c. Studi perkembangan
Studi ini merupakan penelitian
yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya bagaimana
sifat-sifat anak pada berbagai usia, bagaimana perbedaan mereka dalam
tingkatan-tingkatan usia itu, serta bagaimana mereka tumbuh dan berkembang. Hal
ini biasanya dilakukan dengan metode longitudinal dan
metode cross-sectional.
d. Studi tindak lanjut
Yakni, studi yang menyelidiki
perkembangan subyek setelah diberi perlakukan atau kondisi tertentu atau
mengalami kondisi tertentu.
e. Analisis dokumenter
Studi ini sering juga disebut
analisi isi yang juga dapat digunakan untuk menyelidiki variabel sosiologis dan
psikologis.
f. Analisis kecenderungan
Yakni, analisis yang dugunakan
untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan memperhatikan
kecenderungan-kecenderungan yang terjadi.
g. Studi korelasi
Yaitu, jenis penelitian deskriptif
yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti.
Menurut
Nazir (1988: 64-65) mengemukakan bahwa ditinjau dari jenis masalah yang
diselidiki, teknik dan alat yang digunakan, serta tempat dan waktu, maka
penelitian dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
·
Metode survei
Metode
survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari
gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik
tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun
suatu daerah. (Nazir, 1988: 65)
Kerlinger
mengemukakan bahwa metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi
besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang
diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif
distribusi, dan hubungan antar variabel. Sosiologi, maupun psikologis.
Survei
pada dasarnya tidak berbeda dengan research (penelitian). Pemakaian kedua
istilah ini kerap kali hanya dimaksudkan untuk memberikan penekanan mengenai
ruang lingkup. Research memusatkan diri pada salah satu atau beberapa aspek
dari objeknya. Sedangkan survei bersifat menyeluruh yang kemudian akan
dilanjutkan secara khusus pada aspek tertentu bilamana diperlukan studi yang
lebih mendalam (Zulnaidi, 2007: 11)
Lebih
lanjut lagi Zulnaidi (2007: 11-12) mengemukakan beberapa studi yang termasuk
dalam metode survei yakni:
·
Survei
kelembagaan (institutional survei)
·
Analisis jabatan/
pekerjaan (job analysis)
·
Analisis
dokumen (documentary analysis)
·
Analisis isi (content
analysis)
·
Survei pendapat
umum (public oppinion survey)
·
Survey
kemasyarakatan (community survey)
Nazir
(1988: 65) dalam bukunya Metode Penelitian, mengemukan terdapat banyak sekali
penelitian yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei, diantaranya
adalah survei masalah kemasyarakatan, survei komunikasi dan pendapat umum,
survei masalah politik, survei masalah pendidikan, dan lain sebagainya.
·
Metode deskriptif kesinambungan
Metode
deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan secara terus
menerus atau berkesinambungan sehingga diperoleh pengetahuan yang menyeluruh
mengenai masalah, fenomena, dan kekuatan-kekuatan sosial yang diperoleh jika
hubungan-hubungan fenomena dikaji dalam suatu periode yang lama.
Menurut Nazir (1988: 65)
mendefinisikan metode deskriptif berkesinambungan atau continuity descriptive
research sebagai kerja meneliti secara deskriptif yang dilakukan secara terus
menerus atas suatu objek penelitian. Salah satu contoh metode penelitian
deskriptif berkesinambungan ini dilakukan oleh Whitney dan Milholland (1930)
yang mempelajari status akademis dari mahasiswa tingkat persiapan dari Colorado
State College of Education pada tahun 1930. Penelitian dilakukan
dalam waktu empat tahun, dengan menelusuri status akademis sejak tingkat
persiapan sampai dengan lulus sarjana muda.
·
Penelitian studi kasus
Penelitian
studi kasus memusatkan diri secara intensive terhadap satu objek tertentu,
dengan cara mempelajari sebagai suatu kasus. Berbagai unit sosial seperti
seorang murid menunjukkan kelainan, sebuah kelompok keluarga, sebuah kelompok
anak nakal, sebuah desa, sebuah lembaga sosial dan lain-lain dapat diselidiki
secara intensive, baik secara menyeluruh maupun mengenai aspek-aspek tertentu
yang mendapat perhatian khusus. (Zulnaidi, 2007: 13)
Menurut
Bogdan dan Bikien (1982) merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar
atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu
peristiwa tertentu.
Menurut
Maxfield (1930: 117-122) dalam Nazir (1988: 66) mendefinisikan penelitian studi
kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenan dengan
suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus
adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang,
sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari
individu, yang kemudian, dari sifat-sifat khas akan dijadikan suatu hal yang
bersifat umum.
Penelitian
studi kasus menurut Stake (2005) terdapat 3 jenis penelitian studi kasus yang
dibagi berdasarkan karakteristik dan fungsinya, yakni:
·
Penelitian studi
kasus mendalam
·
Penelitian studi
kasus instrumental
·
Penelitian studi
kasus jamak
Tidak
berbeda jauh, Creswell (2007) juga membagi penelitian studi kasus menjadi 3
jenis. Dalam penelitian studi kasus tentunya terdapat langkah-langkahnya.
Menurut Yin (1994), terdapat langkah-langkah dalam melakukan penelitian studi
kasus yakni secara singkat seperti di bawah ini:
a) Merancang studi kasus
Dalam
merancang studi kasus, terdapat dua langkah yakni melakukan pembekalan
pengetahuan dan keterampilan serta melakukan pengembangan dan pengkajian ulang
penelitian.
b) Melakukan studi kasus
Dalam
langkah kedua ini terdapat tiga langkah yakni 1) penentuan teknik pengumpulan
data; 2) penyebaran alat pengumpulan data; dan 3) penganalisisan bukti studi
kasus yang terkumpul.
c) Melakukan pengembangan, implikasi, dan saran
Tahap
ini merupakan tahap akhir dari setiap penelitian sebagai upaya melaporkan hasil
penelitiannya kepada semua orang.
Nazir (1988: 68) mengemukakan bahwa langkah-langkah
pokok dalam meneliti kasus adalah sebagai berikut: 1) menemukan rumusan tujuan
penelitian; 2) tentukan unit-unit studi, sifat-sifat serta proses-proses apa
yang akan menuntun penelitian; 3) tentukan rancangan serta pendekatan dalam
memilih unit-unit dan teknik pengumpulan data mana yang digunakan.
Sumber-sumber data apa yang tersedia; 4) kumpulkan data; 5) organisasikan
informasi serta data yang terkumpul dan analisa untuk membuat interpretasi
serta generalisasi; 6) susun laporan dengan memberikan kesimpulan serta
implikasi dari hasil penelitian.
·
Penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas
Menurut
Nazir (1988: 71) dalam buku Metode Penelitian mengemukakan bahwa penelitian
analisa pekerjaan dan aktivitas merupakan penelitian yang ditujukan untuk
menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil
penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan
masa yang akan datang.
Lebih
lanjut Nazir mengemukakan bahwa studi yang mendalam dilakukan terhadap
kelakuan-kelakuan pekerja, buruh, petani, guru, dan lain sebagainya terhadap
gerak-gerik mereka dalam melakukan tugas, penggunaan waktu secara efisien dan
efektif.
·
Penelitian tindakan (action research)
Penelitian tindakan merupakan
penelitian yang berfokus pada penerapan tindakan yang dengan tujuan
meningkatkan mutu atau memecahkan permasalahan pada suatu kelompok subjek yang
diteliti dan diamati tingkat keberhasilannya atau dampak dari tindakannya. Menurut
Grundy dan Kemmis (1990: 322) mengemukakan bahwa penelitian tindakan memiliki
dua tujuan pokok, yaitu meningkatkan (improve) dan
melibatkan (involve). Maksudnya, penelitian tindakan bertujuan
meningkatkan bidang praktik, meningkatkan pemahaman praktik yang dilakukan oleh
praktisi, dan meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan. Penelitian
tindakan juga berusaha melibatkan pihak-pihak terkait, jika penelitian tindakan
dilaksanakan di sekolah, maka pihak terkait antara lain adalah kepala sekolah,
guru, siswa, karyawan, dan orang tua siswa.
Penelitian
ini sering digunakan oleh para peneliti di bidang pendidikan yang sering
disebut sebagai penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).
Menurut
Kemmis dan McTaggart (1982) mengungkapkan bahwa dalam penelitian tindakan kelas
ini terdapat model yang digunakan yakni siklus yang akan selalu berputar.
·
Penelitian Perpustakaan
Penelitian
perpustakaan merupakan kegiatan mengamati berbagai literatur yagn berhubungan
dengan pokok permasalahan yang diangkat baik itu berupa buku, makalah ataupun
tulisan yang sifatnya membantu sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
proses penelitian. Menurut Kartini Kartono (1986: 28) dalam buku Pengantar
Metodologi Research Sosial mengemukakan bahwa tujuan penelitian
perpustakaan adalah untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan
bermacam-macam material yang ada di perpustakaan, hasilnya dijadikan fungsi
dasar dan alat utama bagi praktek penelitian di lapangan.
·
Penelitian Komparatif
Menurut
Sugiono (2005: 11) penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat
membandingkan.
Dalam
buku metode penelitian karangan M. Nazir (1988: 69-70) terdapat keunggulan dan
kelemahan dari metode penelitian komparatif. Keunggulannya adalah sebagai
berikut:
·
Metode komparatif
dapat mensubtitusikan metode eksperimental karena beberapa alasan: 1) jika
sukar diadakan kontrol terhadap salah satu faktor yang ingin diketahui atau
diselidiki hubungan sebab akibatnya; 2) apabila teknik untuk mengadakan
variabel kontrol dapat menghalangi penampilan fenomena secara normal ataupun
tidak memungkinkan adanya interaksi secara normal; 3) penggunaan laboratorium
untuk penelitian untuk dimungkinkan, baik karena kendala teknik, keuangan,
maupun etika dan moral.
·
Dengan adanya teknik
yang lebih mutakhir serta alat statistik yang lebih maju, membuat penelitian
komparatif dapat mengadakan estimasi terhadap parameter-parameter hubungan
kausal secara lebih efektif.
·
Sedangkan
kelemahannya adalah sebagai berikut:
·
Penelitian komparatif
yang bersifat ex post facto, mengakibatkan penelitian tersebut
tidak mempunyai kontrol terhadap variabel bebas
·
Sukar memperoleh
kepastian, apakah faktor-faktor penyebab suatu hubungan kausal yang diselidiki
benar-benar relevan.
·
Interaksi
antarfaktor-faktor tunggal sebagai penyebab atau akibat terjadinya suatu
fenomena menjadi sukar untuk diketahui.
·
Ada kalanya dua atau
lebih faktor memperlihatkan adanya hubungan, tetapi belum tentu bahwa hubungan
yang diperlihatkan adalah hubungan sebab akibat.
·
Mengkategorisasikan
subjek dalam dikhotomi untuk tujuan perbandingan dapat menjurus pada
pengambilan keputusan dan kesimpulan yang salah, akibatnya kategori dikhotomi
yang dibuat mempunyai sifat kabur, bervariasi, samar, menghendaki value
judgement dan tidak kokoh.
Lebih
lanjut lagi Nazir (1988: 70) menjabarkan beberpa langkah pokok dalam studi
komparatif, yaitu: 1) rumuskan dan definisikan masalah; 2) jajaki dan teliti
literatur yang ada; 3) rumuskan kerangka teoritis dan hipotesa-hipotesa serta
asumsi-asumsi yang dipakai; 4) buatlah rancangan penelitian dengan cara memilih
subjek yang digunakn dengan teknik pengumpulan data yang diinginkan, dan
mengkategorikan sifat-sifat atau atribut-atribut atau hal-hal lain yang sesuai
dengan masalah yang ingin dipecahkan, untuk mempermudah analisa sebab akibat;
5) uji hipotesa, membuat interpretasi terhadap hubungan dengan teknik statistik
yang tepat; 6) membuat generalisasi, kesimpulan, serta implikasi kebijakan; dan
7) menyusun laporan dengan cara penulisan ilmiah.
Kriteria
Pokok Metode Deskriptif
Nazir
(1988: 72-73) dalam buku Metode Penelitian, terdapat dua kriteria pokok dalam
metode penelitian deskriptif, yakni kriteria umum dan kriteria khusus.
Kriteria
umum Penelitan Metode Deskriptif
Kriteria umum dari penelitan dengan metode deskriptif
adalah:
·
Masalah yang
dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas
·
Tujuan penelitian
harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum
·
Data yang digunakan
harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini
·
Standar yang
digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas
·
Harus ada deskripsi
yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan
·
Hasil penelitian
harus berisi secara detail yang digunakan baik dalam mengumpulkan data maupun
dalam menganalisa data serta studi kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis
harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan, jika kerangka
teoritis untuk itu telah dikembangkan
Kriteria
khusus Penelitan Metode Deskriptif
Kriteria khusus dari penelitian dengan metode
deskriptif adalah:
·
Prinsip-prinsip
ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value)
·
Fakta-fakta ataupun
prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status
·
Sifat penelitian
adalah ex post facto, karena itu tidak ada kontrol terhadap variabel, dan
peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel.
Variabel dilihat sebagaimana adanya.
Langkah-Langkah
Umum Dalam Metode Deskriptif
Secara
singkat dapat diketahui terdapat beberapa langkah-langkah dalama metode
penelitian deskriptif, yakni 1) Mengidentifikasi adanya permasalahan yang
signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif; 2) Membatasi dan
merumuskan permasalahan secara jelas; 3) Menentukan tujuan dan manfaat
penelitian; 4) melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan; 5)
menentukan kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis
penelitian; 6) mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk
menentukan populasi, sampel, teknik sampling, instrument pengumpulan data, dan
menganalisis data; 7) mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data
dengan menggunakan teknik statistik yang relevan; dan 8) membuat laporan
penelitian.
Untuk
lebih rincinya, Nazir (1988: 73-74) mengungkapakan terdapat berbagai langkah
yang sering diikuti adalah sebagai berikut:
1. Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah
tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada
2. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian
harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah
3. Memberikan limitasi dari
area atau scope atau sejauh mana penelitian deskriptif tersebut akan
dilaksanakan. Termasuk di dalamnya daerah geografis di mana penelitian akan
dilakukan, batasan-batasan kronologis, ukuran tentang dalam dangkal serta
sebarapa utuh daerah penelitian tersebut akan dijangkau
4. Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang
kuat, maka perlu dirumuskan kerangka teoriatau kerangka konseptual
yang kemudian diturunkan dalam bentuk hipotesa-hipotesa untuk diverifikasikan.
Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik, maka kerangka analisa dapat
dijabarkan dalam bentuk-bentuk model matematika
5. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin
dipecahkan
6. Merumuskan hipotesa-hipotesa yang ingin diuji, baik secara eksplisit maupun secara
implisit
7. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan
data yang cocok untuk penelitian
8. Membuat tabulasi serta analisa statistik dilakukan terhadap data yang telah
dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat
dikerjakan dengan unit-unit pengukuran sepadan
9. Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial
yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta referensi khas
terhadap masalah yang ingin dipecahkan
10. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesa-hipotesa
yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan-kebijakan
yang dapat ditarik dari penelitian
11. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah
Penelitian memiliki karakteristik
atau ciri-ciri sebagai berikut :
·
Memusatkan
penyelidikan pada pemecahan masalah aktual atau masalah yang dihadapi pada masa
sekarang.
·
Data yang telah
dikumpulkan disusun dan dijelaskan, kemudian dianalisis dengan menggunakan
teknik analitik.
·
Menjelaskan setiap
langkah penelitian secara rinci.
·
Menjelaskan prosedur
pengumpulan datanya.
·
Memberi alasan yang
kuat mengapa peneliti menggunakan teknik tertentu dan bukan teknik lainnya.
Penelitian deskriptif memiliki
keunikan sebagai berikut :
·
Penelitian deskriptif
menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yang
sangat sedikit, akibatnya bias dalam membuat kesimpulan.
·
Penelitian deskriptif
yang menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh
data yang memadai.
·
Penelitian deskriptif
juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara
jelas, agar di lapangan peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data
yang diperlukan
.
B.
METODE HISTORIS
Defenisi Metode Historis
Penelitian historis adalah penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan.
Sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.
Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
Penelitian historis juga merupakan cara menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
Berdasarkan pendangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:
1. Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu);
2. Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
3. Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
4. Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).
Tujuan Penelitian Historis
Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau.
Penelitian historis juga untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.
Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) menyatakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk :
1. Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau;
2. Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang;
3. Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
4. Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak;
5. Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.
Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan masa mendatang.
Ciri-ciri Penelitian Historis
Beberapa ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah sebagai berikut :
a. Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau.
Penelitian historis adalah penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan.
Sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.
Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
Penelitian historis juga merupakan cara menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
Berdasarkan pendangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:
1. Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu);
2. Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
3. Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
4. Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).
Tujuan Penelitian Historis
Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau.
Penelitian historis juga untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.
Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) menyatakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk :
1. Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau;
2. Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang;
3. Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
4. Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak;
5. Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.
Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan masa mendatang.
Ciri-ciri Penelitian Historis
Beberapa ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah sebagai berikut :
a. Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau.
b. Data yang digunakan lebih banyak bergantung
pada data primer dibandingkan dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik,
baik secara internal maupun eksternal.
c. Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti informasi yang lebih tua yang tidak tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
d. Sumber data harus dinyatakan secara defenitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan[4].
c. Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti informasi yang lebih tua yang tidak tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
d. Sumber data harus dinyatakan secara defenitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan[4].
Langkah-Langkah Dalam Penelitian Historis
Menurut M. Subana dkk. (2005: 88), kerangka penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pendefinisian Masalah
2. Perumusan masalah
3. Pengumpulan data
4. Analisis data
5. Kesimpulan
Contoh :
- Judul :
Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.
- Perumusan masalah :
Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ?
- Pengumpulan data :
Analisis dokumen, wawancara dari sumber primer dan sumber sekunder
- Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas statistic deskriptif.
- Kesimpulan :
Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita.
Sumber Data Penelitian Historis
Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tertulis dan sebagainya.
1. Remain dan Dokumen
Jika sumber sejarah ditinjau dari segi sengaja atau tidak sengajanya bahan atau sumber data tersebut ditinggalkan, maka sumber sejarah dapat dibagi dua, yaitu : remain dan dokumen.
a. Remain atau Relics, yaitu bahan-bahan fisis atau tulisan yang mempunyai nilai-nilai sejarah yang terdapat tanpa suatu kesadaran menghasilkannya untuk suatu keperluan pembuktian sejarah. Peninggalan materi termasuk: alat perkakas, perhiasan-perhiasan kuno, bangunan seperti piramida, candi, senjata-senjata, sendok benda budaya dan sebagainya.
b. Dokumen, yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia dimasa yang lalu. Dokumen tersebut, secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transmisi keterangan. Contoh dari dokumen antara lain buku harian, batu tertulis, daun-daun lontar dan sebagainya.
2. Sumber Primer dan Sekunder
a. Sumber primer adalah tempat atau gudang penyimpan yang orisinil dari data sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Contoh dari data atau sumber primer adalah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, keputusan-keputusan rapat, foto-foto dan sebagainya.
b. Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, atau catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil. Misalnya keputusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan (minutes) dari rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di surat kabar.
Keuntungan dan Kerugian Metode Penelitian Historis
Keuntungan metode penelitian historis
a. Penelitian ini mengijinkan penyelidikan tentang topik-topik dan pernyataan- pernyataan yang tidak dapat di kaji oleh penelitian lain.
b. Penelitian historis merupakan satu-satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti-bukti dari masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pada saat ini.
c. Sebagai tambahan,penelitian historis menggunakan bermacam bukti yang berbeda dibandingkan metode penelitian lainnya ( dengan pengecualian penelitian studi kasus dan etnografi ).
d. Penelitian historis menyediakan suatu alternatife dan mungkin sumber informasi yanglebih kaya tentang topik-topik nyata yang juga dapat di kaji melalui metodologi lainnya
Kerugian metode penelitian historis
a. Tidak adanya kontrol yang mengendalikangangguan terhadap validitas internal.
b. Pembahasan di lakukan oleh sampel dokumen dan proses instrumentasi ( analisis dokumen ) barang kali begitu ketat.
c. Peneliti peneliti tidak dapat menjamin keterwakilan sampel (representativeness of the sample),ataupun apakah mereka dapat memeriksa realibittas dan validitas terhadap penafsiran yang dibuat dari data yang tersedia.
Menurut M. Subana dkk. (2005: 88), kerangka penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pendefinisian Masalah
2. Perumusan masalah
3. Pengumpulan data
4. Analisis data
5. Kesimpulan
Contoh :
- Judul :
Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.
- Perumusan masalah :
Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ?
- Pengumpulan data :
Analisis dokumen, wawancara dari sumber primer dan sumber sekunder
- Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas statistic deskriptif.
- Kesimpulan :
Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita.
Sumber Data Penelitian Historis
Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tertulis dan sebagainya.
1. Remain dan Dokumen
Jika sumber sejarah ditinjau dari segi sengaja atau tidak sengajanya bahan atau sumber data tersebut ditinggalkan, maka sumber sejarah dapat dibagi dua, yaitu : remain dan dokumen.
a. Remain atau Relics, yaitu bahan-bahan fisis atau tulisan yang mempunyai nilai-nilai sejarah yang terdapat tanpa suatu kesadaran menghasilkannya untuk suatu keperluan pembuktian sejarah. Peninggalan materi termasuk: alat perkakas, perhiasan-perhiasan kuno, bangunan seperti piramida, candi, senjata-senjata, sendok benda budaya dan sebagainya.
b. Dokumen, yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia dimasa yang lalu. Dokumen tersebut, secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transmisi keterangan. Contoh dari dokumen antara lain buku harian, batu tertulis, daun-daun lontar dan sebagainya.
2. Sumber Primer dan Sekunder
a. Sumber primer adalah tempat atau gudang penyimpan yang orisinil dari data sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Contoh dari data atau sumber primer adalah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, keputusan-keputusan rapat, foto-foto dan sebagainya.
b. Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, atau catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil. Misalnya keputusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan (minutes) dari rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di surat kabar.
Keuntungan dan Kerugian Metode Penelitian Historis
Keuntungan metode penelitian historis
a. Penelitian ini mengijinkan penyelidikan tentang topik-topik dan pernyataan- pernyataan yang tidak dapat di kaji oleh penelitian lain.
b. Penelitian historis merupakan satu-satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti-bukti dari masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pada saat ini.
c. Sebagai tambahan,penelitian historis menggunakan bermacam bukti yang berbeda dibandingkan metode penelitian lainnya ( dengan pengecualian penelitian studi kasus dan etnografi ).
d. Penelitian historis menyediakan suatu alternatife dan mungkin sumber informasi yanglebih kaya tentang topik-topik nyata yang juga dapat di kaji melalui metodologi lainnya
Kerugian metode penelitian historis
a. Tidak adanya kontrol yang mengendalikangangguan terhadap validitas internal.
b. Pembahasan di lakukan oleh sampel dokumen dan proses instrumentasi ( analisis dokumen ) barang kali begitu ketat.
c. Peneliti peneliti tidak dapat menjamin keterwakilan sampel (representativeness of the sample),ataupun apakah mereka dapat memeriksa realibittas dan validitas terhadap penafsiran yang dibuat dari data yang tersedia.
C.
PENELITIAN KORELASIONAL
Pengertian
Penelitian Korelasional
Gay dalam Sukardi (2008:166) menyatakan penelitian
korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex–post facto karena pada
umumnya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung
mencari adanya suatu hubungan dan tingkat hubungan variabel yang dinyatakan
dalam koefisien korelasi.
Penelitian korelasi merupakan
suatu penelitian yang melibatkan kegiatan pengumpulan data untuk menentukan,
adakah hubungan dan tingkat hubungan antara 2 variabel atau lebih. Penelitian
korelasi dilakukan, saat peneliti ingin mengetahui tentang ada atau tidaknya
dan kuat lemahnya suatu hubungan variabel yang berkaitan dalam suatu objek atau
subjek yang diteliti. Terdapatnya suatu hubungan dan tingkat variabel ini
penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan
dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian
korelasi mempunyai 3 karakteristik penting bagi para peneliti yang akan
menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, diantaranya yaitu:
1. penelitian korelasi tepat bila variabel kompleks dan peneliti tidak
memungkinkan untuk melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti pada
penelitian eksperimen,
2. memungkinkan variabel dilakukan pengukuran secara intensif dalam
setting atau lingkungan nyata, dan
3. memungkinkan peneliti memperoleh derajat asosiasi yang
signifikan.
(Sukardi,2008:166)
Tujuan
Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional memiliki tujuan untuk
menentukan ada apa tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih, kearah
manakah hubungan tersebut positif atau negatif, dan seberapa jauh hubungan yang
ada antara dua variabel atau lebih yang dapat diukur. Misalkan saja sperti
hubungan antara kecerdasan dengan kreativitas, tinggi badan dengan umur, semangat
dengan pencapaian, nilai bahasa Inggris dengan nilai statistika, dan
sebagainya. Tujuan dari penyelidikan korelasional adalah untuk mengungkapkan
atau menetapkan suatu hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat
prediksi atau prakiraan.
Pada penelitian korelasional,
para peneliti umumnya hanya mendasarkan pada penampilan variabel secara natural
atau sebagaimana adanya, tanpa memanipulasi atau mengatur kondisi variabel
tersebut. Oleh karena itu, peneliti sebaiknya mengetahui cukup banyak alasan
yang kuat untuk mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan dalam suatu
penelitian.
Penelitian korelasi lebih
tepat, bila dalam penelitian peneliti memfokuskan usahanya dalam memperoleh
informasi yang bisa menerangkan adanya fenomena atau kejadian yang kompleks
melalui hubungan antar variabel. Sehingga, peneliti juga mampu melakukan
eksplorasi studi menggunakan teknik korelasi parsial, yang mana peneliti
mengeliminasi salah satu pengaruh variabel supaya bisa dilihat hubungan dua
variabel yang dianggap penting saja.
Dalam bidang pendidikan, studi
korelasi umumnya digunakan guna melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel
yang diperkirakan memiliki peranan yang signifikan dalam mencapai proses
pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya mengenai pencapaian hasil belajar dengan
motivasi internal, intensitas kehadiran mengikuti kuliah, belajar strategi, dan
lain sebagainya.
Para peneliti akan tepat
menggunakan penelitian korelasi saat peneliti memiliki beberapa alasan penting,
di antaranya yaitu sebagai berikut.
• Adanya kebutuhan akan informasi bahwa ada hubungan
antarvariabel yang mana koefisien korelasi dapat mencapainya.
• Penelitian korelasi harus memperhitungkan manfaatnya jika
variabel yang muncul tersebut kompleks, dan peneliti tidak mungkin bisa
melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel itu.
• Apabila dalam penelitian memungkinkan untuk melakukan
pengukuran beberapa variabel dan hubungan yang ada dalam setting yang
realistis. Dan alasan penting lain yaitu bahwa penelitian korelasi tepat
dilakukan, bila salah satu tujuan penelitian adalah untuk mencapai formula
prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan terdapatnya asumsi hubungan antar
variabel.
Metode korelasional
memungkinkan untuk para peneliti menganalisis hubungan antara sejumlah besar
variabel dalam suatu studi tunggal. Koefisien korelasi dapat memberikan
ukuran tingkat dan arah hubungan. Penggunaan metode korelasional dapat
ditujukan (1) untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel dan (2) untuk
memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel lain.
Prosedur Dasar Penelitian Korelasional
Prosedur dasar penelitian korelasional dijelaskan
lebih lanjut sebagai berikut ini.
1. Pemilihan Masalah
Studi
korelasional bisa dirancang untuk menentukan variabel manakah dari suatu daftar
variabel yang mungkin berhubungan, maupun untuk menguji hipotesis mengenai
suatu hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian harus
dilakukan seleksi berdasarkan penalaran induktif dan penalaran deduktif. Dengan
kata lain, hubungan yang akan diteliti dan diselidiki haruslah didukung oleh
teori atau diturunkan berdasarkan dari pengalaman.
2. Sampel dan Pemilihan Instrumen
Sampel
untuk studi korelasional dapat dipilih dengan memakai metode sampling yang bisa
diterima, dan 30 subjek dirasa sebagai ukuran sampel minimal yang bisa
diterima. Dalam suatu penilitian, merupakan hal penting untuk memilih dan
mengembangkan pengukuran yang reliabel dan valid terhadap suatu variabel yang
hendak diteliti. Bila variabel tidak memadai dikumpulkan, maka koefisien
korelasi yang diperoleh akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang kurang
bahkan tidak akurat. Kemudian bila pengukuran yang dilakukan tidak secara nyata
benar-benar mengukur variabel yang diinginkan, maka koefisien yang dihasilkan
tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan. Sebagai contoh, peniliti
hendak menentukan hubungan antara hasil belajar matematika dengan hasil belajar
kimia. Bila penrliti memilih dan memakai tes keterampilan berhitung yang valid dan
reliabel, koefisien korelasi yang diperoleh tidak akan menjadi perkiraan yang
akurat dari hubungan yang diinginkan. Keterampilan berhitung siswa hanya
merupakan satu jenis ketrampilan hasil belajar matematika; koefisien korelasi
yang diperoleh akan mengindikasikan hubungan antara hasil belajar kimia dan
satu jenis dari hasil belajar matematika yaitu keterampilan berhitung. Oleh
sebab itu, peneliti haruslah berhati-hati dalam memilih dan memakai instrumen
yang valid dan reliabel bagi tujuan penelitian.
3. Desain dan Prosedur
Desain
korelasional dasar sangatlah sederhana; 2 atau lebih skor yang didapatkan dari
setiap jumlah sampel yang dipilih, 1 skor untuk setiap variabel yang diteliti,
dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang diperoleh
mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut.
Penelitian yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan
prosedur statistik yang kompleks, namun desain dasar tetaplah sama dalam semua
penelitian korelasional
4. Analisis Data dan Interpretasi
Jika
2 variabel dikorelasikan maka hasilnya yaitu koefisien korelasi. Suatu
koefisien korelasi dalam bentuk angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau
0,00 dan – 1,00, yang mengindikasikan tingkat atau derajat hubungan antara 2
variabel. Bila koefisien mendekati + 1,00; maka kedua variabel tersebut
memiliki hubungan yang positif. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang yang
mempunyai skor yang tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor
yang tinggi pula pada variabel yang lain. Dapat juga diartikan suatu
peningkatan pada suatu variabel berhubungan atau diasosiasikan dengan
peningkatan juga pada variabel lain.
Apabila koefisien korelasi mendekati 0,00 kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan. Hal ini dapat diartikan bahwa skor seseorang pada suatu variabel tertentu tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel yang lain. Bila koefisien tersebut mendekati -1,00, maka diartikan kedua variabel memiliki hubungan yang berkebalikan atau negatif. Hal ini diartikan bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang rendah pada variabel yang lain, atau peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan begitu juga sebaliknya.
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana koefisien tersebut akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar koefisien tersebut diperlukan supaya bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang guna menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan pada suatu istilah signifikansi statistiknya. Dalam penelitian prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang tepat dan akurat. Signifikansi statistik mengacu kepada, apakah koefisiensi yang didapatkan berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dihasilkan pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan pada ukuran sampel yang diberikan, peneliti tidak bisa menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi peneliti bisa mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan.
Untuk menentukan signifikansi statistik, peneliti hanya mengonsultasikanya pada sebuah tabel yang mampu mengatakan pada peneliti seberapa besar koefisiensi diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk suatu level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan jika sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek dari pada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, Peneliti akan membutuhkan sekurangnya koefisien 0,6319 supaya bisa menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; pada pihak lain, dengan 102 kasus peneliti hanya memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep seperti ini berarti bahwa peneliti memerhatikan kasus tersebut, saat peneliti akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.
Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, peneliti harus selalu ingat bahwa peneliti hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat akan tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada 1 cara untuk menetapkan hubungan sebab-akibat, yaitu penelitian eksperimen. Jika seseorang menemukan hubungan yang dekat antara 2 variabel, hal tersebut sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa 1 variabel menyebabkan variabel yang lain. Pada kenyataannya, hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.
Apabila koefisien korelasi mendekati 0,00 kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan. Hal ini dapat diartikan bahwa skor seseorang pada suatu variabel tertentu tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel yang lain. Bila koefisien tersebut mendekati -1,00, maka diartikan kedua variabel memiliki hubungan yang berkebalikan atau negatif. Hal ini diartikan bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang rendah pada variabel yang lain, atau peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan begitu juga sebaliknya.
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana koefisien tersebut akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar koefisien tersebut diperlukan supaya bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang guna menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan pada suatu istilah signifikansi statistiknya. Dalam penelitian prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang tepat dan akurat. Signifikansi statistik mengacu kepada, apakah koefisiensi yang didapatkan berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dihasilkan pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan pada ukuran sampel yang diberikan, peneliti tidak bisa menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi peneliti bisa mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan.
Untuk menentukan signifikansi statistik, peneliti hanya mengonsultasikanya pada sebuah tabel yang mampu mengatakan pada peneliti seberapa besar koefisiensi diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk suatu level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan jika sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek dari pada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, Peneliti akan membutuhkan sekurangnya koefisien 0,6319 supaya bisa menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; pada pihak lain, dengan 102 kasus peneliti hanya memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep seperti ini berarti bahwa peneliti memerhatikan kasus tersebut, saat peneliti akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.
Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, peneliti harus selalu ingat bahwa peneliti hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat akan tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada 1 cara untuk menetapkan hubungan sebab-akibat, yaitu penelitian eksperimen. Jika seseorang menemukan hubungan yang dekat antara 2 variabel, hal tersebut sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa 1 variabel menyebabkan variabel yang lain. Pada kenyataannya, hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.
Macam-Macam Studi Korelasional
1. Studi Hubungan
Studi
hubungan biasanya dilakukan dalam usaha mendapatkan pemahaman faktor apa saja
atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, misalnya seperti
hasil belajar akademik, konsep diri dan motivasi. Variabel yang diketahui tidak
mempunyai hubungan dapat dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan yang
selanjutnya. Identifikasi variabel yang berhubungan dapat membantu beberapa
tujuan utama. Pertama, studi hubungan dapat memberikan arah untuk melanjutkan
studi kausal-komparatif ataupun eksperimental.
Dalam studi kausal - komparatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin saja berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya agar tidak bercampur dengan pengaruh variabel bebas. Studi hubungan dapat membantu peneliti mengidentifkasi variabel-variabel seperti itu, yang berguna untuk mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel bebas yang sesungguhnya.
Dalam studi kausal - komparatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin saja berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya agar tidak bercampur dengan pengaruh variabel bebas. Studi hubungan dapat membantu peneliti mengidentifkasi variabel-variabel seperti itu, yang berguna untuk mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel bebas yang sesungguhnya.
2. Studi Prediksi
Bila
variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat
dipakai untuk memprediksikan skor pada variabel yang lainnya. Sebagai contoh,
Peringkat SMA, dapat dipakai untuk memprediksikan peringkat di perguruan
tinggi. Variabel yang mendasar pembuatan diacu sebagai kriteria.
Studi prediksi sering dilakukan guna memudahkan dalam pengambilan suatu kesimpulan mengenai individu atau membantu dalam pemilihan individu. Studi prediksi juga dijalankan guna menguji hipotesis teoretis tentang variabel yang dipercaya menjadi pediktor pad suatu kriteria, dan guna menentukan validitas prediktif dari instrumen pengukuran individual. Sebagai contoh, hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan level keberhasilan yang kemungkinan diperoleh individu pada mata pelajaran tertentu, mislanya aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan individu mana yang kemungkinan sukses di perguruan tinggi atau untuk memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin yang paling sukses.
Bila beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari beberapa variabel tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan hanya pada salah satu darinya. Sebagai contoh, prediksi kesuksesan di perguruan tinggi umumnya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti rangking dalam peringkat kelas, peringkat SMA, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Meskipun terdapat beberapa perbedaan utama antara studi prediksi dengan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel kompleks.
3. Korelasi dan Kausalitas
Studi prediksi sering dilakukan guna memudahkan dalam pengambilan suatu kesimpulan mengenai individu atau membantu dalam pemilihan individu. Studi prediksi juga dijalankan guna menguji hipotesis teoretis tentang variabel yang dipercaya menjadi pediktor pad suatu kriteria, dan guna menentukan validitas prediktif dari instrumen pengukuran individual. Sebagai contoh, hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan level keberhasilan yang kemungkinan diperoleh individu pada mata pelajaran tertentu, mislanya aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan individu mana yang kemungkinan sukses di perguruan tinggi atau untuk memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin yang paling sukses.
Bila beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari beberapa variabel tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan hanya pada salah satu darinya. Sebagai contoh, prediksi kesuksesan di perguruan tinggi umumnya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti rangking dalam peringkat kelas, peringkat SMA, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Meskipun terdapat beberapa perbedaan utama antara studi prediksi dengan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel kompleks.
3. Korelasi dan Kausalitas
Penelitian
korelasional merupakan suatu studi bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antar
variabel melalui penggunaan statistik korelasional (r). Kuadrat dari koefisien
korelasi akan menghasilkan varians yang dijelaskan (r-square). Suatu hubungan
korelasional antara 2 variabel kadang kala merupakan hasil dari sumber lain,
jadi peneliti haruslah hati-hati dan korelasi tidaklah harus menjelaskan sebab
dan akibat. Bila suatu hubungan yang kuat ditemukan antara 2 variabel,
kausalitas dapat diuji melalui pemakaian pendekatan eksperimental.
Berbagai rancangan penelitian korelasional umumnya didasarkan pada asumsi bahwa realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi dan dipengaruhi oleh sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linier, seperti dalam penelitian eksperimental. Dengan demikian, dinamika suatu sistem-bagaimana setiap bagian yang lain-lebih penting kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional seperti analisis jalur (path analysis) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel designs) membolehkan pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah kuantitatif (ibid).
Berbagai rancangan penelitian korelasional umumnya didasarkan pada asumsi bahwa realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi dan dipengaruhi oleh sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linier, seperti dalam penelitian eksperimental. Dengan demikian, dinamika suatu sistem-bagaimana setiap bagian yang lain-lebih penting kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional seperti analisis jalur (path analysis) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel designs) membolehkan pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah kuantitatif (ibid).
Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan dianataranya, yaitu (1)
korelasi bivariat, (2) regresi dan prediksi (3) regresi jamak, (4) analisis faktor,
dan (5) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan kausal.
(Shaughnessy & Zechmeister,2000:2-5). Rancangan penelitian tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
a. Korelasi Bivariat
Rancangan
penelitian korelasi bivariat merupakan suatu rancangan penelitian yang memiliki
tujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara 2
variabel tersebut diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
tersebut, umumnya diungkapkan
dalam angka antara -1 dan +1, tingkatan hubungan itu dinamakan koefisien
korelasi. Korelai zero (0) mengindikasikan tidak adaanya hubungan
antarvariabel. Koefisiensi korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan
korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan dengan semakin
tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain
dan begitu pula sebaliknya. Hubungan antara prestasi dan motivasi belajar
merupakan contoh korelasi positif. Sedangkan, hubungan antara sehat dan sres
merupakan contoh korelasi negatif.
b. Regresi dan Prediksi
Bila
terdapat korelasi antara 2 variabel, dan peneliti mengetahui skor pada salah
satu variabel, peneliti dapat meprediksikan skor pada variabel kedua. Regresi
merujuk pada seberapa baik peneliti bisa membuat prediksi semacam ini.
Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik yang bernilai -1 maupun +1,
prediksi peneliti dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara
kesehatan dan stres. Jika peneliti mengetahui skor stres seseorang, maka
peneliti mampu memprediksikan skor kesehatan seseorang tersebut dimasa yang
akan datang.
c. Regresi Jamak (Multiple
Regression)
Regresi jamak adalah perluasan regresi dan prediksi
sederhana dengan menambahkan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini
dapat memberikan lebih banyak kekuatan kepada peneliti untuk membuat prediksi
yang lebih akurat. Apa yang peneliti prediksikan disebut variabel kriteria
(criterion variabel). Apa yang peneliti gunakan untuk membuat prediksi,
sedangkan variabel-variabel yang telah diketahui, disebut variabel prediktor
(predictor variables).
Jika peneliti tidak hanya
mengetahui skor stres, akan tetapi juga mengetahui skor perilaku kesehatan atau
seberapa baik seseorang memperhatikan dirinya sendiri, dan bagaimana kesehatan
seseorang selama ini secara umum sehat atau sakit, maka peneliti akan lebih
dapat memprediksikan secara lebih tepat status kesehatan seseorang tersebut.
Dengan demikian, terdapat tiga variabel prediktor stres, perilaku kesehatan,
dan status kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di
masa akan datang.
d. Analisis faktor
Prosedur
statistik yang satu ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar
variabel dikorelasikan dan terdapatnya antar korelasi yang tinggi
mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
Sebagai contoh, peneliti dapat
mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, mental, emosi, dan spiritual.
Setiap pertanyaan akan memberikan kepada peneliti suatu skor. Korelasi yang
tinggi baik positif itu maupun negatif antara beberapa skor ini akan
mengindikasikan faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan berbeda
yang dapat diberikan, yang kemungkinan dapat mengukur faktor kesehatan
emosional. Dalam kasus ini akan terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan
tentang marah, depresi, cemas, dan seterusnya. Atau di lain pihak, bila
masing-masing pertanyaan merupakan faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang
kecil antara pertanyaan yang berhubungan dengan marah, depresi, cemas, dan
seterusnya.
e. Rancangan Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan
KausalTerdapat 2 rancangan yang bisa digunakan guna membuat
pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional.
Rancangan tersebut yaitu rancangan analisis jalur (path analysis design) dan
rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan
yang mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel
lainnya. Sebagai contoh, peneliti mengetahui adanya suatu hubungan antara
kesehatan dan stres. Analsis jalur digunakan untuk memperlihatkan bahwa
terdapat jalur kecil melalui psikologi, jalur utama yang berhubungan dengan
kesehatan dan stres melalui perilaku sehat. Artinya kita mengetahui bahwa stres
memengaruhi faktor-faktor psikologi seperti coronary dan fungsi-fungsi
kekebalan. Kita juga mengetahui bahwa kita stres, kita menghentikan
kehati-hatian terhadap diri kita, kita kurang tidur, makan kurang baik, gagal
memperoleh latihan-latihan yang layak, dan seterusnya. Penelitian
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara stres, perilaku
sehat, dan kesehatan daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan.
Penelitian ini menggunakan statistik korelasi untuk menggambarkan kesimpulan
ini.
f. Analisis Sistem (System Analysis)
Analisis
sistem melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang kompleks atau rumit guna
menentukan proses dinamik, mislanya seperti perubahan sepanjang waktu, jerat
umpan balik, serta aliran dan unsur hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis
digunakan untuk menggambarkan atau membuat diagram perbedaan antara SMP yang
berhasil dan SMP yang gagal. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru
terhadap usaha pengajaran, performasi siswa, dan performasi siswa.
Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu.
Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
Kesalahan-kesalahan yang sering kali
dilakukan oleh peneliti dalam penelitian korelasional yaitusebagai berikut.
• Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
• Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
• Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
• Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
• Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
• Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
• Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
• Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur
• Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
• Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
• Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
• Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
• Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
• Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
• Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
• Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur
Kelebihan
dan Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional mempunyai kelebihan antara lain yaitu: kemampuannya untuk
menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan);
dan penelitian korelasional juga mampu memberikan informasi tentang
derajat kekuatan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Selanjutnya,
penelitian ini bermanfaat untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang
pendidikan, sosial, ekonomi. Penelitian korelasional ini juga memungkinkan
untuk menyelidiki beberapa variabel yang diselidiki secara intensif dan
penelitian ini bisa melakukan analisis prediksi tanpa membutuhkan sampel yang
besar.
Sedangkan, untuk kelemahan penelitian korelasional diantaranya: hasilnya hanya mengidentifikasi sesuatu sejalan dengan sesuatu, tidak harus menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; bila dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional ini kurang tertib dan ketat, karena kurang melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebasnya; pola saling berhubungan itu sering tidak menentu dan kabur atau kurang jelas; sering merangsang penggunanya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukan berbagai data tanpa melakukan pemilihan dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
Sedangkan, untuk kelemahan penelitian korelasional diantaranya: hasilnya hanya mengidentifikasi sesuatu sejalan dengan sesuatu, tidak harus menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; bila dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional ini kurang tertib dan ketat, karena kurang melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebasnya; pola saling berhubungan itu sering tidak menentu dan kabur atau kurang jelas; sering merangsang penggunanya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukan berbagai data tanpa melakukan pemilihan dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
D. Metode Penelitian Kausal Komparatif
Pengertian Metode
Penelitian Kausal Komparatif
Studi kausal-komperatif adalah
suatau penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan skema hubungan dan
pengaruh yang lebih dalam dari dua tau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek
yang diteliti. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan penyebab atau alasan
adanya perbedaan prilaku atau status kelompok indifidual. Studi
kausal-komperatif ini merupakan tindak lanjut dari studi korelasional. Jika
studi korelasional menggambarkan derajat hubungan antara dua atau lebih
fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti, maka studi kausal-komperatif
menggambarkan sedemikian rupa hubungan sebab akibat ( sumanto, 1995:107)
Penelitian
kausal komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu
variabel (objek penelitian), antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda
dan menemukan hubungan sebab-akibatnya (Marzuki, 1999:122). Sementara itu,
menurut Kerlinger (dikutip Emzir, 2010:119) penelitian kausal komparatif (causal
comparative research) yang disebut juga penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis di mana peneliti tidak
mengendalikan variabel bebas secara langsung karena keberadaan dari variabel
tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat
dimanipulasi.
Kemudian,
Gay (dikutip Emzir, 2010:119) mengemukakan bahwa studi kausal komparatif atau ex post facto adalah penelitian yang berusaha menentukan penyebab
atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam
kelompok individu. Dengan kata lain, penelitian kausal komparatif adalah
penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat berdasarkan
pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi
penyebab melalui data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini pendekatan
dasarnya adalah memulai dengan adanya perbedaan dua kelompok dan kemudian
mencari faktor yang mungkin menjadi penyebab atau akibat dari perbedaan
tersebut.
Berdasarkan
pengertian diatas, sebagian ahli menyebutkan ex post facto(bahasa latin ‘setelah fakta’) karena peneliti tidak memulai
prosesnya dari awal, melainkan langsung melihat hasilnya. Dari hasil yang
diperoleh tersebut peneliti mencoba mencari sebab-sebab terjadinya peristiwa
itu (Subana dan Sudrajat, 2009:42).
Dalam
bidang pendidikan penelitian kausal komparatif ini tepat digunakan apabila
penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dan pengaruh antara
dua variable. Nilai penelitian kausal komparatif terletak pada upaya
menggambarkan hubungan sebab akibat dan pengaruh tertentu berdasarkan kerangka
teori pendidikan tertentu. Contohnya penelitian pengaruh tingkat sosial ekonomi
orang tua terhadap prestasi belajar siswa dapat menggunakan metode ini.
Tujuan dari Metode Penelitian Kausal Komparatif
Tujuan
penelitian kausal-komperatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan
sebab akibat dengan cara : berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari
kembali faktor yang mungkin terjadi penyebab melalui data tertentu. Hal ini
berlainan degan metode eksperimental yang mengumpulkan datanya pada waktu kini
dalam kondisi yang dikontrol.
Ciri-ciri Metode
Penelitian kKusal Komparatif
Penelitian
kausal komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan
setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti
mengambil satu atau lebih akibat (sebagai “dependent variable”) dan menguji
data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab,
saling hubungan, dan maknanya.
Langkah langkah Metode
Penelitian Kausal Komparatif
Menurur
Emzir (2010:125) penelitian kausal komparatif dilakukan dalam lima tahap yakni,
(1) merumuskan masalah, (2) menentukan kelompok yang memiliki karakteristik
yang ingin diteliti, (3) pemilihan kelompok pembanding, (4) pengumpulan data,
dan (5) analisis data.
Sementara itu,
terdapat pula langkah-langkah pokok dalam studi kausal komparatif sebagai
berikut.
(1) Definisikan masalah.
(2) Lakukan penelaahan
keperpustakaan.
(3) Rumuskan hipotesis-hipotesis.
(4) Rumuskan asumsi-asumsi yang
mendasari hipotesis-hipotesis itu serta prosedur-prosedur yang akan digunakan.
(5) Rancang cara pendekatannya:
a. Pilihlah subjek-subjek yang akan
digunakan serta sumber-sumber yang relevan;
b. Pilihlah atau susunlah teknik
yang akan digunakan untuk mengumpulkan data;
c. Tentukan kategori-kategori
untuk mengklasifikasi data yang jelas, sesuai dengan tujuan studi, dan dapat
menunjukkan kesamaan atau saling berhubungan.
(6) Validasikan teknik untuk
mengumpulkan data itu, dan interpretasikan hasilnya dalam cara yang jelas dan
cermat.
(7) Kumpulkan dan analisis data.
(8) Susun laporannya.
Contoh-contoh Metode
Penelitian Kausal Komparatif
(1) Penelitian mengenai
faktor-faktor yang menjadi ciri-ciri pribadi yang gampang dan tidak gampang
mendapat kecelakaan dengan menggunakan data yang berwujud catatan –catatan yang
ada pada perusahaan asuransi.
(2) Mencari pola tingkah laku dan
prestasi belajar yang berkaitan dengan perbedaan umur pada waktu masuk sekolah,
dengan cara menggunakan data deskriptif mengenai tingkah laku dan skor test
prestasi belajar yang terkumpul sampai anak-anak yang bersangkutan kelas VI SD.
(3) Penelitian untuk menentukan
ciri-ciri guru yang efektif dengan mempergunakan data yang berupa catatan
mengenai sejarah pekerjaan selengkap mungkin.
(4) Misalnya seorang dosen mata
kuliah berbicara mewajibkan mahasiswa tingkat I jurusan bahasa Indonesia
dihadapan teman-temannya. Diketahui ternyata ada lancar dan ada yang tidak,
khususnya dalam menggunakan bahasa Indonesia, padahal mereka padahal mahasiswa
jurusan bahasa Indonesia. Dapat digunakan judul “Pengaruh Bahasa Ibu,
Lingkungan di Luar Rumah, dan Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA terhadap
Kemahiran Berpidato Mahasiswa Tingkat I Jurusan Bahasa Indonesia”.
Identifikasi masalah:
1. Penelitian beranggapan bahwa
ada hubungan kausal antara ketiga faktor pada judul diatas terhadap kemahiran
berpidato. Pelajaran bahasa Indonesia di SMA berpengaruh terhadap kemahiran.
2. Variabel
bebas :
1)
Bahasa ibu
2)
Lingkungan di luar rumah
3)
Pelajaran bahasa indonesia di SMA
3
.Variabel terikat : Kemahiran berpidato
4. Rumusan Masalah: “Apakah
faktor-faktor bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran bahasa
indonesia di SMA berpengaruh terhadap kemahiran berpidato”.
5. Hipotesis : “faktor-faktor
bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran bahasa indonesia di SMA
berpengaruh secara signifikan terhadap kemahiran berpidato mahasiswa jurusan
bahasa indonesia.
Keunggulan-keunggulan Metode Penelitian Kausal Komparatif
1. Metode kausal-komperatif adalah
baik untuk keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu eksperimental, tak
dapat digunakan:
a. Apabila tidak selalu mengkin
untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor yang perlu untuk
menyelidiki hubungan sebab-akibat secara langsung.
b. Apabila pengontrolan terhadap
semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat,
yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.
c. Apabila kontrol di laboratorium
untuk berbagai tujuan penelitian dalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang
dari segi etika diragukan/dipertanyakan.
2. Studi kausal-komperatif
menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang
dipersoalkan: apa yang sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan
dan pola yang bagaimana, dan sejanis dengan itu.
3. Perbaikan-perbaikan dalam hal
teknik, metode statistik, dan rancangan ddengan kontrol parsial, pada
akhir-akhir ini telah membuat studi kausal-komperatif itu lebih dapat
dipertanggung jawabkan.
Kelemahan-kelemahan
Metode Penelitian Kausal Komparatif
1. Kelemahan utama setiap
rancangan ex post facto adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. Dalam
batas-batas pemilihan yang dapat dilakukan, penelitian harus mengambil
fakta-fakta yang dijumpainya tanpa kesempatan untuk mengatur kondisi-kondisinya
atau memanipulasikan variabel-variabel yang mempengaruhi fakta-fakta yang
dijumpainya itu. Untuk dapat mencapai kesimpulan yang sehat, peneliti harus
mempertimbangkan segala alasan yang mungkin ada atau hipotesis-hipotesis
saingan yang mungkin diajukan yang mungkin mempengaruhi hasil-hasil yang
dicapai. Sejauh peneliti dapat dengan sukses membuat justifikasi kesimpilannya
terhadap alternatif-alternatif lain itu, dia ada dalam posisi yang secara
relatif kuat.
2. Adalah sukar untuk memperoleh
kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup
dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.
3. Kenyataan bahwa faktor penyebab
bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai
faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek nyang disaksikan,
menyebabkan soalnya sangat kompleks.
4. Suatu gejala mungkin tidak
hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan
oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian
lain.
5. Apabila saling hubungan antara
dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab
dan mana yang akibat.
6. Kenyataan bahwa dua, atau
lebih, faktor saling berhungan tidaklaj mesti memberi implikasi adanya hubungan
sebab-akibat. Kenyataan itu mungkin hanyalah karena faktor-faktor tersebut
berkaitan dengan faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terobservasi.
7. Menggolong-golongkan subjek ke
dalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh) untuk
tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori
semacam itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tidak mantap. Seringkali penelitian
yang demikian itu tidak menghasilkan penemuan yang berguna.
8. Studi komperatif dalam situasi
alami tidak memungkinkan pemilihan subjek secara terkontrol. Menempatkan
kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali
dalam hal dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar.
E.
METODE EKSPERIMEN
Pengertian Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen merupakan
suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan. Penelitian
eksperimen, tentu saja dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis. Karena itu,
setelahnya masalah dibatasi dengan tegas, peneliti perlu mengembangkan
hipotesis yang akan di ujinya. Dalam pengujian dimaksud hipotesisnya
boleh jadi bisa diterima tapi bisa juga ditolak. Diterima atau ditolaknya
hipotesis itu, tergantung pada hasil observasi terhadap hubungan variabel pada
objek eksperimen.(http://sucifitrianti.blogspot.com/2013/10/makalah-penelitian-eksperimen.html)
Menurut
Hadi (1985) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara
sengaja oleh peneliti. Latipun (2002) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen
merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi terhadap
perilaku individu yang diamati yang bertujuan untuk mengetahui akibat
manipulasi.
Menurut Sukardi (2011:180),
penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu
penelitian di dalam laboratorium dan di luar laboratorium. Sehubungan dengan
subjek dalam pendidikan adalah siswa, penelitian yang paling banyak dilakukan
adalah di luar laboratorium. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa keunggulan
yang dimiliki oleh penelitian di luar laboratorium. Selain itu, penelitian
eksperimen juga lebih cocok dilakukan dalam bidang pendidikan. Hal
ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut:
a) metode
pengajaran yang lebih tepat disetting secara alami dan dikomparasikan di
dalam keadaan yang tidak biasa;
b) penelitian
dasar dengan tujuan menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan yang
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah.
Berdasarkan definisi dari beberapa
ahli dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau
perlakuan terhadap subjek penelitian dan menguji hipotesis tentang ada-tidaknya
pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain atau yang sama
sekali tidak diberikan tindakan dengan kondisi yang terkendali.
Variabel dan Subyek Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen memiliki khas
yaitu menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain
dan menguji hipotesis hubungan sebab-akibat. Variabel penelitian pada
dasarnya segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya. Menurut Hats dan Faraday (1981) variabel didefinisikan
sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu
orang dengan orang yang lain atau satu obyek dengan obyek yang
lain. (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
Dalam penelitian eksperimen dikenal
tiga kelompok variabel yaitu variabel eksperimen (variabel yang diberikan
treatment/tindakan), variabel kontrol atau pembanding dan variabel luar
(extraneous variabel) yaitu variabel pengganggu yang sulit untuk diprediksi dan
dikendalikan tetapi mempengaruhi hasil penelitian. (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
Eksperimen dimulai dengan
mengembangkan hipotesis hubungan sebab-akibat anatara variabel terikat dan
variabel bebasnya. Selanjutnya dilakukan berturut-turut pengukuran nilai
(kualitas) variabel terikatnya (pretest), mengenakan perlakuan (kondisi
pengubah nilai) terhadap variabel bebasnya, dan mengukur kembali nilai variabel
terikatnya (posttest) untuk melihat ada tidaknya perubahan nilai.
Masalah pokok dalam melaksanakan
eksperimen adalah menjaga kondisi eksperimen sedemikian sehingga tidak ada
faktor lain yang sempat menyertai jalannya eksperimen yang dapat mengacaukan
atau mengaburkan pengukuran hasil penelitian (posttest). Dalam penelitian
pendidikan, variabel yang bisa dimanipulasi termasuk metode pengajaran, jenis
penguatan, pengaturan lingkungan belajar, jenis materi belajar dan ukuran
kelompok belajar. Variabel terikat juga diacu sebagai variabel kriteria atau
variabel pengaruh dari hasil studi. Perubahan atau perbedaan dalam kelompok
dipercaya sebagai suatu hasil manipulasi variabel bebas.
Suatu penelitian, termasuk
eksperimen, perlu menetapkan target populasi. Untuk penelitian eksperimen
dibutuhkan keadaan populasi yang relatif homogen. Homogenitas populasi ini
berguna bagi kemudahan dalam pengambilan sampel dan perlakuan yang hendak
diberikan. Jika upaya homogenitas ini dicapai secara maksimal, maka sangat
membantu peningkatan validitas penelitian. Homogenitas subyek penelitian dapat
dicapai dengan membatasi ciri populasi, diantaranya :
1. Aspek
tempat atau geografis, merupakan tempat tinggal subjek (provinsi, kabupaten,
sekolah).
2. Aspek
subjek sendiri, seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, dll.
3. Aspek
sosial, yang mencakup kelas sosial, keluarga, dan lingkungan sosial.
Penelitian biasanya
dilakukan terhadap sampel, yaitu sebagian dari populasi. Subjek penelitian yang
menjadi sampel seharusnya representatif populasinya. Kerepresantatifan sampel
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Jumlah
sampel
Jumlah sampel
merupakan banyaknya kelompok sampel yang dibutuhkan dalam suatu
eksperimen. Jumlah sampel ini ditentukan oleh desain eksperimennya. Contohnya,
jika suatu eksperimen dilakukan untuk melakukan komparasi dua macam perlakuan
misalnya pemberian pelatihan keterampilan sosial pada satu kelompok, dan tidak
ada perlakuan pada kelompok lain, maka jumlah sampel yang dibutuhkan ada dua
(kelompok perlakuan dan kelompok kontrol). Dalam suatu eksperimen yang lain,
dapat saja komparasi dua macam perlakuan itu dilakukan terhadap satu sampel.
Dengan demikian jumlah sampel sangat bergantung pada desain penelitian.
b. Besar
anggota sampel
Besar anggota
sampel dalam eksperimen tidak ditentukan oleh besarnya populasi, tetapi
ditentukan oleh kekuatan pengaruh perlakuan dari studi-studi sebelumnya. Suatu
perlakuan yang memiliki pengaruh yang kuat pada perubahan variabel terikat
(perilaku) berdasarkan studi atau penelitian terdahulu diperlukan anggota
sampel yang relatif lebih sedikit, dan semakin lemah pengaruh suatu perlakuan
pada variabel terikat dibutuhkan anggota sampel yang relatif lebih banyak.
c. Teknik
pengambilan sampel
Pengambilan sampel
dalam penelitian eksperimen dapat dilakukan dua teknik, yaitu sebagai berikut :
1) Random
Random
merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas probabilitas bahwa
setiap unit sampling memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai
sampel. Ada beberapa teknik random yang dapat digunakan dalam menetapkan
anggota sampel sebagai berikut :
a) Random
sederhana (simple random), dilakukan dengan memilih setiap individu yang
menjadi sampel secara random. Biasanya dilakukan dengan undian.
b) Pemilihan
urutan nomor (random ordering) yaitu pemilihan anggota sampel atas dasar urutan
nomor unit sampling. Yang dipilih sebagai sampel dapat ditetapkan atas dasar
nomor genap saja atau nomor ganjil saja atau kelipatan angka tertentu sehingga
jumlah anggota sampel yang dibutuhkan terpenuhi.
c) Random
berdasarkan tabel. Random berdasarkan tabel yaitu penentuan anggota sampel
secara sistematis yang dilakukan dengan hanya memilih individu pertama saja
yang dipilih secara random sementara invidu berikutnya terpilih menurut aturan
yang ditetapkan berdasarkan tabel random.
d) Seleksi
komputer, yaitu penentuan anggota sampel berdasarkan nomor random yang
diprogram di komputer.
2) Non
random
Non random disebut
juga sampel non probabilitas. Teknik pengambilan sampel tidak dengan random
tetapi dengan pertimbangan tertentu. Jika dalam pemilihan anggota sampel
dilakukan dengan tidak cermat, cara non random ini tidak dapat memperoleh
sampel yang representatif.
Sesuai dengan
sifatnya, penentuan sampel non random memiliki banyak kesulitan dalam mencapai
keadaan yang representatif karena dimungkinkan banyak bias yang terjadi secara
sistematis yaitu dimungkinkan ada unsur kesengajaan dari peneliti. Jika teknis
ini terpaksa dilakukan dalam penelitian eksperimen maka peneliti haruslah
melakukannya secara hati-hati.
Tujuan Penelitian Eksperimen
Tujuan umum penelitian eksperimen
adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala
suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan
yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dalam bidang pendidikan
dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan
(pembelajaran dengan metode problem solving) terhadap prestasi belajar dan
kemampuan komunikasi matematika pada siswa SMP atau untuk menguji hipotesistentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan
tersebut jika dibandingkan dengan metode konvensional. Selanjutnya, tindakan di
dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua
tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui
pengaruhnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan
menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas
pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai
seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya)
pengaruh tersebut jika dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi
perlakuan yang berbeda.
Karakteristik Penelitian Eksperimen
Menurut Ary (1985), ada tiga
karakteristik penting dalam penelitian eksperimen antara lain: (http://www.statistikian.com/2012/10/penelitian-experimen.html)
a) Variabel
bebas yang dimanipulasi
Memanipulasi
variable adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan
ilmiah. Perlakuan tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka untuk
memperoleh perbedaan efek dalam variable yang terkait.
b) Variabel
lain yang berpengaruh dikontrol agar tetap konstan
Menurut Gay
(1982), control is an effort on the part of researcher to remove the
influence of any variable other than the independent variable that ought affect
performance on a dependent variable.
Dengan kata lain,
mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel lain
yang mungkin dapat mempengaruhi variable terkait. Dalam pelaksanaan eksperimen,
grup eksperimen dan grup kontrol sebaiknya diatur secara intensif agar
karakteristik keduanya mendekati sama.
c) Observasi
langsung oleh peneliti
Tujuan dari
kegiatan observasi dalam penelitian eksperimen adalah untuk melihat dan
mencatat segala fenomena yang muncul yang menyebabkan adanya perbedaan diantara
dua grup.
Karakteristik yang
selalu ada dalam penelitian eksperimental adalah adanya tindakan manipulasi
variabel yang secara terencana dilakukan oleh peneliti. Memanipulasi variabel
ini tidak mempunyai arti yang negatif, seperti yang terjadi diluar konteks
penelitian. Yang dimaksud dengan manipulasi dalam hal ini, menurut
Sukardi (2003), yaitu tindakan atau perlakuan yang dilakukan oleh seorang
peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan
secara terbuka guna memperoleh perbedaan efek dalam variabel terikat.
Danim (2002)
menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yaitu : (http://badrulwajdi.blogspot.com/2011/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html)
1. Variabel-variabel
penelitian dan kondisi eksperimen diatur secara tertib ketat (rigorous
management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung,
maupun random (acak).
2. Adanya
kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan
kelompok eksperimen.
3. Penelitian
ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan variansi
variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi
variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak
menjadi tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi
kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan
penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan
secara acak.
4. Validitas
internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian
eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimen yang dilakukan pada
saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
5. Validitas
eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan
penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan menggeneralisasikan pada kondisi
yang sama.
6. Semua
variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara
sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
Menurut John W.
Creswell (2008) sebelum melakukan penelitian eksperimen, kita harus memahami
karakteristik yang ada pada penelitian eksperimen, yaitu: (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
1. populasi
dipilih secara acak;
2. memiliki
variabel kontrol;
3. treatment (tindakan);
4. hasil
dapat diukur dengan instrument penelitian;
5. membandingkan
kelompok variabel;
6. validitas
terukur.
Tiga unsur penting
yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian ini, yaitu:
a) Variabel
kontrol,
Variabel kontrol
adalah inti dari metode eksperimen, karena variabel kontrol inilah yang akan
menjadi standar dalam melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yang
terjadi akibat perbedaan perlakuan yang diberikan.
b) Manipulasi,
Dalam penelitian
ini, yang dimanipulasi adalah variabel independent dengan melibatkan
kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda.
c) Pengamatan.
Setelah peneliti
menerapkan perlakuan eksperimen, harus mengamati untuk menentukan apakah
hipotesis perubahan telah terjadi (Observasi).
· Berdasarkan
beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik penelitian
eksperimen adalah antara lain :
1) Manipulasi
Variabel
Bila kita melakukan
eksperimen, maka secara sengaja kita mengintervensi terjadinya hubungan kausal.
Situasi (variabel bebas) yang diasumsi sebagai penyebab munculnya gejala
(variabel terikat) secara sengaja dimaniulasi variabel itu dilakukan dengan
menempatkan subjek pada situasi tersebut, dan mencegah kemungkinan munculnya
faktor lain yang dapat mencemari situasi itu.
2) Kontrol
Kesimpulan tentang
hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel terikat dengan valid, bila
dilakukan pengontrolan pengaruh variabel lain terhadap variabel terikat.
Pengontrolan ini menggunakan apa yang disebut ctengan kelompok kontrol. Dalam
berbagai segi, keberadaan kelompok kontrol sarna dengan kelompok eksperimen.
Satu-satunya perbedaan adalah, pada kelompok eksperimen diberi perlakuan
(treatment), sedangkan pada kelompok control tidak ada perlakuan. Dengan
demikian, bila muncul gejala yang berbeda antara kedua kelompok, maka itu
dianggap sebagai pengaruh perlakuan atau treatment effect.
3) Penugasan
Random
Dalam konteks
eksperimen, perandoman dilakukan dalam dua kegiatan, yaitu dalam memilih subjek
yang menjadi sampel (pemilihan random atau random selection), dan
dalam menugaskan setiap subjek yang menjadi sampel ke dalam salah satu dari
kelompok eksperimen atau kelompok kontrol, yang disebut dengan penugasan random
alau random assignment. Pemilihan random berfungsi membuat kelompok
subjek yang menjadi sampel itu representatif terhadap populasi. Adapun fungsi
penugasan random adalah agar sebelum pelaksanaan eksperimen, baik kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol keadaannya sama (homogen), sehingga bila
setelah eksperimen terjadi perbedaan pada kedua kelompok itu, perbedaan yang
terjadi adalah pengaruh dari perlakuan.
4) Treatment (Perlakuan)
Eksperimen pada
intinya sama dengan observasi. Perbedaan antara keduanya terletak pada objek
yang diamati. Pada observasi yang bukan eksperimen, objek yang diamati telah
ada, sedangkan pada eksperimen objek yang diamati itu diciptakan situasi
munculnya oleh peneliti. Memunculkan objek pengamatan itu adalah melalui
perlakuan atau treatment.
Jenis Penelitian Eksperimen
Rancangan
Penelitian Eskperimen digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara
dua variabel, dimana sebabnya merupakan intervensi peneliti.
Rancangan penelitian
eksperimen terdiri dari :
(a) Preexperiments
Pra Eskperimen
adalah penelitian eksperimen yang hanya menggunakan kelompok studi tanpa
menggunakan kelompok kontrol, serta pengambilan respondin tidak dilakukan randomisasi. Disebut preexperiments karena
desain ini belum merupakan desain sungguh-sungguh. Masih terdapat variabel luar
yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hasil eksperimen
yang merupakan variabel dependen itu ukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel
independen. Hal ini dikarenakan tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak
dipilih secara random.
Dalam penelitian
ini, kelompok diberikan tes awal sebelum perlakuan eksperimental.
Setelah treatment selesai, tes akhir diberikan untuk melihat
prestasi. Efektivitas perlakuan pembelajaran diukur dengan membandingkan skor
rata-rata tes awal dan tes akhir. Ketika ternyata bahwa skor rata-rata tes
akhir secara signifikan lebih tinggi dari skor rata-rata tes awal, maka
disimpulkan bahwa perlakuan pembelajaran efektif.
Dalam preexperimental
design terdapat tiga alternatif desain sebagai berikut:
1) Studi
Kasus Bentuk Tunggal (One-shot Case Study)
Jenis one-shot case
study dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah
suatu desain penelitian. Dimana dalam rancangan penelitian ini terdapat suatu
kelompok diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya
(treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel
dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis
perlakuan lalu diukur hasilnya. Dalam penyelenggaraan rancangan ini subjek
disajikan dengan beberapa perlakuan, hanya tidak terdapat kelompok pembanding
dan tanpa skor tes awal.
Adapun bagan
dari one-shot case study adalah sebagai berikut:
Dengan X: kelompok
yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O: kejadian pengukuran atau
pengamatan.
Bagan tersebut
dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan,
dan selanjutnya diobservasi hasilnya.
Contoh: Pengaruh
penggunaan Komputer dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O).
2) Tes
Awal - Tes Akhir Kelompok Tunggal ( The One Group Pretest – posttest)
Dalam rancangan
ini, pengaruhatau efek suatu tritmen diputuskan berdasarkan perbedaan antara
pretest dengan posttes. Kalau pada rancangan “a” tidak ada pretest, maka pada
rancangan ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan
sebelum diberi perlakuan.
Bentuk bagan desain
tersebut adalah sebagai berikut:
Pengaruh perlakuan:
O1 – O2.
Desain ini
mempunyai beberapa kelemahan, karena akan menghasilkan beberapa ukuran
perbandingan. Kelemahan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor historis
(tidak menghasilkan perbedaan O1 dan O2), maturitation (subjek penelitian dapat
mengalami kelelahan, kebosanan, atau kelaparan dan kadang enggan menjawab jika
dinilai tidak sesuai dengan nilai yang berlaku), serta pembuatan instrument penelitian.
Kejelekannya yang paling fatal adalah tidak akan menghasilkan apapun.
3) Perbandingan
Kelompok Statis ( The Static Group Comparison Design)
Pada rancangan ini
membandingkan suatu kelompok yang menerima tritmen eksperimental dengan
kelompok lainnya yang tak mendapat tritmen.
Pada rancangan ini
terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua
yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah
untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).Masalah yang akan muncul
dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang akan
diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih secara acak.
Adapun bagan desain
penelitian ini adalah sebagai berikut:
O1: hasil
pengukuran satu grup yang diberi perlakuan, dan O2: hasil pengukuran satu grup
yang tidak diberi perlakuan.
Pengaruh perlakuan:
O1 – O2.
Ketiga bentuk
desain preexperiment itu jika diterapkan untuk penelitian akan banyak
variabel luar masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas
internal penelitian menjadi rendah.
(b) True
Experiment
True Experiment
Design adalah penelitian experimen dimana kelompok studi dan kelompok kontrol
pengambilan sample-nya dilakukan secara randomisasi, serta pada kelompok studi dilakukan
intervensi variabel sebab sedang pada kelompok kontrol tidak dilakukan
intervensi.
Disebut
sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan
demikian, validitas internal (kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian)
menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true
experiments menurut Suryabrata (2011 : 88) adalah untuk menyelidiki
kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan
membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan.
True
experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan untuk
eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari
populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalam true experiments pasti
ada kelompok kontrol dan pengambilan sampel.
Berikut jenis
penelitian yang termasuk dalam true experiments:
1. Rancangan
Secara Acak dengan Tes dan Kelompok Kontrol (Posstest-Only Control Design
)
Dalam desain ini
terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok
pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi
perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan
disebut kelompok kontrol. Nilai tes akhir menjadi digunakan untuk mengukur
hasil perlakuan. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Bagan penelitian
ini adalah sebagai berikut.
Pengaruh adanya perlakuan adalah (O1:O2). Dalam penelitian, pengaruh perlakuan dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perbedaan yang signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
2. Rancangan
Secara Acak dengan Tes Awal dan Tes Akhir dengan Kelompok Kontrol
( The Pretest - Posttest Control Goup Design)
Dalam rancangan ini
terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest
untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
Bagan dari desain
penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pengaruh perlakuan
adalah: (O2 - O1) - (O4 - O3).
3. Rancangan
Secara Acak Empat Kelompok Solomon ( The Solomon Four Group Design )
Dalam rancangan
ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok
diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan
satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat
kelompok ini diberi posttes.
(c) Factorial
Design
Desain merupakan
modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperhatikan
kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan terhadap
hasil. Semua grup dipilih secara random kemudian diberi pretest. Grup yang akan
digunakan untuk penelitian dinyatakan baik jika setiap kelompok memperoleh
nilai pretest yang sama.
(d) Quasy
Experiment
Quasiexperiments disebut
juga dengan eksperimen pura-pura. Bentuk desain ini merupakan pengembangan
dari trueexperimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini
mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan jika
peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh,
tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya. Dalam
eksperimen ini, jika menggunakanrandom tidak diperhatikan aspek kesetaraan
maupun grup kontrol.
Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen
Menurut Sukardi,
(2003) pada umumnya, penelitian eksperirnen dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah seperti berikut :
1. Melakukan
kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan.
2. Mengidentifikasi
dan mendefinisikan masalah.
3. Melakukan
studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis
penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan
definisi istilah.
4. Membuat
rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan:
a) Mengidentifikasi
variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi
proses eksperimen.
b) Menentukan
cara mengontrol.
c) Memilih
rancangan penelitian yang tepat.
d) Menentukan
populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek
penelitian.
e) Membagi
subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.
f) Membuat
instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh
instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.
g) Mengidentifikasi
prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis.
5. Melaksanakan
eksperimen.
6. Mengumpulkan
data kasar dan proses eksperimen.
7. Mengorganisasikan
dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.
8. Menganalisis
data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk
menentukan tahap signifikasi hasilnya.
9. Menginterpretasikan
basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan
Validitas Penelitian
Suatu eksperimen mempunyai
kostribusi yang berarti bagi pengembangan pengetahuan. Kata validitas
berarti dapat diterima atau absah. Istilah ini mengandung pengertian bahwa
sesuatu yang dinyatakan valid atau absah berarti telah sesuai dengan kebenaran
yang diharapkan sehingga dapat diterima dalam suatu kriteria tertentu.
Validitas dalam penelitian eksperimen mengandung beberapa kelemahan yang harus
dipertimbangkan, antara lain:
(1) internal
validity,
(2) eksternal
validity,
(3) statistical
conclution validity,
(4) construct
validity
Dalam setiap
penelitian eksperimental yang berkaitan dengan validitas internal mengandung
beberapa kelemahan. Menurut Cambell dan Stanley dalam Ross dan Morrison (2003 :
1024) ada beberapa kelemahan dalam validitas internal, antara lain:history,
maturation, testing, instrumentation, selection, statistical regretion,
experiment mortality, diffusion of treatments. Kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
(a) history
Banyak kejadian di
masa lampau yang dapat mempengaruhi validitas penelitian eksperimen yang
disebabkan oleh adanya interaksi antar individu.
(b) maturation
Beberapa perubahan
dapat terjadi pada dependent variable yang berfungsi dalam kurun
waktu dan bukannya kejadian yang spesifik ataupun kondisi tertentu. Terutama
berkaitan dnegan jangka waktu pengamatan yang memakan waktu lama.
(c) testing
Proses pengujian
juga dapat menimbulkan distorsi yang akan mempengaruhi hasil eksperimen.
(d) instrumentation
Instrumen yang digunakan
dalam penelitian eksperimen kadang kala sudah tidak sesuai lagi dengan standar
yang berlaku.
(e) selection
Peneliti kadang
masih menggunakan unsur subjektifitas dalam memilih orang yang akan dijadikan
objek eksperimen yang baik.
(f) statistical
regretion
Peneliti kadangkala
dihadapkan pada kesulitan apabila hasil yang diperoleh dalam penelitian
menghasilkan skor yang ekstrim.
(g) experiment
mortality
Dalam penelitian
eksperimen seringkali terjadi perubahan komposisi kelompok yang diobservasi.
Ada anggota kelompok yang harus didrop karena tidak sesuai dengan situasi
pengetesan saat tertentu.
Selain dipengaruhi
oleh validitas internal, eksperimen juga dipengaruhi oleh validitas eksternal,
antara lain:
a) interaction
of treatments and treatments
Kelemahan ini
terjadi apabila pengalaman responden lebih dari satu treatment. Seseorang yang
dipilih sebagai objek eksperimen mungkin pernah mengalami eksperimen yang sama
maka pengamatan kedua terhadap si responden tersebut akan menjadi bias.
b) interaction
of testing and treatment
Dalam eksperimen
pretest, responden harus dipekakan agar mendorong eksperimen dengan alternatif
yang berbeda.
c) interaction
of selection and treatment
Hal ini menimbulkan
pertanyaan dalam membuat generalisasi antara beberapa kategori manusia antar
grup. Sebab diantara mereka telah terjadi hubungan original yang telah
terbentuk sebelumnya.
d) interaction
of setting and treatment
Antara setting penelitian
dengan treatment yang dilakukan akan terjadi interaksi diantara
keduanya. Dengan demikian interaksi keduanya akan mendukung jalannya proses
penelitian yang sedang dilakukan.
e) interaction
of history and treatment
Kadangkala terjadi
hubungan sebab akibat antara kejadian masa lalu dan masa sekarang yang merupakan
kejadian tak biasa dan berpotensi tidak dapat diukur dalam penelitian.
Selanjutnya, untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, ada empat strategi umum yang dapat
digunakan untuk memperbaiki validitas eksternal, antara lain:
(a) Menggunakan
pilihan acak (randomly) untuk memilih orang, setting, atau waktu yang
digunakan dari populasi yangada agar generalisasi menjadi lebih baik.
(b) Membuat
agar grup individu, manusia ataupun settingnya dibuat heterogen. Langkah ini
ditempuh jika pendekatan random tidak dapat digunakan.
(c) Individu,
setting, dan waktu dikonsentrasikan agar memperoleh satu grup modal populasi.
(d) Menggunakan
terget populasi yang spesifik (individu, seting, waktu) untuk memenuhi target
yang ingin dicapai.
Dalam setiap
penelitian eksperimen perlu diketahui persoalan-persoalan tentang internal
maupun eksternal validitas agar subjektifitas dalam penelitian dapat dihindari.
Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Eksperimen
Dalam penelitian eksperimen terdapat
keunggulan jika dibandingkan dengan penelitian lainnya.
·
Ekperimen
didesain untuk dapat mengendalikan secara ketat pada variabel-variabel ekstra
yang tidak beruhubungan dengan variabel yang sedang di amati.
·
Penelitian
eksperimen memiliki efisiensi yang tinggi. Penelitian eksperimen dapat
dilakukan pada populasi yang terbatas, sehingga tidak membutuhkan banyak subyek
untuk terlibat dalam proses eksperimen. Suatu eksperimen yang diketahui
memiliki pengaruh yang kuat membutuhkan partisipan yang tidak terlalu besar,
sehingga akan meringankan kerja eksperimen
A. METODE DESKRIPTIF
Definisi Metode Deskriptif
Metode
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa
orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.
Menurut
Hidayat syah penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menemukan pengetahuan yang sekuas-luasnya terhadap objek penelitian pada
suatu masa tertentu. Sedangkan menurut Punaji Setyosari ia
menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa,
objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel
yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata. Hal
senada juga dikemukakan oleh Best bahwa penelitian deskriptif merupakan metode
penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan
apa adanya.
Sukmadinata
(2006:72) menjelaskan Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada,
baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa
bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan
antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
Penelitian
deskriptif menurut Etna Widodo dan Mukhtar (2000) kebanyakan tidak dimaksudkan
untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya
suatu gejala, variabel, atau keadaan. Namun demikian, tidak berarti semua
penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam
penelitian deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji melainkan bagaimana
berusaha menemukan sesuatu yang berarti sebagai alternatif dalam mengatasi
masalah penelitian melalui prosedur ilmiah.
Penelitian
deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah pengumpulan dan penyusunan data,
tapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut. Oleh
karena itu, penelitian deskriptif mungkin saja mengambil bentuk penelitian
komparatif, yaitu suatu penelitian yang membandingkan satu fenomena atau gejala
dengan fenomena atau gejala lain, atau dalam bentuk studi kuantitatif dengan
mengadakan klasifikasi, penilaian, menetapkan standar, dan hubungan kedudukan
satu unsur dengan unsur yang lain.
Contoh
permasalahan penelitian yang tergolong penelitian deskriptif seperti :
“Bagaimanakah gambaran kebiaasaan membaca di kalangan mahasiswa ?”, “
Bagaimanakah gambarn jumlah putus sekolah di tingkat sekolah dasar ?”,
“Bagaimanakah gambaran pelaksanaan sistem kredit semester di perguruan tinggi
?”.
Menurut
Nazir (1988: 63) dalam Buku Contoh Metode Penelitian, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Menurut Sugiyono (2005: 21)
menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan
untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Menurut Whitney (1960: 160) metode
deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Dapat
dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau
masalah aktual.
Ciri-Ciri
Metode Deskriptif
Terdapat ciri-ciri yang pokok pada metode deskriptif,
antara lain adalah:
1. Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada
saat penelitian dilakukan atau permasalahan yang bersifat aktual
2. Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang
diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang
seimbang.
3. Pekerjaan peneliti bukan saja memberika gambaran
terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji
hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu
masalah.
Jenis
Penelitian Deskriptif
Furchan
(2004) menjelaskan, beberapa jenis penelitian deskriptif, yaitu;
a. Studi kasus
Yaitu suatu penyelidikan intensif
tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan
menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial
yang diteliti. Dalam penelitian ini dimungkinkan ditemukannya hal-hal tak
terduga kemudian dapat digunakan untuk membuat hipotesis.
b. Survei
Studi jenis ini merupakan studi
pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar
jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan
bukan tentang individu. Berdasarkan ruang lingkupnya (sensus atau survai
sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus
tentang hal-hal yang tidak nyata, survei sampel tentang hal-hal yang nyata, dan
survei sampel tentang hal-hal yang tidak nyata.
c. Studi perkembangan
Studi ini merupakan penelitian
yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya bagaimana
sifat-sifat anak pada berbagai usia, bagaimana perbedaan mereka dalam
tingkatan-tingkatan usia itu, serta bagaimana mereka tumbuh dan berkembang. Hal
ini biasanya dilakukan dengan metode longitudinal dan
metode cross-sectional.
d. Studi tindak lanjut
Yakni, studi yang menyelidiki
perkembangan subyek setelah diberi perlakukan atau kondisi tertentu atau
mengalami kondisi tertentu.
e. Analisis dokumenter
Studi ini sering juga disebut
analisi isi yang juga dapat digunakan untuk menyelidiki variabel sosiologis dan
psikologis.
f. Analisis kecenderungan
Yakni, analisis yang dugunakan
untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan memperhatikan
kecenderungan-kecenderungan yang terjadi.
g. Studi korelasi
Yaitu, jenis penelitian deskriptif
yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti.
Menurut
Nazir (1988: 64-65) mengemukakan bahwa ditinjau dari jenis masalah yang
diselidiki, teknik dan alat yang digunakan, serta tempat dan waktu, maka
penelitian dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
·
Metode survei
Metode
survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari
gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik
tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun
suatu daerah. (Nazir, 1988: 65)
Kerlinger
mengemukakan bahwa metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi
besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang
diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif
distribusi, dan hubungan antar variabel. Sosiologi, maupun psikologis.
Survei
pada dasarnya tidak berbeda dengan research (penelitian). Pemakaian kedua
istilah ini kerap kali hanya dimaksudkan untuk memberikan penekanan mengenai
ruang lingkup. Research memusatkan diri pada salah satu atau beberapa aspek
dari objeknya. Sedangkan survei bersifat menyeluruh yang kemudian akan
dilanjutkan secara khusus pada aspek tertentu bilamana diperlukan studi yang
lebih mendalam (Zulnaidi, 2007: 11)
Lebih
lanjut lagi Zulnaidi (2007: 11-12) mengemukakan beberapa studi yang termasuk
dalam metode survei yakni:
·
Survei
kelembagaan (institutional survei)
·
Analisis jabatan/
pekerjaan (job analysis)
·
Analisis
dokumen (documentary analysis)
·
Analisis isi (content
analysis)
·
Survei pendapat
umum (public oppinion survey)
·
Survey
kemasyarakatan (community survey)
Nazir
(1988: 65) dalam bukunya Metode Penelitian, mengemukan terdapat banyak sekali
penelitian yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei, diantaranya
adalah survei masalah kemasyarakatan, survei komunikasi dan pendapat umum,
survei masalah politik, survei masalah pendidikan, dan lain sebagainya.
·
Metode deskriptif kesinambungan
Metode
deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan secara terus
menerus atau berkesinambungan sehingga diperoleh pengetahuan yang menyeluruh
mengenai masalah, fenomena, dan kekuatan-kekuatan sosial yang diperoleh jika
hubungan-hubungan fenomena dikaji dalam suatu periode yang lama.
Menurut Nazir (1988: 65)
mendefinisikan metode deskriptif berkesinambungan atau continuity descriptive
research sebagai kerja meneliti secara deskriptif yang dilakukan secara terus
menerus atas suatu objek penelitian. Salah satu contoh metode penelitian
deskriptif berkesinambungan ini dilakukan oleh Whitney dan Milholland (1930)
yang mempelajari status akademis dari mahasiswa tingkat persiapan dari Colorado
State College of Education pada tahun 1930. Penelitian dilakukan
dalam waktu empat tahun, dengan menelusuri status akademis sejak tingkat
persiapan sampai dengan lulus sarjana muda.
·
Penelitian studi kasus
Penelitian
studi kasus memusatkan diri secara intensive terhadap satu objek tertentu,
dengan cara mempelajari sebagai suatu kasus. Berbagai unit sosial seperti
seorang murid menunjukkan kelainan, sebuah kelompok keluarga, sebuah kelompok
anak nakal, sebuah desa, sebuah lembaga sosial dan lain-lain dapat diselidiki
secara intensive, baik secara menyeluruh maupun mengenai aspek-aspek tertentu
yang mendapat perhatian khusus. (Zulnaidi, 2007: 13)
Menurut
Bogdan dan Bikien (1982) merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar
atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu
peristiwa tertentu.
Menurut
Maxfield (1930: 117-122) dalam Nazir (1988: 66) mendefinisikan penelitian studi
kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenan dengan
suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus
adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang,
sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari
individu, yang kemudian, dari sifat-sifat khas akan dijadikan suatu hal yang
bersifat umum.
Penelitian
studi kasus menurut Stake (2005) terdapat 3 jenis penelitian studi kasus yang
dibagi berdasarkan karakteristik dan fungsinya, yakni:
·
Penelitian studi
kasus mendalam
·
Penelitian studi
kasus instrumental
·
Penelitian studi
kasus jamak
Tidak
berbeda jauh, Creswell (2007) juga membagi penelitian studi kasus menjadi 3
jenis. Dalam penelitian studi kasus tentunya terdapat langkah-langkahnya.
Menurut Yin (1994), terdapat langkah-langkah dalam melakukan penelitian studi
kasus yakni secara singkat seperti di bawah ini:
a) Merancang studi kasus
Dalam
merancang studi kasus, terdapat dua langkah yakni melakukan pembekalan
pengetahuan dan keterampilan serta melakukan pengembangan dan pengkajian ulang
penelitian.
b) Melakukan studi kasus
Dalam
langkah kedua ini terdapat tiga langkah yakni 1) penentuan teknik pengumpulan
data; 2) penyebaran alat pengumpulan data; dan 3) penganalisisan bukti studi
kasus yang terkumpul.
c) Melakukan pengembangan, implikasi, dan saran
Tahap
ini merupakan tahap akhir dari setiap penelitian sebagai upaya melaporkan hasil
penelitiannya kepada semua orang.
Nazir (1988: 68) mengemukakan bahwa langkah-langkah
pokok dalam meneliti kasus adalah sebagai berikut: 1) menemukan rumusan tujuan
penelitian; 2) tentukan unit-unit studi, sifat-sifat serta proses-proses apa
yang akan menuntun penelitian; 3) tentukan rancangan serta pendekatan dalam
memilih unit-unit dan teknik pengumpulan data mana yang digunakan.
Sumber-sumber data apa yang tersedia; 4) kumpulkan data; 5) organisasikan
informasi serta data yang terkumpul dan analisa untuk membuat interpretasi
serta generalisasi; 6) susun laporan dengan memberikan kesimpulan serta
implikasi dari hasil penelitian.
·
Penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas
Menurut
Nazir (1988: 71) dalam buku Metode Penelitian mengemukakan bahwa penelitian
analisa pekerjaan dan aktivitas merupakan penelitian yang ditujukan untuk
menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil
penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan
masa yang akan datang.
Lebih
lanjut Nazir mengemukakan bahwa studi yang mendalam dilakukan terhadap
kelakuan-kelakuan pekerja, buruh, petani, guru, dan lain sebagainya terhadap
gerak-gerik mereka dalam melakukan tugas, penggunaan waktu secara efisien dan
efektif.
·
Penelitian tindakan (action research)
Penelitian tindakan merupakan
penelitian yang berfokus pada penerapan tindakan yang dengan tujuan
meningkatkan mutu atau memecahkan permasalahan pada suatu kelompok subjek yang
diteliti dan diamati tingkat keberhasilannya atau dampak dari tindakannya. Menurut
Grundy dan Kemmis (1990: 322) mengemukakan bahwa penelitian tindakan memiliki
dua tujuan pokok, yaitu meningkatkan (improve) dan
melibatkan (involve). Maksudnya, penelitian tindakan bertujuan
meningkatkan bidang praktik, meningkatkan pemahaman praktik yang dilakukan oleh
praktisi, dan meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan. Penelitian
tindakan juga berusaha melibatkan pihak-pihak terkait, jika penelitian tindakan
dilaksanakan di sekolah, maka pihak terkait antara lain adalah kepala sekolah,
guru, siswa, karyawan, dan orang tua siswa.
Penelitian
ini sering digunakan oleh para peneliti di bidang pendidikan yang sering
disebut sebagai penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).
Menurut
Kemmis dan McTaggart (1982) mengungkapkan bahwa dalam penelitian tindakan kelas
ini terdapat model yang digunakan yakni siklus yang akan selalu berputar.
·
Penelitian Perpustakaan
Penelitian
perpustakaan merupakan kegiatan mengamati berbagai literatur yagn berhubungan
dengan pokok permasalahan yang diangkat baik itu berupa buku, makalah ataupun
tulisan yang sifatnya membantu sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
proses penelitian. Menurut Kartini Kartono (1986: 28) dalam buku Pengantar
Metodologi Research Sosial mengemukakan bahwa tujuan penelitian
perpustakaan adalah untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan
bermacam-macam material yang ada di perpustakaan, hasilnya dijadikan fungsi
dasar dan alat utama bagi praktek penelitian di lapangan.
·
Penelitian Komparatif
Menurut
Sugiono (2005: 11) penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat
membandingkan.
Dalam
buku metode penelitian karangan M. Nazir (1988: 69-70) terdapat keunggulan dan
kelemahan dari metode penelitian komparatif. Keunggulannya adalah sebagai
berikut:
·
Metode komparatif
dapat mensubtitusikan metode eksperimental karena beberapa alasan: 1) jika
sukar diadakan kontrol terhadap salah satu faktor yang ingin diketahui atau
diselidiki hubungan sebab akibatnya; 2) apabila teknik untuk mengadakan
variabel kontrol dapat menghalangi penampilan fenomena secara normal ataupun
tidak memungkinkan adanya interaksi secara normal; 3) penggunaan laboratorium
untuk penelitian untuk dimungkinkan, baik karena kendala teknik, keuangan,
maupun etika dan moral.
·
Dengan adanya teknik
yang lebih mutakhir serta alat statistik yang lebih maju, membuat penelitian
komparatif dapat mengadakan estimasi terhadap parameter-parameter hubungan
kausal secara lebih efektif.
·
Sedangkan
kelemahannya adalah sebagai berikut:
·
Penelitian komparatif
yang bersifat ex post facto, mengakibatkan penelitian tersebut
tidak mempunyai kontrol terhadap variabel bebas
·
Sukar memperoleh
kepastian, apakah faktor-faktor penyebab suatu hubungan kausal yang diselidiki
benar-benar relevan.
·
Interaksi
antarfaktor-faktor tunggal sebagai penyebab atau akibat terjadinya suatu
fenomena menjadi sukar untuk diketahui.
·
Ada kalanya dua atau
lebih faktor memperlihatkan adanya hubungan, tetapi belum tentu bahwa hubungan
yang diperlihatkan adalah hubungan sebab akibat.
·
Mengkategorisasikan
subjek dalam dikhotomi untuk tujuan perbandingan dapat menjurus pada
pengambilan keputusan dan kesimpulan yang salah, akibatnya kategori dikhotomi
yang dibuat mempunyai sifat kabur, bervariasi, samar, menghendaki value
judgement dan tidak kokoh.
Lebih
lanjut lagi Nazir (1988: 70) menjabarkan beberpa langkah pokok dalam studi
komparatif, yaitu: 1) rumuskan dan definisikan masalah; 2) jajaki dan teliti
literatur yang ada; 3) rumuskan kerangka teoritis dan hipotesa-hipotesa serta
asumsi-asumsi yang dipakai; 4) buatlah rancangan penelitian dengan cara memilih
subjek yang digunakn dengan teknik pengumpulan data yang diinginkan, dan
mengkategorikan sifat-sifat atau atribut-atribut atau hal-hal lain yang sesuai
dengan masalah yang ingin dipecahkan, untuk mempermudah analisa sebab akibat;
5) uji hipotesa, membuat interpretasi terhadap hubungan dengan teknik statistik
yang tepat; 6) membuat generalisasi, kesimpulan, serta implikasi kebijakan; dan
7) menyusun laporan dengan cara penulisan ilmiah.
Kriteria
Pokok Metode Deskriptif
Nazir
(1988: 72-73) dalam buku Metode Penelitian, terdapat dua kriteria pokok dalam
metode penelitian deskriptif, yakni kriteria umum dan kriteria khusus.
Kriteria
umum Penelitan Metode Deskriptif
Kriteria umum dari penelitan dengan metode deskriptif
adalah:
·
Masalah yang
dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas
·
Tujuan penelitian
harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum
·
Data yang digunakan
harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini
·
Standar yang
digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas
·
Harus ada deskripsi
yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan
·
Hasil penelitian
harus berisi secara detail yang digunakan baik dalam mengumpulkan data maupun
dalam menganalisa data serta studi kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis
harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan, jika kerangka
teoritis untuk itu telah dikembangkan
Kriteria
khusus Penelitan Metode Deskriptif
Kriteria khusus dari penelitian dengan metode
deskriptif adalah:
·
Prinsip-prinsip
ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value)
·
Fakta-fakta ataupun
prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status
·
Sifat penelitian
adalah ex post facto, karena itu tidak ada kontrol terhadap variabel, dan
peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel.
Variabel dilihat sebagaimana adanya.
Langkah-Langkah
Umum Dalam Metode Deskriptif
Secara
singkat dapat diketahui terdapat beberapa langkah-langkah dalama metode
penelitian deskriptif, yakni 1) Mengidentifikasi adanya permasalahan yang
signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif; 2) Membatasi dan
merumuskan permasalahan secara jelas; 3) Menentukan tujuan dan manfaat
penelitian; 4) melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan; 5)
menentukan kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis
penelitian; 6) mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk
menentukan populasi, sampel, teknik sampling, instrument pengumpulan data, dan
menganalisis data; 7) mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data
dengan menggunakan teknik statistik yang relevan; dan 8) membuat laporan
penelitian.
Untuk
lebih rincinya, Nazir (1988: 73-74) mengungkapakan terdapat berbagai langkah
yang sering diikuti adalah sebagai berikut:
1. Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah
tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada
2. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian
harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah
3. Memberikan limitasi dari
area atau scope atau sejauh mana penelitian deskriptif tersebut akan
dilaksanakan. Termasuk di dalamnya daerah geografis di mana penelitian akan
dilakukan, batasan-batasan kronologis, ukuran tentang dalam dangkal serta
sebarapa utuh daerah penelitian tersebut akan dijangkau
4. Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang
kuat, maka perlu dirumuskan kerangka teoriatau kerangka konseptual
yang kemudian diturunkan dalam bentuk hipotesa-hipotesa untuk diverifikasikan.
Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik, maka kerangka analisa dapat
dijabarkan dalam bentuk-bentuk model matematika
5. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin
dipecahkan
6. Merumuskan hipotesa-hipotesa yang ingin diuji, baik secara eksplisit maupun secara
implisit
7. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan
data yang cocok untuk penelitian
8. Membuat tabulasi serta analisa statistik dilakukan terhadap data yang telah
dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat
dikerjakan dengan unit-unit pengukuran sepadan
9. Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial
yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta referensi khas
terhadap masalah yang ingin dipecahkan
10. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesa-hipotesa
yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan-kebijakan
yang dapat ditarik dari penelitian
11. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah
Penelitian memiliki karakteristik
atau ciri-ciri sebagai berikut :
·
Memusatkan
penyelidikan pada pemecahan masalah aktual atau masalah yang dihadapi pada masa
sekarang.
·
Data yang telah
dikumpulkan disusun dan dijelaskan, kemudian dianalisis dengan menggunakan
teknik analitik.
·
Menjelaskan setiap
langkah penelitian secara rinci.
·
Menjelaskan prosedur
pengumpulan datanya.
·
Memberi alasan yang
kuat mengapa peneliti menggunakan teknik tertentu dan bukan teknik lainnya.
Penelitian deskriptif memiliki
keunikan sebagai berikut :
·
Penelitian deskriptif
menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yang
sangat sedikit, akibatnya bias dalam membuat kesimpulan.
·
Penelitian deskriptif
yang menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh
data yang memadai.
·
Penelitian deskriptif
juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara
jelas, agar di lapangan peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data
yang diperlukan
.
B.
METODE HISTORIS
Defenisi Metode Historis
Penelitian historis adalah penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan.
Sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.
Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
Penelitian historis juga merupakan cara menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
Berdasarkan pendangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:
1. Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu);
2. Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
3. Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
4. Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).
Tujuan Penelitian Historis
Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau.
Penelitian historis juga untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.
Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) menyatakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk :
1. Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau;
2. Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang;
3. Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
4. Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak;
5. Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.
Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan masa mendatang.
Ciri-ciri Penelitian Historis
Beberapa ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah sebagai berikut :
a. Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau.
Penelitian historis adalah penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan.
Sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.
Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
Penelitian historis juga merupakan cara menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
Berdasarkan pendangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:
1. Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu);
2. Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
3. Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
4. Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).
Tujuan Penelitian Historis
Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau.
Penelitian historis juga untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.
Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) menyatakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk :
1. Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau;
2. Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang;
3. Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
4. Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak;
5. Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.
Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan masa mendatang.
Ciri-ciri Penelitian Historis
Beberapa ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah sebagai berikut :
a. Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau.
b. Data yang digunakan lebih banyak bergantung
pada data primer dibandingkan dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik,
baik secara internal maupun eksternal.
c. Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti informasi yang lebih tua yang tidak tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
d. Sumber data harus dinyatakan secara defenitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan[4].
c. Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti informasi yang lebih tua yang tidak tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
d. Sumber data harus dinyatakan secara defenitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan[4].
Langkah-Langkah Dalam Penelitian Historis
Menurut M. Subana dkk. (2005: 88), kerangka penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pendefinisian Masalah
2. Perumusan masalah
3. Pengumpulan data
4. Analisis data
5. Kesimpulan
Contoh :
- Judul :
Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.
- Perumusan masalah :
Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ?
- Pengumpulan data :
Analisis dokumen, wawancara dari sumber primer dan sumber sekunder
- Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas statistic deskriptif.
- Kesimpulan :
Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita.
Sumber Data Penelitian Historis
Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tertulis dan sebagainya.
1. Remain dan Dokumen
Jika sumber sejarah ditinjau dari segi sengaja atau tidak sengajanya bahan atau sumber data tersebut ditinggalkan, maka sumber sejarah dapat dibagi dua, yaitu : remain dan dokumen.
a. Remain atau Relics, yaitu bahan-bahan fisis atau tulisan yang mempunyai nilai-nilai sejarah yang terdapat tanpa suatu kesadaran menghasilkannya untuk suatu keperluan pembuktian sejarah. Peninggalan materi termasuk: alat perkakas, perhiasan-perhiasan kuno, bangunan seperti piramida, candi, senjata-senjata, sendok benda budaya dan sebagainya.
b. Dokumen, yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia dimasa yang lalu. Dokumen tersebut, secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transmisi keterangan. Contoh dari dokumen antara lain buku harian, batu tertulis, daun-daun lontar dan sebagainya.
2. Sumber Primer dan Sekunder
a. Sumber primer adalah tempat atau gudang penyimpan yang orisinil dari data sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Contoh dari data atau sumber primer adalah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, keputusan-keputusan rapat, foto-foto dan sebagainya.
b. Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, atau catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil. Misalnya keputusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan (minutes) dari rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di surat kabar.
Keuntungan dan Kerugian Metode Penelitian Historis
Keuntungan metode penelitian historis
a. Penelitian ini mengijinkan penyelidikan tentang topik-topik dan pernyataan- pernyataan yang tidak dapat di kaji oleh penelitian lain.
b. Penelitian historis merupakan satu-satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti-bukti dari masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pada saat ini.
c. Sebagai tambahan,penelitian historis menggunakan bermacam bukti yang berbeda dibandingkan metode penelitian lainnya ( dengan pengecualian penelitian studi kasus dan etnografi ).
d. Penelitian historis menyediakan suatu alternatife dan mungkin sumber informasi yanglebih kaya tentang topik-topik nyata yang juga dapat di kaji melalui metodologi lainnya
Kerugian metode penelitian historis
a. Tidak adanya kontrol yang mengendalikangangguan terhadap validitas internal.
b. Pembahasan di lakukan oleh sampel dokumen dan proses instrumentasi ( analisis dokumen ) barang kali begitu ketat.
c. Peneliti peneliti tidak dapat menjamin keterwakilan sampel (representativeness of the sample),ataupun apakah mereka dapat memeriksa realibittas dan validitas terhadap penafsiran yang dibuat dari data yang tersedia.
Menurut M. Subana dkk. (2005: 88), kerangka penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pendefinisian Masalah
2. Perumusan masalah
3. Pengumpulan data
4. Analisis data
5. Kesimpulan
Contoh :
- Judul :
Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.
- Perumusan masalah :
Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ?
- Pengumpulan data :
Analisis dokumen, wawancara dari sumber primer dan sumber sekunder
- Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas statistic deskriptif.
- Kesimpulan :
Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita.
Sumber Data Penelitian Historis
Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tertulis dan sebagainya.
1. Remain dan Dokumen
Jika sumber sejarah ditinjau dari segi sengaja atau tidak sengajanya bahan atau sumber data tersebut ditinggalkan, maka sumber sejarah dapat dibagi dua, yaitu : remain dan dokumen.
a. Remain atau Relics, yaitu bahan-bahan fisis atau tulisan yang mempunyai nilai-nilai sejarah yang terdapat tanpa suatu kesadaran menghasilkannya untuk suatu keperluan pembuktian sejarah. Peninggalan materi termasuk: alat perkakas, perhiasan-perhiasan kuno, bangunan seperti piramida, candi, senjata-senjata, sendok benda budaya dan sebagainya.
b. Dokumen, yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia dimasa yang lalu. Dokumen tersebut, secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transmisi keterangan. Contoh dari dokumen antara lain buku harian, batu tertulis, daun-daun lontar dan sebagainya.
2. Sumber Primer dan Sekunder
a. Sumber primer adalah tempat atau gudang penyimpan yang orisinil dari data sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Contoh dari data atau sumber primer adalah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, keputusan-keputusan rapat, foto-foto dan sebagainya.
b. Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, atau catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil. Misalnya keputusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan (minutes) dari rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di surat kabar.
Keuntungan dan Kerugian Metode Penelitian Historis
Keuntungan metode penelitian historis
a. Penelitian ini mengijinkan penyelidikan tentang topik-topik dan pernyataan- pernyataan yang tidak dapat di kaji oleh penelitian lain.
b. Penelitian historis merupakan satu-satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti-bukti dari masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pada saat ini.
c. Sebagai tambahan,penelitian historis menggunakan bermacam bukti yang berbeda dibandingkan metode penelitian lainnya ( dengan pengecualian penelitian studi kasus dan etnografi ).
d. Penelitian historis menyediakan suatu alternatife dan mungkin sumber informasi yanglebih kaya tentang topik-topik nyata yang juga dapat di kaji melalui metodologi lainnya
Kerugian metode penelitian historis
a. Tidak adanya kontrol yang mengendalikangangguan terhadap validitas internal.
b. Pembahasan di lakukan oleh sampel dokumen dan proses instrumentasi ( analisis dokumen ) barang kali begitu ketat.
c. Peneliti peneliti tidak dapat menjamin keterwakilan sampel (representativeness of the sample),ataupun apakah mereka dapat memeriksa realibittas dan validitas terhadap penafsiran yang dibuat dari data yang tersedia.
C.
PENELITIAN KORELASIONAL
Pengertian
Penelitian Korelasional
Gay dalam Sukardi (2008:166) menyatakan penelitian
korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex–post facto karena pada
umumnya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung
mencari adanya suatu hubungan dan tingkat hubungan variabel yang dinyatakan
dalam koefisien korelasi.
Penelitian korelasi merupakan
suatu penelitian yang melibatkan kegiatan pengumpulan data untuk menentukan,
adakah hubungan dan tingkat hubungan antara 2 variabel atau lebih. Penelitian
korelasi dilakukan, saat peneliti ingin mengetahui tentang ada atau tidaknya
dan kuat lemahnya suatu hubungan variabel yang berkaitan dalam suatu objek atau
subjek yang diteliti. Terdapatnya suatu hubungan dan tingkat variabel ini
penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan
dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian
korelasi mempunyai 3 karakteristik penting bagi para peneliti yang akan
menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, diantaranya yaitu:
1. penelitian korelasi tepat bila variabel kompleks dan peneliti tidak
memungkinkan untuk melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti pada
penelitian eksperimen,
2. memungkinkan variabel dilakukan pengukuran secara intensif dalam
setting atau lingkungan nyata, dan
3. memungkinkan peneliti memperoleh derajat asosiasi yang
signifikan.
(Sukardi,2008:166)
Tujuan
Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional memiliki tujuan untuk
menentukan ada apa tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih, kearah
manakah hubungan tersebut positif atau negatif, dan seberapa jauh hubungan yang
ada antara dua variabel atau lebih yang dapat diukur. Misalkan saja sperti
hubungan antara kecerdasan dengan kreativitas, tinggi badan dengan umur, semangat
dengan pencapaian, nilai bahasa Inggris dengan nilai statistika, dan
sebagainya. Tujuan dari penyelidikan korelasional adalah untuk mengungkapkan
atau menetapkan suatu hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat
prediksi atau prakiraan.
Pada penelitian korelasional,
para peneliti umumnya hanya mendasarkan pada penampilan variabel secara natural
atau sebagaimana adanya, tanpa memanipulasi atau mengatur kondisi variabel
tersebut. Oleh karena itu, peneliti sebaiknya mengetahui cukup banyak alasan
yang kuat untuk mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan dalam suatu
penelitian.
Penelitian korelasi lebih
tepat, bila dalam penelitian peneliti memfokuskan usahanya dalam memperoleh
informasi yang bisa menerangkan adanya fenomena atau kejadian yang kompleks
melalui hubungan antar variabel. Sehingga, peneliti juga mampu melakukan
eksplorasi studi menggunakan teknik korelasi parsial, yang mana peneliti
mengeliminasi salah satu pengaruh variabel supaya bisa dilihat hubungan dua
variabel yang dianggap penting saja.
Dalam bidang pendidikan, studi
korelasi umumnya digunakan guna melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel
yang diperkirakan memiliki peranan yang signifikan dalam mencapai proses
pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya mengenai pencapaian hasil belajar dengan
motivasi internal, intensitas kehadiran mengikuti kuliah, belajar strategi, dan
lain sebagainya.
Para peneliti akan tepat
menggunakan penelitian korelasi saat peneliti memiliki beberapa alasan penting,
di antaranya yaitu sebagai berikut.
• Adanya kebutuhan akan informasi bahwa ada hubungan
antarvariabel yang mana koefisien korelasi dapat mencapainya.
• Penelitian korelasi harus memperhitungkan manfaatnya jika
variabel yang muncul tersebut kompleks, dan peneliti tidak mungkin bisa
melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel itu.
• Apabila dalam penelitian memungkinkan untuk melakukan
pengukuran beberapa variabel dan hubungan yang ada dalam setting yang
realistis. Dan alasan penting lain yaitu bahwa penelitian korelasi tepat
dilakukan, bila salah satu tujuan penelitian adalah untuk mencapai formula
prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan terdapatnya asumsi hubungan antar
variabel.
Metode korelasional
memungkinkan untuk para peneliti menganalisis hubungan antara sejumlah besar
variabel dalam suatu studi tunggal. Koefisien korelasi dapat memberikan
ukuran tingkat dan arah hubungan. Penggunaan metode korelasional dapat
ditujukan (1) untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel dan (2) untuk
memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel lain.
Prosedur Dasar Penelitian Korelasional
Prosedur dasar penelitian korelasional dijelaskan
lebih lanjut sebagai berikut ini.
1. Pemilihan Masalah
Studi
korelasional bisa dirancang untuk menentukan variabel manakah dari suatu daftar
variabel yang mungkin berhubungan, maupun untuk menguji hipotesis mengenai
suatu hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian harus
dilakukan seleksi berdasarkan penalaran induktif dan penalaran deduktif. Dengan
kata lain, hubungan yang akan diteliti dan diselidiki haruslah didukung oleh
teori atau diturunkan berdasarkan dari pengalaman.
2. Sampel dan Pemilihan Instrumen
Sampel
untuk studi korelasional dapat dipilih dengan memakai metode sampling yang bisa
diterima, dan 30 subjek dirasa sebagai ukuran sampel minimal yang bisa
diterima. Dalam suatu penilitian, merupakan hal penting untuk memilih dan
mengembangkan pengukuran yang reliabel dan valid terhadap suatu variabel yang
hendak diteliti. Bila variabel tidak memadai dikumpulkan, maka koefisien
korelasi yang diperoleh akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang kurang
bahkan tidak akurat. Kemudian bila pengukuran yang dilakukan tidak secara nyata
benar-benar mengukur variabel yang diinginkan, maka koefisien yang dihasilkan
tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan. Sebagai contoh, peniliti
hendak menentukan hubungan antara hasil belajar matematika dengan hasil belajar
kimia. Bila penrliti memilih dan memakai tes keterampilan berhitung yang valid dan
reliabel, koefisien korelasi yang diperoleh tidak akan menjadi perkiraan yang
akurat dari hubungan yang diinginkan. Keterampilan berhitung siswa hanya
merupakan satu jenis ketrampilan hasil belajar matematika; koefisien korelasi
yang diperoleh akan mengindikasikan hubungan antara hasil belajar kimia dan
satu jenis dari hasil belajar matematika yaitu keterampilan berhitung. Oleh
sebab itu, peneliti haruslah berhati-hati dalam memilih dan memakai instrumen
yang valid dan reliabel bagi tujuan penelitian.
3. Desain dan Prosedur
Desain
korelasional dasar sangatlah sederhana; 2 atau lebih skor yang didapatkan dari
setiap jumlah sampel yang dipilih, 1 skor untuk setiap variabel yang diteliti,
dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang diperoleh
mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut.
Penelitian yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan
prosedur statistik yang kompleks, namun desain dasar tetaplah sama dalam semua
penelitian korelasional
4. Analisis Data dan Interpretasi
Jika
2 variabel dikorelasikan maka hasilnya yaitu koefisien korelasi. Suatu
koefisien korelasi dalam bentuk angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau
0,00 dan – 1,00, yang mengindikasikan tingkat atau derajat hubungan antara 2
variabel. Bila koefisien mendekati + 1,00; maka kedua variabel tersebut
memiliki hubungan yang positif. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang yang
mempunyai skor yang tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor
yang tinggi pula pada variabel yang lain. Dapat juga diartikan suatu
peningkatan pada suatu variabel berhubungan atau diasosiasikan dengan
peningkatan juga pada variabel lain.
Apabila koefisien korelasi mendekati 0,00 kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan. Hal ini dapat diartikan bahwa skor seseorang pada suatu variabel tertentu tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel yang lain. Bila koefisien tersebut mendekati -1,00, maka diartikan kedua variabel memiliki hubungan yang berkebalikan atau negatif. Hal ini diartikan bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang rendah pada variabel yang lain, atau peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan begitu juga sebaliknya.
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana koefisien tersebut akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar koefisien tersebut diperlukan supaya bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang guna menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan pada suatu istilah signifikansi statistiknya. Dalam penelitian prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang tepat dan akurat. Signifikansi statistik mengacu kepada, apakah koefisiensi yang didapatkan berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dihasilkan pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan pada ukuran sampel yang diberikan, peneliti tidak bisa menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi peneliti bisa mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan.
Untuk menentukan signifikansi statistik, peneliti hanya mengonsultasikanya pada sebuah tabel yang mampu mengatakan pada peneliti seberapa besar koefisiensi diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk suatu level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan jika sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek dari pada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, Peneliti akan membutuhkan sekurangnya koefisien 0,6319 supaya bisa menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; pada pihak lain, dengan 102 kasus peneliti hanya memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep seperti ini berarti bahwa peneliti memerhatikan kasus tersebut, saat peneliti akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.
Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, peneliti harus selalu ingat bahwa peneliti hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat akan tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada 1 cara untuk menetapkan hubungan sebab-akibat, yaitu penelitian eksperimen. Jika seseorang menemukan hubungan yang dekat antara 2 variabel, hal tersebut sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa 1 variabel menyebabkan variabel yang lain. Pada kenyataannya, hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.
Apabila koefisien korelasi mendekati 0,00 kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan. Hal ini dapat diartikan bahwa skor seseorang pada suatu variabel tertentu tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel yang lain. Bila koefisien tersebut mendekati -1,00, maka diartikan kedua variabel memiliki hubungan yang berkebalikan atau negatif. Hal ini diartikan bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang rendah pada variabel yang lain, atau peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan begitu juga sebaliknya.
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana koefisien tersebut akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar koefisien tersebut diperlukan supaya bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang guna menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan pada suatu istilah signifikansi statistiknya. Dalam penelitian prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang tepat dan akurat. Signifikansi statistik mengacu kepada, apakah koefisiensi yang didapatkan berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dihasilkan pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan pada ukuran sampel yang diberikan, peneliti tidak bisa menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi peneliti bisa mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan.
Untuk menentukan signifikansi statistik, peneliti hanya mengonsultasikanya pada sebuah tabel yang mampu mengatakan pada peneliti seberapa besar koefisiensi diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk suatu level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan jika sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek dari pada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, Peneliti akan membutuhkan sekurangnya koefisien 0,6319 supaya bisa menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; pada pihak lain, dengan 102 kasus peneliti hanya memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep seperti ini berarti bahwa peneliti memerhatikan kasus tersebut, saat peneliti akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.
Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, peneliti harus selalu ingat bahwa peneliti hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat akan tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada 1 cara untuk menetapkan hubungan sebab-akibat, yaitu penelitian eksperimen. Jika seseorang menemukan hubungan yang dekat antara 2 variabel, hal tersebut sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa 1 variabel menyebabkan variabel yang lain. Pada kenyataannya, hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.
Macam-Macam Studi Korelasional
1. Studi Hubungan
Studi
hubungan biasanya dilakukan dalam usaha mendapatkan pemahaman faktor apa saja
atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, misalnya seperti
hasil belajar akademik, konsep diri dan motivasi. Variabel yang diketahui tidak
mempunyai hubungan dapat dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan yang
selanjutnya. Identifikasi variabel yang berhubungan dapat membantu beberapa
tujuan utama. Pertama, studi hubungan dapat memberikan arah untuk melanjutkan
studi kausal-komparatif ataupun eksperimental.
Dalam studi kausal - komparatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin saja berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya agar tidak bercampur dengan pengaruh variabel bebas. Studi hubungan dapat membantu peneliti mengidentifkasi variabel-variabel seperti itu, yang berguna untuk mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel bebas yang sesungguhnya.
Dalam studi kausal - komparatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin saja berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya agar tidak bercampur dengan pengaruh variabel bebas. Studi hubungan dapat membantu peneliti mengidentifkasi variabel-variabel seperti itu, yang berguna untuk mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel bebas yang sesungguhnya.
2. Studi Prediksi
Bila
variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat
dipakai untuk memprediksikan skor pada variabel yang lainnya. Sebagai contoh,
Peringkat SMA, dapat dipakai untuk memprediksikan peringkat di perguruan
tinggi. Variabel yang mendasar pembuatan diacu sebagai kriteria.
Studi prediksi sering dilakukan guna memudahkan dalam pengambilan suatu kesimpulan mengenai individu atau membantu dalam pemilihan individu. Studi prediksi juga dijalankan guna menguji hipotesis teoretis tentang variabel yang dipercaya menjadi pediktor pad suatu kriteria, dan guna menentukan validitas prediktif dari instrumen pengukuran individual. Sebagai contoh, hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan level keberhasilan yang kemungkinan diperoleh individu pada mata pelajaran tertentu, mislanya aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan individu mana yang kemungkinan sukses di perguruan tinggi atau untuk memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin yang paling sukses.
Bila beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari beberapa variabel tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan hanya pada salah satu darinya. Sebagai contoh, prediksi kesuksesan di perguruan tinggi umumnya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti rangking dalam peringkat kelas, peringkat SMA, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Meskipun terdapat beberapa perbedaan utama antara studi prediksi dengan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel kompleks.
3. Korelasi dan Kausalitas
Studi prediksi sering dilakukan guna memudahkan dalam pengambilan suatu kesimpulan mengenai individu atau membantu dalam pemilihan individu. Studi prediksi juga dijalankan guna menguji hipotesis teoretis tentang variabel yang dipercaya menjadi pediktor pad suatu kriteria, dan guna menentukan validitas prediktif dari instrumen pengukuran individual. Sebagai contoh, hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan level keberhasilan yang kemungkinan diperoleh individu pada mata pelajaran tertentu, mislanya aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan individu mana yang kemungkinan sukses di perguruan tinggi atau untuk memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin yang paling sukses.
Bila beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari beberapa variabel tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan hanya pada salah satu darinya. Sebagai contoh, prediksi kesuksesan di perguruan tinggi umumnya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti rangking dalam peringkat kelas, peringkat SMA, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Meskipun terdapat beberapa perbedaan utama antara studi prediksi dengan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel kompleks.
3. Korelasi dan Kausalitas
Penelitian
korelasional merupakan suatu studi bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antar
variabel melalui penggunaan statistik korelasional (r). Kuadrat dari koefisien
korelasi akan menghasilkan varians yang dijelaskan (r-square). Suatu hubungan
korelasional antara 2 variabel kadang kala merupakan hasil dari sumber lain,
jadi peneliti haruslah hati-hati dan korelasi tidaklah harus menjelaskan sebab
dan akibat. Bila suatu hubungan yang kuat ditemukan antara 2 variabel,
kausalitas dapat diuji melalui pemakaian pendekatan eksperimental.
Berbagai rancangan penelitian korelasional umumnya didasarkan pada asumsi bahwa realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi dan dipengaruhi oleh sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linier, seperti dalam penelitian eksperimental. Dengan demikian, dinamika suatu sistem-bagaimana setiap bagian yang lain-lebih penting kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional seperti analisis jalur (path analysis) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel designs) membolehkan pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah kuantitatif (ibid).
Berbagai rancangan penelitian korelasional umumnya didasarkan pada asumsi bahwa realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi dan dipengaruhi oleh sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linier, seperti dalam penelitian eksperimental. Dengan demikian, dinamika suatu sistem-bagaimana setiap bagian yang lain-lebih penting kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional seperti analisis jalur (path analysis) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel designs) membolehkan pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah kuantitatif (ibid).
Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan dianataranya, yaitu (1)
korelasi bivariat, (2) regresi dan prediksi (3) regresi jamak, (4) analisis faktor,
dan (5) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan kausal.
(Shaughnessy & Zechmeister,2000:2-5). Rancangan penelitian tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
a. Korelasi Bivariat
Rancangan
penelitian korelasi bivariat merupakan suatu rancangan penelitian yang memiliki
tujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara 2
variabel tersebut diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
tersebut, umumnya diungkapkan
dalam angka antara -1 dan +1, tingkatan hubungan itu dinamakan koefisien
korelasi. Korelai zero (0) mengindikasikan tidak adaanya hubungan
antarvariabel. Koefisiensi korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan
korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan dengan semakin
tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain
dan begitu pula sebaliknya. Hubungan antara prestasi dan motivasi belajar
merupakan contoh korelasi positif. Sedangkan, hubungan antara sehat dan sres
merupakan contoh korelasi negatif.
b. Regresi dan Prediksi
Bila
terdapat korelasi antara 2 variabel, dan peneliti mengetahui skor pada salah
satu variabel, peneliti dapat meprediksikan skor pada variabel kedua. Regresi
merujuk pada seberapa baik peneliti bisa membuat prediksi semacam ini.
Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik yang bernilai -1 maupun +1,
prediksi peneliti dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara
kesehatan dan stres. Jika peneliti mengetahui skor stres seseorang, maka
peneliti mampu memprediksikan skor kesehatan seseorang tersebut dimasa yang
akan datang.
c. Regresi Jamak (Multiple
Regression)
Regresi jamak adalah perluasan regresi dan prediksi
sederhana dengan menambahkan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini
dapat memberikan lebih banyak kekuatan kepada peneliti untuk membuat prediksi
yang lebih akurat. Apa yang peneliti prediksikan disebut variabel kriteria
(criterion variabel). Apa yang peneliti gunakan untuk membuat prediksi,
sedangkan variabel-variabel yang telah diketahui, disebut variabel prediktor
(predictor variables).
Jika peneliti tidak hanya
mengetahui skor stres, akan tetapi juga mengetahui skor perilaku kesehatan atau
seberapa baik seseorang memperhatikan dirinya sendiri, dan bagaimana kesehatan
seseorang selama ini secara umum sehat atau sakit, maka peneliti akan lebih
dapat memprediksikan secara lebih tepat status kesehatan seseorang tersebut.
Dengan demikian, terdapat tiga variabel prediktor stres, perilaku kesehatan,
dan status kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di
masa akan datang.
d. Analisis faktor
Prosedur
statistik yang satu ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar
variabel dikorelasikan dan terdapatnya antar korelasi yang tinggi
mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
Sebagai contoh, peneliti dapat
mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, mental, emosi, dan spiritual.
Setiap pertanyaan akan memberikan kepada peneliti suatu skor. Korelasi yang
tinggi baik positif itu maupun negatif antara beberapa skor ini akan
mengindikasikan faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan berbeda
yang dapat diberikan, yang kemungkinan dapat mengukur faktor kesehatan
emosional. Dalam kasus ini akan terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan
tentang marah, depresi, cemas, dan seterusnya. Atau di lain pihak, bila
masing-masing pertanyaan merupakan faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang
kecil antara pertanyaan yang berhubungan dengan marah, depresi, cemas, dan
seterusnya.
e. Rancangan Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan
KausalTerdapat 2 rancangan yang bisa digunakan guna membuat
pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional.
Rancangan tersebut yaitu rancangan analisis jalur (path analysis design) dan
rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan
yang mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel
lainnya. Sebagai contoh, peneliti mengetahui adanya suatu hubungan antara
kesehatan dan stres. Analsis jalur digunakan untuk memperlihatkan bahwa
terdapat jalur kecil melalui psikologi, jalur utama yang berhubungan dengan
kesehatan dan stres melalui perilaku sehat. Artinya kita mengetahui bahwa stres
memengaruhi faktor-faktor psikologi seperti coronary dan fungsi-fungsi
kekebalan. Kita juga mengetahui bahwa kita stres, kita menghentikan
kehati-hatian terhadap diri kita, kita kurang tidur, makan kurang baik, gagal
memperoleh latihan-latihan yang layak, dan seterusnya. Penelitian
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara stres, perilaku
sehat, dan kesehatan daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan.
Penelitian ini menggunakan statistik korelasi untuk menggambarkan kesimpulan
ini.
f. Analisis Sistem (System Analysis)
Analisis
sistem melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang kompleks atau rumit guna
menentukan proses dinamik, mislanya seperti perubahan sepanjang waktu, jerat
umpan balik, serta aliran dan unsur hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis
digunakan untuk menggambarkan atau membuat diagram perbedaan antara SMP yang
berhasil dan SMP yang gagal. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru
terhadap usaha pengajaran, performasi siswa, dan performasi siswa.
Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu.
Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
Kesalahan-kesalahan yang sering kali
dilakukan oleh peneliti dalam penelitian korelasional yaitusebagai berikut.
• Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
• Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
• Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
• Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
• Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
• Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
• Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
• Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur
• Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
• Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
• Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
• Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
• Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
• Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
• Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
• Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur
Kelebihan
dan Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional mempunyai kelebihan antara lain yaitu: kemampuannya untuk
menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan);
dan penelitian korelasional juga mampu memberikan informasi tentang
derajat kekuatan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Selanjutnya,
penelitian ini bermanfaat untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang
pendidikan, sosial, ekonomi. Penelitian korelasional ini juga memungkinkan
untuk menyelidiki beberapa variabel yang diselidiki secara intensif dan
penelitian ini bisa melakukan analisis prediksi tanpa membutuhkan sampel yang
besar.
Sedangkan, untuk kelemahan penelitian korelasional diantaranya: hasilnya hanya mengidentifikasi sesuatu sejalan dengan sesuatu, tidak harus menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; bila dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional ini kurang tertib dan ketat, karena kurang melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebasnya; pola saling berhubungan itu sering tidak menentu dan kabur atau kurang jelas; sering merangsang penggunanya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukan berbagai data tanpa melakukan pemilihan dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
Sedangkan, untuk kelemahan penelitian korelasional diantaranya: hasilnya hanya mengidentifikasi sesuatu sejalan dengan sesuatu, tidak harus menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; bila dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional ini kurang tertib dan ketat, karena kurang melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebasnya; pola saling berhubungan itu sering tidak menentu dan kabur atau kurang jelas; sering merangsang penggunanya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukan berbagai data tanpa melakukan pemilihan dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
D. Metode Penelitian Kausal Komparatif
Pengertian Metode
Penelitian Kausal Komparatif
Studi kausal-komperatif adalah
suatau penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan skema hubungan dan
pengaruh yang lebih dalam dari dua tau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek
yang diteliti. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan penyebab atau alasan
adanya perbedaan prilaku atau status kelompok indifidual. Studi
kausal-komperatif ini merupakan tindak lanjut dari studi korelasional. Jika
studi korelasional menggambarkan derajat hubungan antara dua atau lebih
fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti, maka studi kausal-komperatif
menggambarkan sedemikian rupa hubungan sebab akibat ( sumanto, 1995:107)
Penelitian
kausal komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu
variabel (objek penelitian), antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda
dan menemukan hubungan sebab-akibatnya (Marzuki, 1999:122). Sementara itu,
menurut Kerlinger (dikutip Emzir, 2010:119) penelitian kausal komparatif (causal
comparative research) yang disebut juga penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis di mana peneliti tidak
mengendalikan variabel bebas secara langsung karena keberadaan dari variabel
tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat
dimanipulasi.
Kemudian,
Gay (dikutip Emzir, 2010:119) mengemukakan bahwa studi kausal komparatif atau ex post facto adalah penelitian yang berusaha menentukan penyebab
atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam
kelompok individu. Dengan kata lain, penelitian kausal komparatif adalah
penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat berdasarkan
pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi
penyebab melalui data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini pendekatan
dasarnya adalah memulai dengan adanya perbedaan dua kelompok dan kemudian
mencari faktor yang mungkin menjadi penyebab atau akibat dari perbedaan
tersebut.
Berdasarkan
pengertian diatas, sebagian ahli menyebutkan ex post facto(bahasa latin ‘setelah fakta’) karena peneliti tidak memulai
prosesnya dari awal, melainkan langsung melihat hasilnya. Dari hasil yang
diperoleh tersebut peneliti mencoba mencari sebab-sebab terjadinya peristiwa
itu (Subana dan Sudrajat, 2009:42).
Dalam
bidang pendidikan penelitian kausal komparatif ini tepat digunakan apabila
penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dan pengaruh antara
dua variable. Nilai penelitian kausal komparatif terletak pada upaya
menggambarkan hubungan sebab akibat dan pengaruh tertentu berdasarkan kerangka
teori pendidikan tertentu. Contohnya penelitian pengaruh tingkat sosial ekonomi
orang tua terhadap prestasi belajar siswa dapat menggunakan metode ini.
Tujuan dari Metode Penelitian Kausal Komparatif
Tujuan
penelitian kausal-komperatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan
sebab akibat dengan cara : berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari
kembali faktor yang mungkin terjadi penyebab melalui data tertentu. Hal ini
berlainan degan metode eksperimental yang mengumpulkan datanya pada waktu kini
dalam kondisi yang dikontrol.
Ciri-ciri Metode
Penelitian kKusal Komparatif
Penelitian
kausal komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan
setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti
mengambil satu atau lebih akibat (sebagai “dependent variable”) dan menguji
data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab,
saling hubungan, dan maknanya.
Langkah langkah Metode
Penelitian Kausal Komparatif
Menurur
Emzir (2010:125) penelitian kausal komparatif dilakukan dalam lima tahap yakni,
(1) merumuskan masalah, (2) menentukan kelompok yang memiliki karakteristik
yang ingin diteliti, (3) pemilihan kelompok pembanding, (4) pengumpulan data,
dan (5) analisis data.
Sementara itu,
terdapat pula langkah-langkah pokok dalam studi kausal komparatif sebagai
berikut.
(1) Definisikan masalah.
(2) Lakukan penelaahan
keperpustakaan.
(3) Rumuskan hipotesis-hipotesis.
(4) Rumuskan asumsi-asumsi yang
mendasari hipotesis-hipotesis itu serta prosedur-prosedur yang akan digunakan.
(5) Rancang cara pendekatannya:
a. Pilihlah subjek-subjek yang akan
digunakan serta sumber-sumber yang relevan;
b. Pilihlah atau susunlah teknik
yang akan digunakan untuk mengumpulkan data;
c. Tentukan kategori-kategori
untuk mengklasifikasi data yang jelas, sesuai dengan tujuan studi, dan dapat
menunjukkan kesamaan atau saling berhubungan.
(6) Validasikan teknik untuk
mengumpulkan data itu, dan interpretasikan hasilnya dalam cara yang jelas dan
cermat.
(7) Kumpulkan dan analisis data.
(8) Susun laporannya.
Contoh-contoh Metode
Penelitian Kausal Komparatif
(1) Penelitian mengenai
faktor-faktor yang menjadi ciri-ciri pribadi yang gampang dan tidak gampang
mendapat kecelakaan dengan menggunakan data yang berwujud catatan –catatan yang
ada pada perusahaan asuransi.
(2) Mencari pola tingkah laku dan
prestasi belajar yang berkaitan dengan perbedaan umur pada waktu masuk sekolah,
dengan cara menggunakan data deskriptif mengenai tingkah laku dan skor test
prestasi belajar yang terkumpul sampai anak-anak yang bersangkutan kelas VI SD.
(3) Penelitian untuk menentukan
ciri-ciri guru yang efektif dengan mempergunakan data yang berupa catatan
mengenai sejarah pekerjaan selengkap mungkin.
(4) Misalnya seorang dosen mata
kuliah berbicara mewajibkan mahasiswa tingkat I jurusan bahasa Indonesia
dihadapan teman-temannya. Diketahui ternyata ada lancar dan ada yang tidak,
khususnya dalam menggunakan bahasa Indonesia, padahal mereka padahal mahasiswa
jurusan bahasa Indonesia. Dapat digunakan judul “Pengaruh Bahasa Ibu,
Lingkungan di Luar Rumah, dan Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA terhadap
Kemahiran Berpidato Mahasiswa Tingkat I Jurusan Bahasa Indonesia”.
Identifikasi masalah:
1. Penelitian beranggapan bahwa
ada hubungan kausal antara ketiga faktor pada judul diatas terhadap kemahiran
berpidato. Pelajaran bahasa Indonesia di SMA berpengaruh terhadap kemahiran.
2. Variabel
bebas :
1)
Bahasa ibu
2)
Lingkungan di luar rumah
3)
Pelajaran bahasa indonesia di SMA
3
.Variabel terikat : Kemahiran berpidato
4. Rumusan Masalah: “Apakah
faktor-faktor bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran bahasa
indonesia di SMA berpengaruh terhadap kemahiran berpidato”.
5. Hipotesis : “faktor-faktor
bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran bahasa indonesia di SMA
berpengaruh secara signifikan terhadap kemahiran berpidato mahasiswa jurusan
bahasa indonesia.
Keunggulan-keunggulan Metode Penelitian Kausal Komparatif
1. Metode kausal-komperatif adalah
baik untuk keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu eksperimental, tak
dapat digunakan:
a. Apabila tidak selalu mengkin
untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor yang perlu untuk
menyelidiki hubungan sebab-akibat secara langsung.
b. Apabila pengontrolan terhadap
semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat,
yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.
c. Apabila kontrol di laboratorium
untuk berbagai tujuan penelitian dalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang
dari segi etika diragukan/dipertanyakan.
2. Studi kausal-komperatif
menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang
dipersoalkan: apa yang sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan
dan pola yang bagaimana, dan sejanis dengan itu.
3. Perbaikan-perbaikan dalam hal
teknik, metode statistik, dan rancangan ddengan kontrol parsial, pada
akhir-akhir ini telah membuat studi kausal-komperatif itu lebih dapat
dipertanggung jawabkan.
Kelemahan-kelemahan
Metode Penelitian Kausal Komparatif
1. Kelemahan utama setiap
rancangan ex post facto adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. Dalam
batas-batas pemilihan yang dapat dilakukan, penelitian harus mengambil
fakta-fakta yang dijumpainya tanpa kesempatan untuk mengatur kondisi-kondisinya
atau memanipulasikan variabel-variabel yang mempengaruhi fakta-fakta yang
dijumpainya itu. Untuk dapat mencapai kesimpulan yang sehat, peneliti harus
mempertimbangkan segala alasan yang mungkin ada atau hipotesis-hipotesis
saingan yang mungkin diajukan yang mungkin mempengaruhi hasil-hasil yang
dicapai. Sejauh peneliti dapat dengan sukses membuat justifikasi kesimpilannya
terhadap alternatif-alternatif lain itu, dia ada dalam posisi yang secara
relatif kuat.
2. Adalah sukar untuk memperoleh
kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup
dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.
3. Kenyataan bahwa faktor penyebab
bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai
faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek nyang disaksikan,
menyebabkan soalnya sangat kompleks.
4. Suatu gejala mungkin tidak
hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan
oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian
lain.
5. Apabila saling hubungan antara
dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab
dan mana yang akibat.
6. Kenyataan bahwa dua, atau
lebih, faktor saling berhungan tidaklaj mesti memberi implikasi adanya hubungan
sebab-akibat. Kenyataan itu mungkin hanyalah karena faktor-faktor tersebut
berkaitan dengan faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terobservasi.
7. Menggolong-golongkan subjek ke
dalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh) untuk
tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori
semacam itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tidak mantap. Seringkali penelitian
yang demikian itu tidak menghasilkan penemuan yang berguna.
8. Studi komperatif dalam situasi
alami tidak memungkinkan pemilihan subjek secara terkontrol. Menempatkan
kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali
dalam hal dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar.
E.
METODE EKSPERIMEN
Pengertian Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen merupakan
suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan. Penelitian
eksperimen, tentu saja dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis. Karena itu,
setelahnya masalah dibatasi dengan tegas, peneliti perlu mengembangkan
hipotesis yang akan di ujinya. Dalam pengujian dimaksud hipotesisnya
boleh jadi bisa diterima tapi bisa juga ditolak. Diterima atau ditolaknya
hipotesis itu, tergantung pada hasil observasi terhadap hubungan variabel pada
objek eksperimen.(http://sucifitrianti.blogspot.com/2013/10/makalah-penelitian-eksperimen.html)
Menurut
Hadi (1985) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara
sengaja oleh peneliti. Latipun (2002) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen
merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi terhadap
perilaku individu yang diamati yang bertujuan untuk mengetahui akibat
manipulasi.
Menurut Sukardi (2011:180),
penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu
penelitian di dalam laboratorium dan di luar laboratorium. Sehubungan dengan
subjek dalam pendidikan adalah siswa, penelitian yang paling banyak dilakukan
adalah di luar laboratorium. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa keunggulan
yang dimiliki oleh penelitian di luar laboratorium. Selain itu, penelitian
eksperimen juga lebih cocok dilakukan dalam bidang pendidikan. Hal
ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut:
a) metode
pengajaran yang lebih tepat disetting secara alami dan dikomparasikan di
dalam keadaan yang tidak biasa;
b) penelitian
dasar dengan tujuan menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan yang
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah.
Berdasarkan definisi dari beberapa
ahli dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau
perlakuan terhadap subjek penelitian dan menguji hipotesis tentang ada-tidaknya
pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain atau yang sama
sekali tidak diberikan tindakan dengan kondisi yang terkendali.
Variabel dan Subyek Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen memiliki khas
yaitu menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain
dan menguji hipotesis hubungan sebab-akibat. Variabel penelitian pada
dasarnya segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya. Menurut Hats dan Faraday (1981) variabel didefinisikan
sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu
orang dengan orang yang lain atau satu obyek dengan obyek yang
lain. (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
Dalam penelitian eksperimen dikenal
tiga kelompok variabel yaitu variabel eksperimen (variabel yang diberikan
treatment/tindakan), variabel kontrol atau pembanding dan variabel luar
(extraneous variabel) yaitu variabel pengganggu yang sulit untuk diprediksi dan
dikendalikan tetapi mempengaruhi hasil penelitian. (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
Eksperimen dimulai dengan
mengembangkan hipotesis hubungan sebab-akibat anatara variabel terikat dan
variabel bebasnya. Selanjutnya dilakukan berturut-turut pengukuran nilai
(kualitas) variabel terikatnya (pretest), mengenakan perlakuan (kondisi
pengubah nilai) terhadap variabel bebasnya, dan mengukur kembali nilai variabel
terikatnya (posttest) untuk melihat ada tidaknya perubahan nilai.
Masalah pokok dalam melaksanakan
eksperimen adalah menjaga kondisi eksperimen sedemikian sehingga tidak ada
faktor lain yang sempat menyertai jalannya eksperimen yang dapat mengacaukan
atau mengaburkan pengukuran hasil penelitian (posttest). Dalam penelitian
pendidikan, variabel yang bisa dimanipulasi termasuk metode pengajaran, jenis
penguatan, pengaturan lingkungan belajar, jenis materi belajar dan ukuran
kelompok belajar. Variabel terikat juga diacu sebagai variabel kriteria atau
variabel pengaruh dari hasil studi. Perubahan atau perbedaan dalam kelompok
dipercaya sebagai suatu hasil manipulasi variabel bebas.
Suatu penelitian, termasuk
eksperimen, perlu menetapkan target populasi. Untuk penelitian eksperimen
dibutuhkan keadaan populasi yang relatif homogen. Homogenitas populasi ini
berguna bagi kemudahan dalam pengambilan sampel dan perlakuan yang hendak
diberikan. Jika upaya homogenitas ini dicapai secara maksimal, maka sangat
membantu peningkatan validitas penelitian. Homogenitas subyek penelitian dapat
dicapai dengan membatasi ciri populasi, diantaranya :
1. Aspek
tempat atau geografis, merupakan tempat tinggal subjek (provinsi, kabupaten,
sekolah).
2. Aspek
subjek sendiri, seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, dll.
3. Aspek
sosial, yang mencakup kelas sosial, keluarga, dan lingkungan sosial.
Penelitian biasanya
dilakukan terhadap sampel, yaitu sebagian dari populasi. Subjek penelitian yang
menjadi sampel seharusnya representatif populasinya. Kerepresantatifan sampel
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Jumlah
sampel
Jumlah sampel
merupakan banyaknya kelompok sampel yang dibutuhkan dalam suatu
eksperimen. Jumlah sampel ini ditentukan oleh desain eksperimennya. Contohnya,
jika suatu eksperimen dilakukan untuk melakukan komparasi dua macam perlakuan
misalnya pemberian pelatihan keterampilan sosial pada satu kelompok, dan tidak
ada perlakuan pada kelompok lain, maka jumlah sampel yang dibutuhkan ada dua
(kelompok perlakuan dan kelompok kontrol). Dalam suatu eksperimen yang lain,
dapat saja komparasi dua macam perlakuan itu dilakukan terhadap satu sampel.
Dengan demikian jumlah sampel sangat bergantung pada desain penelitian.
b. Besar
anggota sampel
Besar anggota
sampel dalam eksperimen tidak ditentukan oleh besarnya populasi, tetapi
ditentukan oleh kekuatan pengaruh perlakuan dari studi-studi sebelumnya. Suatu
perlakuan yang memiliki pengaruh yang kuat pada perubahan variabel terikat
(perilaku) berdasarkan studi atau penelitian terdahulu diperlukan anggota
sampel yang relatif lebih sedikit, dan semakin lemah pengaruh suatu perlakuan
pada variabel terikat dibutuhkan anggota sampel yang relatif lebih banyak.
c. Teknik
pengambilan sampel
Pengambilan sampel
dalam penelitian eksperimen dapat dilakukan dua teknik, yaitu sebagai berikut :
1) Random
Random
merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas probabilitas bahwa
setiap unit sampling memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai
sampel. Ada beberapa teknik random yang dapat digunakan dalam menetapkan
anggota sampel sebagai berikut :
a) Random
sederhana (simple random), dilakukan dengan memilih setiap individu yang
menjadi sampel secara random. Biasanya dilakukan dengan undian.
b) Pemilihan
urutan nomor (random ordering) yaitu pemilihan anggota sampel atas dasar urutan
nomor unit sampling. Yang dipilih sebagai sampel dapat ditetapkan atas dasar
nomor genap saja atau nomor ganjil saja atau kelipatan angka tertentu sehingga
jumlah anggota sampel yang dibutuhkan terpenuhi.
c) Random
berdasarkan tabel. Random berdasarkan tabel yaitu penentuan anggota sampel
secara sistematis yang dilakukan dengan hanya memilih individu pertama saja
yang dipilih secara random sementara invidu berikutnya terpilih menurut aturan
yang ditetapkan berdasarkan tabel random.
d) Seleksi
komputer, yaitu penentuan anggota sampel berdasarkan nomor random yang
diprogram di komputer.
2) Non
random
Non random disebut
juga sampel non probabilitas. Teknik pengambilan sampel tidak dengan random
tetapi dengan pertimbangan tertentu. Jika dalam pemilihan anggota sampel
dilakukan dengan tidak cermat, cara non random ini tidak dapat memperoleh
sampel yang representatif.
Sesuai dengan
sifatnya, penentuan sampel non random memiliki banyak kesulitan dalam mencapai
keadaan yang representatif karena dimungkinkan banyak bias yang terjadi secara
sistematis yaitu dimungkinkan ada unsur kesengajaan dari peneliti. Jika teknis
ini terpaksa dilakukan dalam penelitian eksperimen maka peneliti haruslah
melakukannya secara hati-hati.
Tujuan Penelitian Eksperimen
Tujuan umum penelitian eksperimen
adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala
suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan
yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dalam bidang pendidikan
dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan
(pembelajaran dengan metode problem solving) terhadap prestasi belajar dan
kemampuan komunikasi matematika pada siswa SMP atau untuk menguji hipotesistentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan
tersebut jika dibandingkan dengan metode konvensional. Selanjutnya, tindakan di
dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua
tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui
pengaruhnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan
menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas
pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai
seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya)
pengaruh tersebut jika dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi
perlakuan yang berbeda.
Karakteristik Penelitian Eksperimen
Menurut Ary (1985), ada tiga
karakteristik penting dalam penelitian eksperimen antara lain: (http://www.statistikian.com/2012/10/penelitian-experimen.html)
a) Variabel
bebas yang dimanipulasi
Memanipulasi
variable adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan
ilmiah. Perlakuan tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka untuk
memperoleh perbedaan efek dalam variable yang terkait.
b) Variabel
lain yang berpengaruh dikontrol agar tetap konstan
Menurut Gay
(1982), control is an effort on the part of researcher to remove the
influence of any variable other than the independent variable that ought affect
performance on a dependent variable.
Dengan kata lain,
mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel lain
yang mungkin dapat mempengaruhi variable terkait. Dalam pelaksanaan eksperimen,
grup eksperimen dan grup kontrol sebaiknya diatur secara intensif agar
karakteristik keduanya mendekati sama.
c) Observasi
langsung oleh peneliti
Tujuan dari
kegiatan observasi dalam penelitian eksperimen adalah untuk melihat dan
mencatat segala fenomena yang muncul yang menyebabkan adanya perbedaan diantara
dua grup.
Karakteristik yang
selalu ada dalam penelitian eksperimental adalah adanya tindakan manipulasi
variabel yang secara terencana dilakukan oleh peneliti. Memanipulasi variabel
ini tidak mempunyai arti yang negatif, seperti yang terjadi diluar konteks
penelitian. Yang dimaksud dengan manipulasi dalam hal ini, menurut
Sukardi (2003), yaitu tindakan atau perlakuan yang dilakukan oleh seorang
peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan
secara terbuka guna memperoleh perbedaan efek dalam variabel terikat.
Danim (2002)
menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yaitu : (http://badrulwajdi.blogspot.com/2011/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html)
1. Variabel-variabel
penelitian dan kondisi eksperimen diatur secara tertib ketat (rigorous
management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung,
maupun random (acak).
2. Adanya
kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan
kelompok eksperimen.
3. Penelitian
ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan variansi
variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi
variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak
menjadi tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi
kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan
penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan
secara acak.
4. Validitas
internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian
eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimen yang dilakukan pada
saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
5. Validitas
eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan
penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan menggeneralisasikan pada kondisi
yang sama.
6. Semua
variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara
sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
Menurut John W.
Creswell (2008) sebelum melakukan penelitian eksperimen, kita harus memahami
karakteristik yang ada pada penelitian eksperimen, yaitu: (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
1. populasi
dipilih secara acak;
2. memiliki
variabel kontrol;
3. treatment (tindakan);
4. hasil
dapat diukur dengan instrument penelitian;
5. membandingkan
kelompok variabel;
6. validitas
terukur.
Tiga unsur penting
yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian ini, yaitu:
a) Variabel
kontrol,
Variabel kontrol
adalah inti dari metode eksperimen, karena variabel kontrol inilah yang akan
menjadi standar dalam melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yang
terjadi akibat perbedaan perlakuan yang diberikan.
b) Manipulasi,
Dalam penelitian
ini, yang dimanipulasi adalah variabel independent dengan melibatkan
kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda.
c) Pengamatan.
Setelah peneliti
menerapkan perlakuan eksperimen, harus mengamati untuk menentukan apakah
hipotesis perubahan telah terjadi (Observasi).
· Berdasarkan
beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik penelitian
eksperimen adalah antara lain :
1) Manipulasi
Variabel
Bila kita melakukan
eksperimen, maka secara sengaja kita mengintervensi terjadinya hubungan kausal.
Situasi (variabel bebas) yang diasumsi sebagai penyebab munculnya gejala
(variabel terikat) secara sengaja dimaniulasi variabel itu dilakukan dengan
menempatkan subjek pada situasi tersebut, dan mencegah kemungkinan munculnya
faktor lain yang dapat mencemari situasi itu.
2) Kontrol
Kesimpulan tentang
hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel terikat dengan valid, bila
dilakukan pengontrolan pengaruh variabel lain terhadap variabel terikat.
Pengontrolan ini menggunakan apa yang disebut ctengan kelompok kontrol. Dalam
berbagai segi, keberadaan kelompok kontrol sarna dengan kelompok eksperimen.
Satu-satunya perbedaan adalah, pada kelompok eksperimen diberi perlakuan
(treatment), sedangkan pada kelompok control tidak ada perlakuan. Dengan
demikian, bila muncul gejala yang berbeda antara kedua kelompok, maka itu
dianggap sebagai pengaruh perlakuan atau treatment effect.
3) Penugasan
Random
Dalam konteks
eksperimen, perandoman dilakukan dalam dua kegiatan, yaitu dalam memilih subjek
yang menjadi sampel (pemilihan random atau random selection), dan
dalam menugaskan setiap subjek yang menjadi sampel ke dalam salah satu dari
kelompok eksperimen atau kelompok kontrol, yang disebut dengan penugasan random
alau random assignment. Pemilihan random berfungsi membuat kelompok
subjek yang menjadi sampel itu representatif terhadap populasi. Adapun fungsi
penugasan random adalah agar sebelum pelaksanaan eksperimen, baik kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol keadaannya sama (homogen), sehingga bila
setelah eksperimen terjadi perbedaan pada kedua kelompok itu, perbedaan yang
terjadi adalah pengaruh dari perlakuan.
4) Treatment (Perlakuan)
Eksperimen pada
intinya sama dengan observasi. Perbedaan antara keduanya terletak pada objek
yang diamati. Pada observasi yang bukan eksperimen, objek yang diamati telah
ada, sedangkan pada eksperimen objek yang diamati itu diciptakan situasi
munculnya oleh peneliti. Memunculkan objek pengamatan itu adalah melalui
perlakuan atau treatment.
Jenis Penelitian Eksperimen
Rancangan
Penelitian Eskperimen digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara
dua variabel, dimana sebabnya merupakan intervensi peneliti.
Rancangan penelitian
eksperimen terdiri dari :
(a) Preexperiments
Pra Eskperimen
adalah penelitian eksperimen yang hanya menggunakan kelompok studi tanpa
menggunakan kelompok kontrol, serta pengambilan respondin tidak dilakukan randomisasi. Disebut preexperiments karena
desain ini belum merupakan desain sungguh-sungguh. Masih terdapat variabel luar
yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hasil eksperimen
yang merupakan variabel dependen itu ukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel
independen. Hal ini dikarenakan tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak
dipilih secara random.
Dalam penelitian
ini, kelompok diberikan tes awal sebelum perlakuan eksperimental.
Setelah treatment selesai, tes akhir diberikan untuk melihat
prestasi. Efektivitas perlakuan pembelajaran diukur dengan membandingkan skor
rata-rata tes awal dan tes akhir. Ketika ternyata bahwa skor rata-rata tes
akhir secara signifikan lebih tinggi dari skor rata-rata tes awal, maka
disimpulkan bahwa perlakuan pembelajaran efektif.
Dalam preexperimental
design terdapat tiga alternatif desain sebagai berikut:
1) Studi
Kasus Bentuk Tunggal (One-shot Case Study)
Jenis one-shot case
study dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah
suatu desain penelitian. Dimana dalam rancangan penelitian ini terdapat suatu
kelompok diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya
(treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel
dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis
perlakuan lalu diukur hasilnya. Dalam penyelenggaraan rancangan ini subjek
disajikan dengan beberapa perlakuan, hanya tidak terdapat kelompok pembanding
dan tanpa skor tes awal.
Adapun bagan
dari one-shot case study adalah sebagai berikut:
Dengan X: kelompok
yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O: kejadian pengukuran atau
pengamatan.
Bagan tersebut
dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan,
dan selanjutnya diobservasi hasilnya.
Contoh: Pengaruh
penggunaan Komputer dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O).
2) Tes
Awal - Tes Akhir Kelompok Tunggal ( The One Group Pretest – posttest)
Dalam rancangan
ini, pengaruhatau efek suatu tritmen diputuskan berdasarkan perbedaan antara
pretest dengan posttes. Kalau pada rancangan “a” tidak ada pretest, maka pada
rancangan ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan
sebelum diberi perlakuan.
Bentuk bagan desain
tersebut adalah sebagai berikut:
Pengaruh perlakuan:
O1 – O2.
Desain ini
mempunyai beberapa kelemahan, karena akan menghasilkan beberapa ukuran
perbandingan. Kelemahan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor historis
(tidak menghasilkan perbedaan O1 dan O2), maturitation (subjek penelitian dapat
mengalami kelelahan, kebosanan, atau kelaparan dan kadang enggan menjawab jika
dinilai tidak sesuai dengan nilai yang berlaku), serta pembuatan instrument penelitian.
Kejelekannya yang paling fatal adalah tidak akan menghasilkan apapun.
3) Perbandingan
Kelompok Statis ( The Static Group Comparison Design)
Pada rancangan ini
membandingkan suatu kelompok yang menerima tritmen eksperimental dengan
kelompok lainnya yang tak mendapat tritmen.
Pada rancangan ini
terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua
yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah
untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).Masalah yang akan muncul
dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang akan
diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih secara acak.
Adapun bagan desain
penelitian ini adalah sebagai berikut:
O1: hasil
pengukuran satu grup yang diberi perlakuan, dan O2: hasil pengukuran satu grup
yang tidak diberi perlakuan.
Pengaruh perlakuan:
O1 – O2.
Ketiga bentuk
desain preexperiment itu jika diterapkan untuk penelitian akan banyak
variabel luar masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas
internal penelitian menjadi rendah.
(b) True
Experiment
True Experiment
Design adalah penelitian experimen dimana kelompok studi dan kelompok kontrol
pengambilan sample-nya dilakukan secara randomisasi, serta pada kelompok studi dilakukan
intervensi variabel sebab sedang pada kelompok kontrol tidak dilakukan
intervensi.
Disebut
sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan
demikian, validitas internal (kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian)
menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true
experiments menurut Suryabrata (2011 : 88) adalah untuk menyelidiki
kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan
membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan.
True
experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan untuk
eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari
populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalam true experiments pasti
ada kelompok kontrol dan pengambilan sampel.
Berikut jenis
penelitian yang termasuk dalam true experiments:
1. Rancangan
Secara Acak dengan Tes dan Kelompok Kontrol (Posstest-Only Control Design
)
Dalam desain ini
terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok
pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi
perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan
disebut kelompok kontrol. Nilai tes akhir menjadi digunakan untuk mengukur
hasil perlakuan. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Bagan penelitian
ini adalah sebagai berikut.
Pengaruh adanya perlakuan adalah (O1:O2). Dalam penelitian, pengaruh perlakuan dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perbedaan yang signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
2. Rancangan
Secara Acak dengan Tes Awal dan Tes Akhir dengan Kelompok Kontrol
( The Pretest - Posttest Control Goup Design)
Dalam rancangan ini
terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest
untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
Bagan dari desain
penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pengaruh perlakuan
adalah: (O2 - O1) - (O4 - O3).
3. Rancangan
Secara Acak Empat Kelompok Solomon ( The Solomon Four Group Design )
Dalam rancangan
ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok
diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan
satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat
kelompok ini diberi posttes.
(c) Factorial
Design
Desain merupakan
modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperhatikan
kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan terhadap
hasil. Semua grup dipilih secara random kemudian diberi pretest. Grup yang akan
digunakan untuk penelitian dinyatakan baik jika setiap kelompok memperoleh
nilai pretest yang sama.
(d) Quasy
Experiment
Quasiexperiments disebut
juga dengan eksperimen pura-pura. Bentuk desain ini merupakan pengembangan
dari trueexperimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini
mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan jika
peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh,
tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya. Dalam
eksperimen ini, jika menggunakanrandom tidak diperhatikan aspek kesetaraan
maupun grup kontrol.
Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen
Menurut Sukardi,
(2003) pada umumnya, penelitian eksperirnen dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah seperti berikut :
1. Melakukan
kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan.
2. Mengidentifikasi
dan mendefinisikan masalah.
3. Melakukan
studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis
penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan
definisi istilah.
4. Membuat
rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan:
a) Mengidentifikasi
variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi
proses eksperimen.
b) Menentukan
cara mengontrol.
c) Memilih
rancangan penelitian yang tepat.
d) Menentukan
populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek
penelitian.
e) Membagi
subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.
f) Membuat
instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh
instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.
g) Mengidentifikasi
prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis.
5. Melaksanakan
eksperimen.
6. Mengumpulkan
data kasar dan proses eksperimen.
7. Mengorganisasikan
dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.
8. Menganalisis
data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk
menentukan tahap signifikasi hasilnya.
9. Menginterpretasikan
basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan
Validitas Penelitian
Suatu eksperimen mempunyai
kostribusi yang berarti bagi pengembangan pengetahuan. Kata validitas
berarti dapat diterima atau absah. Istilah ini mengandung pengertian bahwa
sesuatu yang dinyatakan valid atau absah berarti telah sesuai dengan kebenaran
yang diharapkan sehingga dapat diterima dalam suatu kriteria tertentu.
Validitas dalam penelitian eksperimen mengandung beberapa kelemahan yang harus
dipertimbangkan, antara lain:
(1) internal
validity,
(2) eksternal
validity,
(3) statistical
conclution validity,
(4) construct
validity
Dalam setiap
penelitian eksperimental yang berkaitan dengan validitas internal mengandung
beberapa kelemahan. Menurut Cambell dan Stanley dalam Ross dan Morrison (2003 :
1024) ada beberapa kelemahan dalam validitas internal, antara lain:history,
maturation, testing, instrumentation, selection, statistical regretion,
experiment mortality, diffusion of treatments. Kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
(a) history
Banyak kejadian di
masa lampau yang dapat mempengaruhi validitas penelitian eksperimen yang
disebabkan oleh adanya interaksi antar individu.
(b) maturation
Beberapa perubahan
dapat terjadi pada dependent variable yang berfungsi dalam kurun
waktu dan bukannya kejadian yang spesifik ataupun kondisi tertentu. Terutama
berkaitan dnegan jangka waktu pengamatan yang memakan waktu lama.
(c) testing
Proses pengujian
juga dapat menimbulkan distorsi yang akan mempengaruhi hasil eksperimen.
(d) instrumentation
Instrumen yang digunakan
dalam penelitian eksperimen kadang kala sudah tidak sesuai lagi dengan standar
yang berlaku.
(e) selection
Peneliti kadang
masih menggunakan unsur subjektifitas dalam memilih orang yang akan dijadikan
objek eksperimen yang baik.
(f) statistical
regretion
Peneliti kadangkala
dihadapkan pada kesulitan apabila hasil yang diperoleh dalam penelitian
menghasilkan skor yang ekstrim.
(g) experiment
mortality
Dalam penelitian
eksperimen seringkali terjadi perubahan komposisi kelompok yang diobservasi.
Ada anggota kelompok yang harus didrop karena tidak sesuai dengan situasi
pengetesan saat tertentu.
Selain dipengaruhi
oleh validitas internal, eksperimen juga dipengaruhi oleh validitas eksternal,
antara lain:
a) interaction
of treatments and treatments
Kelemahan ini
terjadi apabila pengalaman responden lebih dari satu treatment. Seseorang yang
dipilih sebagai objek eksperimen mungkin pernah mengalami eksperimen yang sama
maka pengamatan kedua terhadap si responden tersebut akan menjadi bias.
b) interaction
of testing and treatment
Dalam eksperimen
pretest, responden harus dipekakan agar mendorong eksperimen dengan alternatif
yang berbeda.
c) interaction
of selection and treatment
Hal ini menimbulkan
pertanyaan dalam membuat generalisasi antara beberapa kategori manusia antar
grup. Sebab diantara mereka telah terjadi hubungan original yang telah
terbentuk sebelumnya.
d) interaction
of setting and treatment
Antara setting penelitian
dengan treatment yang dilakukan akan terjadi interaksi diantara
keduanya. Dengan demikian interaksi keduanya akan mendukung jalannya proses
penelitian yang sedang dilakukan.
e) interaction
of history and treatment
Kadangkala terjadi
hubungan sebab akibat antara kejadian masa lalu dan masa sekarang yang merupakan
kejadian tak biasa dan berpotensi tidak dapat diukur dalam penelitian.
Selanjutnya, untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, ada empat strategi umum yang dapat
digunakan untuk memperbaiki validitas eksternal, antara lain:
(a) Menggunakan
pilihan acak (randomly) untuk memilih orang, setting, atau waktu yang
digunakan dari populasi yangada agar generalisasi menjadi lebih baik.
(b) Membuat
agar grup individu, manusia ataupun settingnya dibuat heterogen. Langkah ini
ditempuh jika penA. METODE DESKRIPTIF
Definisi Metode Deskriptif
Metode
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa
orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.
Menurut
Hidayat syah penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menemukan pengetahuan yang sekuas-luasnya terhadap objek penelitian pada
suatu masa tertentu. Sedangkan menurut Punaji Setyosari ia
menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa,
objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel
yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata. Hal
senada juga dikemukakan oleh Best bahwa penelitian deskriptif merupakan metode
penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan
apa adanya.
Sukmadinata
(2006:72) menjelaskan Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada,
baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa
bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan
antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
Penelitian
deskriptif menurut Etna Widodo dan Mukhtar (2000) kebanyakan tidak dimaksudkan
untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya
suatu gejala, variabel, atau keadaan. Namun demikian, tidak berarti semua
penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam
penelitian deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji melainkan bagaimana
berusaha menemukan sesuatu yang berarti sebagai alternatif dalam mengatasi
masalah penelitian melalui prosedur ilmiah.
Penelitian
deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah pengumpulan dan penyusunan data,
tapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut. Oleh
karena itu, penelitian deskriptif mungkin saja mengambil bentuk penelitian
komparatif, yaitu suatu penelitian yang membandingkan satu fenomena atau gejala
dengan fenomena atau gejala lain, atau dalam bentuk studi kuantitatif dengan
mengadakan klasifikasi, penilaian, menetapkan standar, dan hubungan kedudukan
satu unsur dengan unsur yang lain.
Contoh
permasalahan penelitian yang tergolong penelitian deskriptif seperti :
“Bagaimanakah gambaran kebiaasaan membaca di kalangan mahasiswa ?”, “
Bagaimanakah gambarn jumlah putus sekolah di tingkat sekolah dasar ?”,
“Bagaimanakah gambaran pelaksanaan sistem kredit semester di perguruan tinggi
?”.
Menurut
Nazir (1988: 63) dalam Buku Contoh Metode Penelitian, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Menurut Sugiyono (2005: 21)
menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan
untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Menurut Whitney (1960: 160) metode
deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Dapat
dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau
masalah aktual.
Ciri-Ciri
Metode Deskriptif
Terdapat ciri-ciri yang pokok pada metode deskriptif,
antara lain adalah:
1. Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada
saat penelitian dilakukan atau permasalahan yang bersifat aktual
2. Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang
diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang
seimbang.
3. Pekerjaan peneliti bukan saja memberika gambaran
terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji
hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu
masalah.
Jenis
Penelitian Deskriptif
Furchan
(2004) menjelaskan, beberapa jenis penelitian deskriptif, yaitu;
a. Studi kasus
Yaitu suatu penyelidikan intensif
tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan
menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial
yang diteliti. Dalam penelitian ini dimungkinkan ditemukannya hal-hal tak
terduga kemudian dapat digunakan untuk membuat hipotesis.
b. Survei
Studi jenis ini merupakan studi
pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar
jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan
bukan tentang individu. Berdasarkan ruang lingkupnya (sensus atau survai
sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus
tentang hal-hal yang tidak nyata, survei sampel tentang hal-hal yang nyata, dan
survei sampel tentang hal-hal yang tidak nyata.
c. Studi perkembangan
Studi ini merupakan penelitian
yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya bagaimana
sifat-sifat anak pada berbagai usia, bagaimana perbedaan mereka dalam
tingkatan-tingkatan usia itu, serta bagaimana mereka tumbuh dan berkembang. Hal
ini biasanya dilakukan dengan metode longitudinal dan
metode cross-sectional.
d. Studi tindak lanjut
Yakni, studi yang menyelidiki
perkembangan subyek setelah diberi perlakukan atau kondisi tertentu atau
mengalami kondisi tertentu.
e. Analisis dokumenter
Studi ini sering juga disebut
analisi isi yang juga dapat digunakan untuk menyelidiki variabel sosiologis dan
psikologis.
f. Analisis kecenderungan
Yakni, analisis yang dugunakan
untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan memperhatikan
kecenderungan-kecenderungan yang terjadi.
g. Studi korelasi
Yaitu, jenis penelitian deskriptif
yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti.
Menurut
Nazir (1988: 64-65) mengemukakan bahwa ditinjau dari jenis masalah yang
diselidiki, teknik dan alat yang digunakan, serta tempat dan waktu, maka
penelitian dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
·
Metode survei
Metode
survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari
gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik
tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun
suatu daerah. (Nazir, 1988: 65)
Kerlinger
mengemukakan bahwa metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi
besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang
diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif
distribusi, dan hubungan antar variabel. Sosiologi, maupun psikologis.
Survei
pada dasarnya tidak berbeda dengan research (penelitian). Pemakaian kedua
istilah ini kerap kali hanya dimaksudkan untuk memberikan penekanan mengenai
ruang lingkup. Research memusatkan diri pada salah satu atau beberapa aspek
dari objeknya. Sedangkan survei bersifat menyeluruh yang kemudian akan
dilanjutkan secara khusus pada aspek tertentu bilamana diperlukan studi yang
lebih mendalam (Zulnaidi, 2007: 11)
Lebih
lanjut lagi Zulnaidi (2007: 11-12) mengemukakan beberapa studi yang termasuk
dalam metode survei yakni:
·
Survei
kelembagaan (institutional survei)
·
Analisis jabatan/
pekerjaan (job analysis)
·
Analisis
dokumen (documentary analysis)
·
Analisis isi (content
analysis)
·
Survei pendapat
umum (public oppinion survey)
·
Survey
kemasyarakatan (community survey)
Nazir
(1988: 65) dalam bukunya Metode Penelitian, mengemukan terdapat banyak sekali
penelitian yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei, diantaranya
adalah survei masalah kemasyarakatan, survei komunikasi dan pendapat umum,
survei masalah politik, survei masalah pendidikan, dan lain sebagainya.
·
Metode deskriptif kesinambungan
Metode
deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan secara terus
menerus atau berkesinambungan sehingga diperoleh pengetahuan yang menyeluruh
mengenai masalah, fenomena, dan kekuatan-kekuatan sosial yang diperoleh jika
hubungan-hubungan fenomena dikaji dalam suatu periode yang lama.
Menurut Nazir (1988: 65)
mendefinisikan metode deskriptif berkesinambungan atau continuity descriptive
research sebagai kerja meneliti secara deskriptif yang dilakukan secara terus
menerus atas suatu objek penelitian. Salah satu contoh metode penelitian
deskriptif berkesinambungan ini dilakukan oleh Whitney dan Milholland (1930)
yang mempelajari status akademis dari mahasiswa tingkat persiapan dari Colorado
State College of Education pada tahun 1930. Penelitian dilakukan
dalam waktu empat tahun, dengan menelusuri status akademis sejak tingkat
persiapan sampai dengan lulus sarjana muda.
·
Penelitian studi kasus
Penelitian
studi kasus memusatkan diri secara intensive terhadap satu objek tertentu,
dengan cara mempelajari sebagai suatu kasus. Berbagai unit sosial seperti
seorang murid menunjukkan kelainan, sebuah kelompok keluarga, sebuah kelompok
anak nakal, sebuah desa, sebuah lembaga sosial dan lain-lain dapat diselidiki
secara intensive, baik secara menyeluruh maupun mengenai aspek-aspek tertentu
yang mendapat perhatian khusus. (Zulnaidi, 2007: 13)
Menurut
Bogdan dan Bikien (1982) merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar
atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu
peristiwa tertentu.
Menurut
Maxfield (1930: 117-122) dalam Nazir (1988: 66) mendefinisikan penelitian studi
kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenan dengan
suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus
adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang,
sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari
individu, yang kemudian, dari sifat-sifat khas akan dijadikan suatu hal yang
bersifat umum.
Penelitian
studi kasus menurut Stake (2005) terdapat 3 jenis penelitian studi kasus yang
dibagi berdasarkan karakteristik dan fungsinya, yakni:
·
Penelitian studi
kasus mendalam
·
Penelitian studi
kasus instrumental
·
Penelitian studi
kasus jamak
Tidak
berbeda jauh, Creswell (2007) juga membagi penelitian studi kasus menjadi 3
jenis. Dalam penelitian studi kasus tentunya terdapat langkah-langkahnya.
Menurut Yin (1994), terdapat langkah-langkah dalam melakukan penelitian studi
kasus yakni secara singkat seperti di bawah ini:
a) Merancang studi kasus
Dalam
merancang studi kasus, terdapat dua langkah yakni melakukan pembekalan
pengetahuan dan keterampilan serta melakukan pengembangan dan pengkajian ulang
penelitian.
b) Melakukan studi kasus
Dalam
langkah kedua ini terdapat tiga langkah yakni 1) penentuan teknik pengumpulan
data; 2) penyebaran alat pengumpulan data; dan 3) penganalisisan bukti studi
kasus yang terkumpul.
c) Melakukan pengembangan, implikasi, dan saran
Tahap
ini merupakan tahap akhir dari setiap penelitian sebagai upaya melaporkan hasil
penelitiannya kepada semua orang.
Nazir (1988: 68) mengemukakan bahwa langkah-langkah
pokok dalam meneliti kasus adalah sebagai berikut: 1) menemukan rumusan tujuan
penelitian; 2) tentukan unit-unit studi, sifat-sifat serta proses-proses apa
yang akan menuntun penelitian; 3) tentukan rancangan serta pendekatan dalam
memilih unit-unit dan teknik pengumpulan data mana yang digunakan.
Sumber-sumber data apa yang tersedia; 4) kumpulkan data; 5) organisasikan
informasi serta data yang terkumpul dan analisa untuk membuat interpretasi
serta generalisasi; 6) susun laporan dengan memberikan kesimpulan serta
implikasi dari hasil penelitian.
·
Penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas
Menurut
Nazir (1988: 71) dalam buku Metode Penelitian mengemukakan bahwa penelitian
analisa pekerjaan dan aktivitas merupakan penelitian yang ditujukan untuk
menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil
penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan
masa yang akan datang.
Lebih
lanjut Nazir mengemukakan bahwa studi yang mendalam dilakukan terhadap
kelakuan-kelakuan pekerja, buruh, petani, guru, dan lain sebagainya terhadap
gerak-gerik mereka dalam melakukan tugas, penggunaan waktu secara efisien dan
efektif.
·
Penelitian tindakan (action research)
Penelitian tindakan merupakan
penelitian yang berfokus pada penerapan tindakan yang dengan tujuan
meningkatkan mutu atau memecahkan permasalahan pada suatu kelompok subjek yang
diteliti dan diamati tingkat keberhasilannya atau dampak dari tindakannya. Menurut
Grundy dan Kemmis (1990: 322) mengemukakan bahwa penelitian tindakan memiliki
dua tujuan pokok, yaitu meningkatkan (improve) dan
melibatkan (involve). Maksudnya, penelitian tindakan bertujuan
meningkatkan bidang praktik, meningkatkan pemahaman praktik yang dilakukan oleh
praktisi, dan meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan. Penelitian
tindakan juga berusaha melibatkan pihak-pihak terkait, jika penelitian tindakan
dilaksanakan di sekolah, maka pihak terkait antara lain adalah kepala sekolah,
guru, siswa, karyawan, dan orang tua siswa.
Penelitian
ini sering digunakan oleh para peneliti di bidang pendidikan yang sering
disebut sebagai penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).
Menurut
Kemmis dan McTaggart (1982) mengungkapkan bahwa dalam penelitian tindakan kelas
ini terdapat model yang digunakan yakni siklus yang akan selalu berputar.
·
Penelitian Perpustakaan
Penelitian
perpustakaan merupakan kegiatan mengamati berbagai literatur yagn berhubungan
dengan pokok permasalahan yang diangkat baik itu berupa buku, makalah ataupun
tulisan yang sifatnya membantu sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
proses penelitian. Menurut Kartini Kartono (1986: 28) dalam buku Pengantar
Metodologi Research Sosial mengemukakan bahwa tujuan penelitian
perpustakaan adalah untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan
bermacam-macam material yang ada di perpustakaan, hasilnya dijadikan fungsi
dasar dan alat utama bagi praktek penelitian di lapangan.
·
Penelitian Komparatif
Menurut
Sugiono (2005: 11) penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat
membandingkan.
Dalam
buku metode penelitian karangan M. Nazir (1988: 69-70) terdapat keunggulan dan
kelemahan dari metode penelitian komparatif. Keunggulannya adalah sebagai
berikut:
·
Metode komparatif
dapat mensubtitusikan metode eksperimental karena beberapa alasan: 1) jika
sukar diadakan kontrol terhadap salah satu faktor yang ingin diketahui atau
diselidiki hubungan sebab akibatnya; 2) apabila teknik untuk mengadakan
variabel kontrol dapat menghalangi penampilan fenomena secara normal ataupun
tidak memungkinkan adanya interaksi secara normal; 3) penggunaan laboratorium
untuk penelitian untuk dimungkinkan, baik karena kendala teknik, keuangan,
maupun etika dan moral.
·
Dengan adanya teknik
yang lebih mutakhir serta alat statistik yang lebih maju, membuat penelitian
komparatif dapat mengadakan estimasi terhadap parameter-parameter hubungan
kausal secara lebih efektif.
·
Sedangkan
kelemahannya adalah sebagai berikut:
·
Penelitian komparatif
yang bersifat ex post facto, mengakibatkan penelitian tersebut
tidak mempunyai kontrol terhadap variabel bebas
·
Sukar memperoleh
kepastian, apakah faktor-faktor penyebab suatu hubungan kausal yang diselidiki
benar-benar relevan.
·
Interaksi
antarfaktor-faktor tunggal sebagai penyebab atau akibat terjadinya suatu
fenomena menjadi sukar untuk diketahui.
·
Ada kalanya dua atau
lebih faktor memperlihatkan adanya hubungan, tetapi belum tentu bahwa hubungan
yang diperlihatkan adalah hubungan sebab akibat.
·
Mengkategorisasikan
subjek dalam dikhotomi untuk tujuan perbandingan dapat menjurus pada
pengambilan keputusan dan kesimpulan yang salah, akibatnya kategori dikhotomi
yang dibuat mempunyai sifat kabur, bervariasi, samar, menghendaki value
judgement dan tidak kokoh.
Lebih
lanjut lagi Nazir (1988: 70) menjabarkan beberpa langkah pokok dalam studi
komparatif, yaitu: 1) rumuskan dan definisikan masalah; 2) jajaki dan teliti
literatur yang ada; 3) rumuskan kerangka teoritis dan hipotesa-hipotesa serta
asumsi-asumsi yang dipakai; 4) buatlah rancangan penelitian dengan cara memilih
subjek yang digunakn dengan teknik pengumpulan data yang diinginkan, dan
mengkategorikan sifat-sifat atau atribut-atribut atau hal-hal lain yang sesuai
dengan masalah yang ingin dipecahkan, untuk mempermudah analisa sebab akibat;
5) uji hipotesa, membuat interpretasi terhadap hubungan dengan teknik statistik
yang tepat; 6) membuat generalisasi, kesimpulan, serta implikasi kebijakan; dan
7) menyusun laporan dengan cara penulisan ilmiah.
Kriteria
Pokok Metode Deskriptif
Nazir
(1988: 72-73) dalam buku Metode Penelitian, terdapat dua kriteria pokok dalam
metode penelitian deskriptif, yakni kriteria umum dan kriteria khusus.
Kriteria
umum Penelitan Metode Deskriptif
Kriteria umum dari penelitan dengan metode deskriptif
adalah:
·
Masalah yang
dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas
·
Tujuan penelitian
harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum
·
Data yang digunakan
harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini
·
Standar yang
digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas
·
Harus ada deskripsi
yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan
·
Hasil penelitian
harus berisi secara detail yang digunakan baik dalam mengumpulkan data maupun
dalam menganalisa data serta studi kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis
harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan, jika kerangka
teoritis untuk itu telah dikembangkan
Kriteria
khusus Penelitan Metode Deskriptif
Kriteria khusus dari penelitian dengan metode
deskriptif adalah:
·
Prinsip-prinsip
ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value)
·
Fakta-fakta ataupun
prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status
·
Sifat penelitian
adalah ex post facto, karena itu tidak ada kontrol terhadap variabel, dan
peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel.
Variabel dilihat sebagaimana adanya.
Langkah-Langkah
Umum Dalam Metode Deskriptif
Secara
singkat dapat diketahui terdapat beberapa langkah-langkah dalama metode
penelitian deskriptif, yakni 1) Mengidentifikasi adanya permasalahan yang
signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif; 2) Membatasi dan
merumuskan permasalahan secara jelas; 3) Menentukan tujuan dan manfaat
penelitian; 4) melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan; 5)
menentukan kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis
penelitian; 6) mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk
menentukan populasi, sampel, teknik sampling, instrument pengumpulan data, dan
menganalisis data; 7) mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data
dengan menggunakan teknik statistik yang relevan; dan 8) membuat laporan
penelitian.
Untuk
lebih rincinya, Nazir (1988: 73-74) mengungkapakan terdapat berbagai langkah
yang sering diikuti adalah sebagai berikut:
1. Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah
tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada
2. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian
harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah
3. Memberikan limitasi dari
area atau scope atau sejauh mana penelitian deskriptif tersebut akan
dilaksanakan. Termasuk di dalamnya daerah geografis di mana penelitian akan
dilakukan, batasan-batasan kronologis, ukuran tentang dalam dangkal serta
sebarapa utuh daerah penelitian tersebut akan dijangkau
4. Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang
kuat, maka perlu dirumuskan kerangka teoriatau kerangka konseptual
yang kemudian diturunkan dalam bentuk hipotesa-hipotesa untuk diverifikasikan.
Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik, maka kerangka analisa dapat
dijabarkan dalam bentuk-bentuk model matematika
5. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin
dipecahkan
6. Merumuskan hipotesa-hipotesa yang ingin diuji, baik secara eksplisit maupun secara
implisit
7. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan
data yang cocok untuk penelitian
8. Membuat tabulasi serta analisa statistik dilakukan terhadap data yang telah
dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat
dikerjakan dengan unit-unit pengukuran sepadan
9. Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial
yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta referensi khas
terhadap masalah yang ingin dipecahkan
10. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesa-hipotesa
yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan-kebijakan
yang dapat ditarik dari penelitian
11. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah
Penelitian memiliki karakteristik
atau ciri-ciri sebagai berikut :
·
Memusatkan
penyelidikan pada pemecahan masalah aktual atau masalah yang dihadapi pada masa
sekarang.
·
Data yang telah
dikumpulkan disusun dan dijelaskan, kemudian dianalisis dengan menggunakan
teknik analitik.
·
Menjelaskan setiap
langkah penelitian secara rinci.
·
Menjelaskan prosedur
pengumpulan datanya.
·
Memberi alasan yang
kuat mengapa peneliti menggunakan teknik tertentu dan bukan teknik lainnya.
Penelitian deskriptif memiliki
keunikan sebagai berikut :
·
Penelitian deskriptif
menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yang
sangat sedikit, akibatnya bias dalam membuat kesimpulan.
·
Penelitian deskriptif
yang menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh
data yang memadai.
·
Penelitian deskriptif
juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara
jelas, agar di lapangan peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data
yang diperlukan
.
B.
METODE HISTORIS
Defenisi Metode Historis
Penelitian historis adalah penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan.
Sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.
Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
Penelitian historis juga merupakan cara menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
Berdasarkan pendangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:
1. Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu);
2. Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
3. Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
4. Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).
Tujuan Penelitian Historis
Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau.
Penelitian historis juga untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.
Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) menyatakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk :
1. Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau;
2. Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang;
3. Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
4. Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak;
5. Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.
Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan masa mendatang.
Ciri-ciri Penelitian Historis
Beberapa ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah sebagai berikut :
a. Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau.
Penelitian historis adalah penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan.
Sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.
Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
Penelitian historis juga merupakan cara menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
Berdasarkan pendangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:
1. Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu);
2. Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
3. Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
4. Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).
Tujuan Penelitian Historis
Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau.
Penelitian historis juga untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.
Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) menyatakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk :
1. Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau;
2. Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang;
3. Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
4. Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak;
5. Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.
Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan masa mendatang.
Ciri-ciri Penelitian Historis
Beberapa ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah sebagai berikut :
a. Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau.
b. Data yang digunakan lebih banyak bergantung
pada data primer dibandingkan dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik,
baik secara internal maupun eksternal.
c. Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti informasi yang lebih tua yang tidak tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
d. Sumber data harus dinyatakan secara defenitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan[4].
c. Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti informasi yang lebih tua yang tidak tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
d. Sumber data harus dinyatakan secara defenitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan[4].
Langkah-Langkah Dalam Penelitian Historis
Menurut M. Subana dkk. (2005: 88), kerangka penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pendefinisian Masalah
2. Perumusan masalah
3. Pengumpulan data
4. Analisis data
5. Kesimpulan
Contoh :
- Judul :
Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.
- Perumusan masalah :
Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ?
- Pengumpulan data :
Analisis dokumen, wawancara dari sumber primer dan sumber sekunder
- Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas statistic deskriptif.
- Kesimpulan :
Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita.
Sumber Data Penelitian Historis
Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tertulis dan sebagainya.
1. Remain dan Dokumen
Jika sumber sejarah ditinjau dari segi sengaja atau tidak sengajanya bahan atau sumber data tersebut ditinggalkan, maka sumber sejarah dapat dibagi dua, yaitu : remain dan dokumen.
a. Remain atau Relics, yaitu bahan-bahan fisis atau tulisan yang mempunyai nilai-nilai sejarah yang terdapat tanpa suatu kesadaran menghasilkannya untuk suatu keperluan pembuktian sejarah. Peninggalan materi termasuk: alat perkakas, perhiasan-perhiasan kuno, bangunan seperti piramida, candi, senjata-senjata, sendok benda budaya dan sebagainya.
b. Dokumen, yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia dimasa yang lalu. Dokumen tersebut, secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transmisi keterangan. Contoh dari dokumen antara lain buku harian, batu tertulis, daun-daun lontar dan sebagainya.
2. Sumber Primer dan Sekunder
a. Sumber primer adalah tempat atau gudang penyimpan yang orisinil dari data sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Contoh dari data atau sumber primer adalah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, keputusan-keputusan rapat, foto-foto dan sebagainya.
b. Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, atau catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil. Misalnya keputusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan (minutes) dari rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di surat kabar.
Keuntungan dan Kerugian Metode Penelitian Historis
Keuntungan metode penelitian historis
a. Penelitian ini mengijinkan penyelidikan tentang topik-topik dan pernyataan- pernyataan yang tidak dapat di kaji oleh penelitian lain.
b. Penelitian historis merupakan satu-satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti-bukti dari masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pada saat ini.
c. Sebagai tambahan,penelitian historis menggunakan bermacam bukti yang berbeda dibandingkan metode penelitian lainnya ( dengan pengecualian penelitian studi kasus dan etnografi ).
d. Penelitian historis menyediakan suatu alternatife dan mungkin sumber informasi yanglebih kaya tentang topik-topik nyata yang juga dapat di kaji melalui metodologi lainnya
Kerugian metode penelitian historis
a. Tidak adanya kontrol yang mengendalikangangguan terhadap validitas internal.
b. Pembahasan di lakukan oleh sampel dokumen dan proses instrumentasi ( analisis dokumen ) barang kali begitu ketat.
c. Peneliti peneliti tidak dapat menjamin keterwakilan sampel (representativeness of the sample),ataupun apakah mereka dapat memeriksa realibittas dan validitas terhadap penafsiran yang dibuat dari data yang tersedia.
Menurut M. Subana dkk. (2005: 88), kerangka penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pendefinisian Masalah
2. Perumusan masalah
3. Pengumpulan data
4. Analisis data
5. Kesimpulan
Contoh :
- Judul :
Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.
- Perumusan masalah :
Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ?
- Pengumpulan data :
Analisis dokumen, wawancara dari sumber primer dan sumber sekunder
- Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas statistic deskriptif.
- Kesimpulan :
Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita.
Sumber Data Penelitian Historis
Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tertulis dan sebagainya.
1. Remain dan Dokumen
Jika sumber sejarah ditinjau dari segi sengaja atau tidak sengajanya bahan atau sumber data tersebut ditinggalkan, maka sumber sejarah dapat dibagi dua, yaitu : remain dan dokumen.
a. Remain atau Relics, yaitu bahan-bahan fisis atau tulisan yang mempunyai nilai-nilai sejarah yang terdapat tanpa suatu kesadaran menghasilkannya untuk suatu keperluan pembuktian sejarah. Peninggalan materi termasuk: alat perkakas, perhiasan-perhiasan kuno, bangunan seperti piramida, candi, senjata-senjata, sendok benda budaya dan sebagainya.
b. Dokumen, yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia dimasa yang lalu. Dokumen tersebut, secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transmisi keterangan. Contoh dari dokumen antara lain buku harian, batu tertulis, daun-daun lontar dan sebagainya.
2. Sumber Primer dan Sekunder
a. Sumber primer adalah tempat atau gudang penyimpan yang orisinil dari data sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Contoh dari data atau sumber primer adalah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, keputusan-keputusan rapat, foto-foto dan sebagainya.
b. Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, atau catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil. Misalnya keputusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan (minutes) dari rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di surat kabar.
Keuntungan dan Kerugian Metode Penelitian Historis
Keuntungan metode penelitian historis
a. Penelitian ini mengijinkan penyelidikan tentang topik-topik dan pernyataan- pernyataan yang tidak dapat di kaji oleh penelitian lain.
b. Penelitian historis merupakan satu-satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti-bukti dari masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pada saat ini.
c. Sebagai tambahan,penelitian historis menggunakan bermacam bukti yang berbeda dibandingkan metode penelitian lainnya ( dengan pengecualian penelitian studi kasus dan etnografi ).
d. Penelitian historis menyediakan suatu alternatife dan mungkin sumber informasi yanglebih kaya tentang topik-topik nyata yang juga dapat di kaji melalui metodologi lainnya
Kerugian metode penelitian historis
a. Tidak adanya kontrol yang mengendalikangangguan terhadap validitas internal.
b. Pembahasan di lakukan oleh sampel dokumen dan proses instrumentasi ( analisis dokumen ) barang kali begitu ketat.
c. Peneliti peneliti tidak dapat menjamin keterwakilan sampel (representativeness of the sample),ataupun apakah mereka dapat memeriksa realibittas dan validitas terhadap penafsiran yang dibuat dari data yang tersedia.
C.
PENELITIAN KORELASIONAL
Pengertian
Penelitian Korelasional
Gay dalam Sukardi (2008:166) menyatakan penelitian
korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex–post facto karena pada
umumnya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung
mencari adanya suatu hubungan dan tingkat hubungan variabel yang dinyatakan
dalam koefisien korelasi.
Penelitian korelasi merupakan
suatu penelitian yang melibatkan kegiatan pengumpulan data untuk menentukan,
adakah hubungan dan tingkat hubungan antara 2 variabel atau lebih. Penelitian
korelasi dilakukan, saat peneliti ingin mengetahui tentang ada atau tidaknya
dan kuat lemahnya suatu hubungan variabel yang berkaitan dalam suatu objek atau
subjek yang diteliti. Terdapatnya suatu hubungan dan tingkat variabel ini
penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan
dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian
korelasi mempunyai 3 karakteristik penting bagi para peneliti yang akan
menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, diantaranya yaitu:
1. penelitian korelasi tepat bila variabel kompleks dan peneliti tidak
memungkinkan untuk melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti pada
penelitian eksperimen,
2. memungkinkan variabel dilakukan pengukuran secara intensif dalam
setting atau lingkungan nyata, dan
3. memungkinkan peneliti memperoleh derajat asosiasi yang
signifikan.
(Sukardi,2008:166)
Tujuan
Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional memiliki tujuan untuk
menentukan ada apa tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih, kearah
manakah hubungan tersebut positif atau negatif, dan seberapa jauh hubungan yang
ada antara dua variabel atau lebih yang dapat diukur. Misalkan saja sperti
hubungan antara kecerdasan dengan kreativitas, tinggi badan dengan umur, semangat
dengan pencapaian, nilai bahasa Inggris dengan nilai statistika, dan
sebagainya. Tujuan dari penyelidikan korelasional adalah untuk mengungkapkan
atau menetapkan suatu hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat
prediksi atau prakiraan.
Pada penelitian korelasional,
para peneliti umumnya hanya mendasarkan pada penampilan variabel secara natural
atau sebagaimana adanya, tanpa memanipulasi atau mengatur kondisi variabel
tersebut. Oleh karena itu, peneliti sebaiknya mengetahui cukup banyak alasan
yang kuat untuk mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan dalam suatu
penelitian.
Penelitian korelasi lebih
tepat, bila dalam penelitian peneliti memfokuskan usahanya dalam memperoleh
informasi yang bisa menerangkan adanya fenomena atau kejadian yang kompleks
melalui hubungan antar variabel. Sehingga, peneliti juga mampu melakukan
eksplorasi studi menggunakan teknik korelasi parsial, yang mana peneliti
mengeliminasi salah satu pengaruh variabel supaya bisa dilihat hubungan dua
variabel yang dianggap penting saja.
Dalam bidang pendidikan, studi
korelasi umumnya digunakan guna melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel
yang diperkirakan memiliki peranan yang signifikan dalam mencapai proses
pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya mengenai pencapaian hasil belajar dengan
motivasi internal, intensitas kehadiran mengikuti kuliah, belajar strategi, dan
lain sebagainya.
Para peneliti akan tepat
menggunakan penelitian korelasi saat peneliti memiliki beberapa alasan penting,
di antaranya yaitu sebagai berikut.
• Adanya kebutuhan akan informasi bahwa ada hubungan
antarvariabel yang mana koefisien korelasi dapat mencapainya.
• Penelitian korelasi harus memperhitungkan manfaatnya jika
variabel yang muncul tersebut kompleks, dan peneliti tidak mungkin bisa
melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel itu.
• Apabila dalam penelitian memungkinkan untuk melakukan
pengukuran beberapa variabel dan hubungan yang ada dalam setting yang
realistis. Dan alasan penting lain yaitu bahwa penelitian korelasi tepat
dilakukan, bila salah satu tujuan penelitian adalah untuk mencapai formula
prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan terdapatnya asumsi hubungan antar
variabel.
Metode korelasional
memungkinkan untuk para peneliti menganalisis hubungan antara sejumlah besar
variabel dalam suatu studi tunggal. Koefisien korelasi dapat memberikan
ukuran tingkat dan arah hubungan. Penggunaan metode korelasional dapat
ditujukan (1) untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel dan (2) untuk
memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel lain.
Prosedur Dasar Penelitian Korelasional
Prosedur dasar penelitian korelasional dijelaskan
lebih lanjut sebagai berikut ini.
1. Pemilihan Masalah
Studi
korelasional bisa dirancang untuk menentukan variabel manakah dari suatu daftar
variabel yang mungkin berhubungan, maupun untuk menguji hipotesis mengenai
suatu hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian harus
dilakukan seleksi berdasarkan penalaran induktif dan penalaran deduktif. Dengan
kata lain, hubungan yang akan diteliti dan diselidiki haruslah didukung oleh
teori atau diturunkan berdasarkan dari pengalaman.
2. Sampel dan Pemilihan Instrumen
Sampel
untuk studi korelasional dapat dipilih dengan memakai metode sampling yang bisa
diterima, dan 30 subjek dirasa sebagai ukuran sampel minimal yang bisa
diterima. Dalam suatu penilitian, merupakan hal penting untuk memilih dan
mengembangkan pengukuran yang reliabel dan valid terhadap suatu variabel yang
hendak diteliti. Bila variabel tidak memadai dikumpulkan, maka koefisien
korelasi yang diperoleh akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang kurang
bahkan tidak akurat. Kemudian bila pengukuran yang dilakukan tidak secara nyata
benar-benar mengukur variabel yang diinginkan, maka koefisien yang dihasilkan
tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan. Sebagai contoh, peniliti
hendak menentukan hubungan antara hasil belajar matematika dengan hasil belajar
kimia. Bila penrliti memilih dan memakai tes keterampilan berhitung yang valid dan
reliabel, koefisien korelasi yang diperoleh tidak akan menjadi perkiraan yang
akurat dari hubungan yang diinginkan. Keterampilan berhitung siswa hanya
merupakan satu jenis ketrampilan hasil belajar matematika; koefisien korelasi
yang diperoleh akan mengindikasikan hubungan antara hasil belajar kimia dan
satu jenis dari hasil belajar matematika yaitu keterampilan berhitung. Oleh
sebab itu, peneliti haruslah berhati-hati dalam memilih dan memakai instrumen
yang valid dan reliabel bagi tujuan penelitian.
3. Desain dan Prosedur
Desain
korelasional dasar sangatlah sederhana; 2 atau lebih skor yang didapatkan dari
setiap jumlah sampel yang dipilih, 1 skor untuk setiap variabel yang diteliti,
dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang diperoleh
mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut.
Penelitian yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan
prosedur statistik yang kompleks, namun desain dasar tetaplah sama dalam semua
penelitian korelasional
4. Analisis Data dan Interpretasi
Jika
2 variabel dikorelasikan maka hasilnya yaitu koefisien korelasi. Suatu
koefisien korelasi dalam bentuk angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau
0,00 dan – 1,00, yang mengindikasikan tingkat atau derajat hubungan antara 2
variabel. Bila koefisien mendekati + 1,00; maka kedua variabel tersebut
memiliki hubungan yang positif. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang yang
mempunyai skor yang tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor
yang tinggi pula pada variabel yang lain. Dapat juga diartikan suatu
peningkatan pada suatu variabel berhubungan atau diasosiasikan dengan
peningkatan juga pada variabel lain.
Apabila koefisien korelasi mendekati 0,00 kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan. Hal ini dapat diartikan bahwa skor seseorang pada suatu variabel tertentu tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel yang lain. Bila koefisien tersebut mendekati -1,00, maka diartikan kedua variabel memiliki hubungan yang berkebalikan atau negatif. Hal ini diartikan bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang rendah pada variabel yang lain, atau peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan begitu juga sebaliknya.
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana koefisien tersebut akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar koefisien tersebut diperlukan supaya bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang guna menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan pada suatu istilah signifikansi statistiknya. Dalam penelitian prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang tepat dan akurat. Signifikansi statistik mengacu kepada, apakah koefisiensi yang didapatkan berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dihasilkan pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan pada ukuran sampel yang diberikan, peneliti tidak bisa menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi peneliti bisa mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan.
Untuk menentukan signifikansi statistik, peneliti hanya mengonsultasikanya pada sebuah tabel yang mampu mengatakan pada peneliti seberapa besar koefisiensi diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk suatu level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan jika sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek dari pada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, Peneliti akan membutuhkan sekurangnya koefisien 0,6319 supaya bisa menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; pada pihak lain, dengan 102 kasus peneliti hanya memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep seperti ini berarti bahwa peneliti memerhatikan kasus tersebut, saat peneliti akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.
Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, peneliti harus selalu ingat bahwa peneliti hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat akan tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada 1 cara untuk menetapkan hubungan sebab-akibat, yaitu penelitian eksperimen. Jika seseorang menemukan hubungan yang dekat antara 2 variabel, hal tersebut sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa 1 variabel menyebabkan variabel yang lain. Pada kenyataannya, hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.
Apabila koefisien korelasi mendekati 0,00 kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan. Hal ini dapat diartikan bahwa skor seseorang pada suatu variabel tertentu tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel yang lain. Bila koefisien tersebut mendekati -1,00, maka diartikan kedua variabel memiliki hubungan yang berkebalikan atau negatif. Hal ini diartikan bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang rendah pada variabel yang lain, atau peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan begitu juga sebaliknya.
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana koefisien tersebut akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar koefisien tersebut diperlukan supaya bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang guna menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan pada suatu istilah signifikansi statistiknya. Dalam penelitian prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang tepat dan akurat. Signifikansi statistik mengacu kepada, apakah koefisiensi yang didapatkan berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dihasilkan pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan pada ukuran sampel yang diberikan, peneliti tidak bisa menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi peneliti bisa mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan.
Untuk menentukan signifikansi statistik, peneliti hanya mengonsultasikanya pada sebuah tabel yang mampu mengatakan pada peneliti seberapa besar koefisiensi diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk suatu level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan jika sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek dari pada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, Peneliti akan membutuhkan sekurangnya koefisien 0,6319 supaya bisa menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; pada pihak lain, dengan 102 kasus peneliti hanya memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep seperti ini berarti bahwa peneliti memerhatikan kasus tersebut, saat peneliti akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.
Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, peneliti harus selalu ingat bahwa peneliti hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat akan tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada 1 cara untuk menetapkan hubungan sebab-akibat, yaitu penelitian eksperimen. Jika seseorang menemukan hubungan yang dekat antara 2 variabel, hal tersebut sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa 1 variabel menyebabkan variabel yang lain. Pada kenyataannya, hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.
Macam-Macam Studi Korelasional
1. Studi Hubungan
Studi
hubungan biasanya dilakukan dalam usaha mendapatkan pemahaman faktor apa saja
atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, misalnya seperti
hasil belajar akademik, konsep diri dan motivasi. Variabel yang diketahui tidak
mempunyai hubungan dapat dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan yang
selanjutnya. Identifikasi variabel yang berhubungan dapat membantu beberapa
tujuan utama. Pertama, studi hubungan dapat memberikan arah untuk melanjutkan
studi kausal-komparatif ataupun eksperimental.
Dalam studi kausal - komparatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin saja berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya agar tidak bercampur dengan pengaruh variabel bebas. Studi hubungan dapat membantu peneliti mengidentifkasi variabel-variabel seperti itu, yang berguna untuk mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel bebas yang sesungguhnya.
Dalam studi kausal - komparatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin saja berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya agar tidak bercampur dengan pengaruh variabel bebas. Studi hubungan dapat membantu peneliti mengidentifkasi variabel-variabel seperti itu, yang berguna untuk mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel bebas yang sesungguhnya.
2. Studi Prediksi
Bila
variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat
dipakai untuk memprediksikan skor pada variabel yang lainnya. Sebagai contoh,
Peringkat SMA, dapat dipakai untuk memprediksikan peringkat di perguruan
tinggi. Variabel yang mendasar pembuatan diacu sebagai kriteria.
Studi prediksi sering dilakukan guna memudahkan dalam pengambilan suatu kesimpulan mengenai individu atau membantu dalam pemilihan individu. Studi prediksi juga dijalankan guna menguji hipotesis teoretis tentang variabel yang dipercaya menjadi pediktor pad suatu kriteria, dan guna menentukan validitas prediktif dari instrumen pengukuran individual. Sebagai contoh, hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan level keberhasilan yang kemungkinan diperoleh individu pada mata pelajaran tertentu, mislanya aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan individu mana yang kemungkinan sukses di perguruan tinggi atau untuk memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin yang paling sukses.
Bila beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari beberapa variabel tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan hanya pada salah satu darinya. Sebagai contoh, prediksi kesuksesan di perguruan tinggi umumnya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti rangking dalam peringkat kelas, peringkat SMA, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Meskipun terdapat beberapa perbedaan utama antara studi prediksi dengan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel kompleks.
3. Korelasi dan Kausalitas
Studi prediksi sering dilakukan guna memudahkan dalam pengambilan suatu kesimpulan mengenai individu atau membantu dalam pemilihan individu. Studi prediksi juga dijalankan guna menguji hipotesis teoretis tentang variabel yang dipercaya menjadi pediktor pad suatu kriteria, dan guna menentukan validitas prediktif dari instrumen pengukuran individual. Sebagai contoh, hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan level keberhasilan yang kemungkinan diperoleh individu pada mata pelajaran tertentu, mislanya aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan individu mana yang kemungkinan sukses di perguruan tinggi atau untuk memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin yang paling sukses.
Bila beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari beberapa variabel tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan hanya pada salah satu darinya. Sebagai contoh, prediksi kesuksesan di perguruan tinggi umumnya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti rangking dalam peringkat kelas, peringkat SMA, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Meskipun terdapat beberapa perbedaan utama antara studi prediksi dengan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel kompleks.
3. Korelasi dan Kausalitas
Penelitian
korelasional merupakan suatu studi bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antar
variabel melalui penggunaan statistik korelasional (r). Kuadrat dari koefisien
korelasi akan menghasilkan varians yang dijelaskan (r-square). Suatu hubungan
korelasional antara 2 variabel kadang kala merupakan hasil dari sumber lain,
jadi peneliti haruslah hati-hati dan korelasi tidaklah harus menjelaskan sebab
dan akibat. Bila suatu hubungan yang kuat ditemukan antara 2 variabel,
kausalitas dapat diuji melalui pemakaian pendekatan eksperimental.
Berbagai rancangan penelitian korelasional umumnya didasarkan pada asumsi bahwa realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi dan dipengaruhi oleh sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linier, seperti dalam penelitian eksperimental. Dengan demikian, dinamika suatu sistem-bagaimana setiap bagian yang lain-lebih penting kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional seperti analisis jalur (path analysis) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel designs) membolehkan pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah kuantitatif (ibid).
Berbagai rancangan penelitian korelasional umumnya didasarkan pada asumsi bahwa realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi dan dipengaruhi oleh sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linier, seperti dalam penelitian eksperimental. Dengan demikian, dinamika suatu sistem-bagaimana setiap bagian yang lain-lebih penting kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional seperti analisis jalur (path analysis) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel designs) membolehkan pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah kuantitatif (ibid).
Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan dianataranya, yaitu (1)
korelasi bivariat, (2) regresi dan prediksi (3) regresi jamak, (4) analisis faktor,
dan (5) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan kausal.
(Shaughnessy & Zechmeister,2000:2-5). Rancangan penelitian tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
a. Korelasi Bivariat
Rancangan
penelitian korelasi bivariat merupakan suatu rancangan penelitian yang memiliki
tujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara 2
variabel tersebut diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
tersebut, umumnya diungkapkan
dalam angka antara -1 dan +1, tingkatan hubungan itu dinamakan koefisien
korelasi. Korelai zero (0) mengindikasikan tidak adaanya hubungan
antarvariabel. Koefisiensi korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan
korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan dengan semakin
tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain
dan begitu pula sebaliknya. Hubungan antara prestasi dan motivasi belajar
merupakan contoh korelasi positif. Sedangkan, hubungan antara sehat dan sres
merupakan contoh korelasi negatif.
b. Regresi dan Prediksi
Bila
terdapat korelasi antara 2 variabel, dan peneliti mengetahui skor pada salah
satu variabel, peneliti dapat meprediksikan skor pada variabel kedua. Regresi
merujuk pada seberapa baik peneliti bisa membuat prediksi semacam ini.
Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik yang bernilai -1 maupun +1,
prediksi peneliti dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara
kesehatan dan stres. Jika peneliti mengetahui skor stres seseorang, maka
peneliti mampu memprediksikan skor kesehatan seseorang tersebut dimasa yang
akan datang.
c. Regresi Jamak (Multiple
Regression)
Regresi jamak adalah perluasan regresi dan prediksi
sederhana dengan menambahkan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini
dapat memberikan lebih banyak kekuatan kepada peneliti untuk membuat prediksi
yang lebih akurat. Apa yang peneliti prediksikan disebut variabel kriteria
(criterion variabel). Apa yang peneliti gunakan untuk membuat prediksi,
sedangkan variabel-variabel yang telah diketahui, disebut variabel prediktor
(predictor variables).
Jika peneliti tidak hanya
mengetahui skor stres, akan tetapi juga mengetahui skor perilaku kesehatan atau
seberapa baik seseorang memperhatikan dirinya sendiri, dan bagaimana kesehatan
seseorang selama ini secara umum sehat atau sakit, maka peneliti akan lebih
dapat memprediksikan secara lebih tepat status kesehatan seseorang tersebut.
Dengan demikian, terdapat tiga variabel prediktor stres, perilaku kesehatan,
dan status kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di
masa akan datang.
d. Analisis faktor
Prosedur
statistik yang satu ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar
variabel dikorelasikan dan terdapatnya antar korelasi yang tinggi
mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
Sebagai contoh, peneliti dapat
mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, mental, emosi, dan spiritual.
Setiap pertanyaan akan memberikan kepada peneliti suatu skor. Korelasi yang
tinggi baik positif itu maupun negatif antara beberapa skor ini akan
mengindikasikan faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan berbeda
yang dapat diberikan, yang kemungkinan dapat mengukur faktor kesehatan
emosional. Dalam kasus ini akan terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan
tentang marah, depresi, cemas, dan seterusnya. Atau di lain pihak, bila
masing-masing pertanyaan merupakan faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang
kecil antara pertanyaan yang berhubungan dengan marah, depresi, cemas, dan
seterusnya.
e. Rancangan Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan
KausalTerdapat 2 rancangan yang bisa digunakan guna membuat
pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional.
Rancangan tersebut yaitu rancangan analisis jalur (path analysis design) dan
rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan
yang mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel
lainnya. Sebagai contoh, peneliti mengetahui adanya suatu hubungan antara
kesehatan dan stres. Analsis jalur digunakan untuk memperlihatkan bahwa
terdapat jalur kecil melalui psikologi, jalur utama yang berhubungan dengan
kesehatan dan stres melalui perilaku sehat. Artinya kita mengetahui bahwa stres
memengaruhi faktor-faktor psikologi seperti coronary dan fungsi-fungsi
kekebalan. Kita juga mengetahui bahwa kita stres, kita menghentikan
kehati-hatian terhadap diri kita, kita kurang tidur, makan kurang baik, gagal
memperoleh latihan-latihan yang layak, dan seterusnya. Penelitian
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara stres, perilaku
sehat, dan kesehatan daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan.
Penelitian ini menggunakan statistik korelasi untuk menggambarkan kesimpulan
ini.
f. Analisis Sistem (System Analysis)
Analisis
sistem melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang kompleks atau rumit guna
menentukan proses dinamik, mislanya seperti perubahan sepanjang waktu, jerat
umpan balik, serta aliran dan unsur hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis
digunakan untuk menggambarkan atau membuat diagram perbedaan antara SMP yang
berhasil dan SMP yang gagal. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru
terhadap usaha pengajaran, performasi siswa, dan performasi siswa.
Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu.
Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
Kesalahan-kesalahan yang sering kali
dilakukan oleh peneliti dalam penelitian korelasional yaitusebagai berikut.
• Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
• Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
• Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
• Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
• Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
• Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
• Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
• Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur
• Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
• Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
• Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
• Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
• Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
• Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
• Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
• Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur
Kelebihan
dan Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional mempunyai kelebihan antara lain yaitu: kemampuannya untuk
menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan);
dan penelitian korelasional juga mampu memberikan informasi tentang
derajat kekuatan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Selanjutnya,
penelitian ini bermanfaat untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang
pendidikan, sosial, ekonomi. Penelitian korelasional ini juga memungkinkan
untuk menyelidiki beberapa variabel yang diselidiki secara intensif dan
penelitian ini bisa melakukan analisis prediksi tanpa membutuhkan sampel yang
besar.
Sedangkan, untuk kelemahan penelitian korelasional diantaranya: hasilnya hanya mengidentifikasi sesuatu sejalan dengan sesuatu, tidak harus menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; bila dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional ini kurang tertib dan ketat, karena kurang melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebasnya; pola saling berhubungan itu sering tidak menentu dan kabur atau kurang jelas; sering merangsang penggunanya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukan berbagai data tanpa melakukan pemilihan dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
Sedangkan, untuk kelemahan penelitian korelasional diantaranya: hasilnya hanya mengidentifikasi sesuatu sejalan dengan sesuatu, tidak harus menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; bila dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional ini kurang tertib dan ketat, karena kurang melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebasnya; pola saling berhubungan itu sering tidak menentu dan kabur atau kurang jelas; sering merangsang penggunanya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukan berbagai data tanpa melakukan pemilihan dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
D. Metode Penelitian Kausal Komparatif
Pengertian Metode
Penelitian Kausal Komparatif
Studi kausal-komperatif adalah
suatau penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan skema hubungan dan
pengaruh yang lebih dalam dari dua tau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek
yang diteliti. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan penyebab atau alasan
adanya perbedaan prilaku atau status kelompok indifidual. Studi
kausal-komperatif ini merupakan tindak lanjut dari studi korelasional. Jika
studi korelasional menggambarkan derajat hubungan antara dua atau lebih
fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti, maka studi kausal-komperatif
menggambarkan sedemikian rupa hubungan sebab akibat ( sumanto, 1995:107)
Penelitian
kausal komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu
variabel (objek penelitian), antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda
dan menemukan hubungan sebab-akibatnya (Marzuki, 1999:122). Sementara itu,
menurut Kerlinger (dikutip Emzir, 2010:119) penelitian kausal komparatif (causal
comparative research) yang disebut juga penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis di mana peneliti tidak
mengendalikan variabel bebas secara langsung karena keberadaan dari variabel
tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat
dimanipulasi.
Kemudian,
Gay (dikutip Emzir, 2010:119) mengemukakan bahwa studi kausal komparatif atau ex post facto adalah penelitian yang berusaha menentukan penyebab
atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam
kelompok individu. Dengan kata lain, penelitian kausal komparatif adalah
penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat berdasarkan
pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi
penyebab melalui data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini pendekatan
dasarnya adalah memulai dengan adanya perbedaan dua kelompok dan kemudian
mencari faktor yang mungkin menjadi penyebab atau akibat dari perbedaan
tersebut.
Berdasarkan
pengertian diatas, sebagian ahli menyebutkan ex post facto(bahasa latin ‘setelah fakta’) karena peneliti tidak memulai
prosesnya dari awal, melainkan langsung melihat hasilnya. Dari hasil yang
diperoleh tersebut peneliti mencoba mencari sebab-sebab terjadinya peristiwa
itu (Subana dan Sudrajat, 2009:42).
Dalam
bidang pendidikan penelitian kausal komparatif ini tepat digunakan apabila
penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dan pengaruh antara
dua variable. Nilai penelitian kausal komparatif terletak pada upaya
menggambarkan hubungan sebab akibat dan pengaruh tertentu berdasarkan kerangka
teori pendidikan tertentu. Contohnya penelitian pengaruh tingkat sosial ekonomi
orang tua terhadap prestasi belajar siswa dapat menggunakan metode ini.
Tujuan dari Metode Penelitian Kausal Komparatif
Tujuan
penelitian kausal-komperatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan
sebab akibat dengan cara : berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari
kembali faktor yang mungkin terjadi penyebab melalui data tertentu. Hal ini
berlainan degan metode eksperimental yang mengumpulkan datanya pada waktu kini
dalam kondisi yang dikontrol.
Ciri-ciri Metode
Penelitian kKusal Komparatif
Penelitian
kausal komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan
setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti
mengambil satu atau lebih akibat (sebagai “dependent variable”) dan menguji
data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab,
saling hubungan, dan maknanya.
Langkah langkah Metode
Penelitian Kausal Komparatif
Menurur
Emzir (2010:125) penelitian kausal komparatif dilakukan dalam lima tahap yakni,
(1) merumuskan masalah, (2) menentukan kelompok yang memiliki karakteristik
yang ingin diteliti, (3) pemilihan kelompok pembanding, (4) pengumpulan data,
dan (5) analisis data.
Sementara itu,
terdapat pula langkah-langkah pokok dalam studi kausal komparatif sebagai
berikut.
(1) Definisikan masalah.
(2) Lakukan penelaahan
keperpustakaan.
(3) Rumuskan hipotesis-hipotesis.
(4) Rumuskan asumsi-asumsi yang
mendasari hipotesis-hipotesis itu serta prosedur-prosedur yang akan digunakan.
(5) Rancang cara pendekatannya:
a. Pilihlah subjek-subjek yang akan
digunakan serta sumber-sumber yang relevan;
b. Pilihlah atau susunlah teknik
yang akan digunakan untuk mengumpulkan data;
c. Tentukan kategori-kategori
untuk mengklasifikasi data yang jelas, sesuai dengan tujuan studi, dan dapat
menunjukkan kesamaan atau saling berhubungan.
(6) Validasikan teknik untuk
mengumpulkan data itu, dan interpretasikan hasilnya dalam cara yang jelas dan
cermat.
(7) Kumpulkan dan analisis data.
(8) Susun laporannya.
Contoh-contoh Metode
Penelitian Kausal Komparatif
(1) Penelitian mengenai
faktor-faktor yang menjadi ciri-ciri pribadi yang gampang dan tidak gampang
mendapat kecelakaan dengan menggunakan data yang berwujud catatan –catatan yang
ada pada perusahaan asuransi.
(2) Mencari pola tingkah laku dan
prestasi belajar yang berkaitan dengan perbedaan umur pada waktu masuk sekolah,
dengan cara menggunakan data deskriptif mengenai tingkah laku dan skor test
prestasi belajar yang terkumpul sampai anak-anak yang bersangkutan kelas VI SD.
(3) Penelitian untuk menentukan
ciri-ciri guru yang efektif dengan mempergunakan data yang berupa catatan
mengenai sejarah pekerjaan selengkap mungkin.
(4) Misalnya seorang dosen mata
kuliah berbicara mewajibkan mahasiswa tingkat I jurusan bahasa Indonesia
dihadapan teman-temannya. Diketahui ternyata ada lancar dan ada yang tidak,
khususnya dalam menggunakan bahasa Indonesia, padahal mereka padahal mahasiswa
jurusan bahasa Indonesia. Dapat digunakan judul “Pengaruh Bahasa Ibu,
Lingkungan di Luar Rumah, dan Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA terhadap
Kemahiran Berpidato Mahasiswa Tingkat I Jurusan Bahasa Indonesia”.
Identifikasi masalah:
1. Penelitian beranggapan bahwa
ada hubungan kausal antara ketiga faktor pada judul diatas terhadap kemahiran
berpidato. Pelajaran bahasa Indonesia di SMA berpengaruh terhadap kemahiran.
2. Variabel
bebas :
1)
Bahasa ibu
2)
Lingkungan di luar rumah
3)
Pelajaran bahasa indonesia di SMA
3
.Variabel terikat : Kemahiran berpidato
4. Rumusan Masalah: “Apakah
faktor-faktor bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran bahasa
indonesia di SMA berpengaruh terhadap kemahiran berpidato”.
5. Hipotesis : “faktor-faktor
bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran bahasa indonesia di SMA
berpengaruh secara signifikan terhadap kemahiran berpidato mahasiswa jurusan
bahasa indonesia.
Keunggulan-keunggulan Metode Penelitian Kausal Komparatif
1. Metode kausal-komperatif adalah
baik untuk keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu eksperimental, tak
dapat digunakan:
a. Apabila tidak selalu mengkin
untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor yang perlu untuk
menyelidiki hubungan sebab-akibat secara langsung.
b. Apabila pengontrolan terhadap
semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat,
yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.
c. Apabila kontrol di laboratorium
untuk berbagai tujuan penelitian dalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang
dari segi etika diragukan/dipertanyakan.
2. Studi kausal-komperatif
menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang
dipersoalkan: apa yang sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan
dan pola yang bagaimana, dan sejanis dengan itu.
3. Perbaikan-perbaikan dalam hal
teknik, metode statistik, dan rancangan ddengan kontrol parsial, pada
akhir-akhir ini telah membuat studi kausal-komperatif itu lebih dapat
dipertanggung jawabkan.
Kelemahan-kelemahan
Metode Penelitian Kausal Komparatif
1. Kelemahan utama setiap
rancangan ex post facto adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. Dalam
batas-batas pemilihan yang dapat dilakukan, penelitian harus mengambil
fakta-fakta yang dijumpainya tanpa kesempatan untuk mengatur kondisi-kondisinya
atau memanipulasikan variabel-variabel yang mempengaruhi fakta-fakta yang
dijumpainya itu. Untuk dapat mencapai kesimpulan yang sehat, peneliti harus
mempertimbangkan segala alasan yang mungkin ada atau hipotesis-hipotesis
saingan yang mungkin diajukan yang mungkin mempengaruhi hasil-hasil yang
dicapai. Sejauh peneliti dapat dengan sukses membuat justifikasi kesimpilannya
terhadap alternatif-alternatif lain itu, dia ada dalam posisi yang secara
relatif kuat.
2. Adalah sukar untuk memperoleh
kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup
dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.
3. Kenyataan bahwa faktor penyebab
bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai
faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek nyang disaksikan,
menyebabkan soalnya sangat kompleks.
4. Suatu gejala mungkin tidak
hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan
oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian
lain.
5. Apabila saling hubungan antara
dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab
dan mana yang akibat.
6. Kenyataan bahwa dua, atau
lebih, faktor saling berhungan tidaklaj mesti memberi implikasi adanya hubungan
sebab-akibat. Kenyataan itu mungkin hanyalah karena faktor-faktor tersebut
berkaitan dengan faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terobservasi.
7. Menggolong-golongkan subjek ke
dalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh) untuk
tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori
semacam itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tidak mantap. Seringkali penelitian
yang demikian itu tidak menghasilkan penemuan yang berguna.
8. Studi komperatif dalam situasi
alami tidak memungkinkan pemilihan subjek secara terkontrol. Menempatkan
kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali
dalam hal dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar.
E.
METODE EKSPERIMEN
Pengertian Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen merupakan
suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan. Penelitian
eksperimen, tentu saja dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis. Karena itu,
setelahnya masalah dibatasi dengan tegas, peneliti perlu mengembangkan
hipotesis yang akan di ujinya. Dalam pengujian dimaksud hipotesisnya
boleh jadi bisa diterima tapi bisa juga ditolak. Diterima atau ditolaknya
hipotesis itu, tergantung pada hasil observasi terhadap hubungan variabel pada
objek eksperimen.(http://sucifitrianti.blogspot.com/2013/10/makalah-penelitian-eksperimen.html)
Menurut
Hadi (1985) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara
sengaja oleh peneliti. Latipun (2002) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen
merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi terhadap
perilaku individu yang diamati yang bertujuan untuk mengetahui akibat
manipulasi.
Menurut Sukardi (2011:180),
penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu
penelitian di dalam laboratorium dan di luar laboratorium. Sehubungan dengan
subjek dalam pendidikan adalah siswa, penelitian yang paling banyak dilakukan
adalah di luar laboratorium. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa keunggulan
yang dimiliki oleh penelitian di luar laboratorium. Selain itu, penelitian
eksperimen juga lebih cocok dilakukan dalam bidang pendidikan. Hal
ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut:
a) metode
pengajaran yang lebih tepat disetting secara alami dan dikomparasikan di
dalam keadaan yang tidak biasa;
b) penelitian
dasar dengan tujuan menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan yang
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah.
Berdasarkan definisi dari beberapa
ahli dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau
perlakuan terhadap subjek penelitian dan menguji hipotesis tentang ada-tidaknya
pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain atau yang sama
sekali tidak diberikan tindakan dengan kondisi yang terkendali.
Variabel dan Subyek Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen memiliki khas
yaitu menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain
dan menguji hipotesis hubungan sebab-akibat. Variabel penelitian pada
dasarnya segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya. Menurut Hats dan Faraday (1981) variabel didefinisikan
sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu
orang dengan orang yang lain atau satu obyek dengan obyek yang
lain. (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
Dalam penelitian eksperimen dikenal
tiga kelompok variabel yaitu variabel eksperimen (variabel yang diberikan
treatment/tindakan), variabel kontrol atau pembanding dan variabel luar
(extraneous variabel) yaitu variabel pengganggu yang sulit untuk diprediksi dan
dikendalikan tetapi mempengaruhi hasil penelitian. (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
Eksperimen dimulai dengan
mengembangkan hipotesis hubungan sebab-akibat anatara variabel terikat dan
variabel bebasnya. Selanjutnya dilakukan berturut-turut pengukuran nilai
(kualitas) variabel terikatnya (pretest), mengenakan perlakuan (kondisi
pengubah nilai) terhadap variabel bebasnya, dan mengukur kembali nilai variabel
terikatnya (posttest) untuk melihat ada tidaknya perubahan nilai.
Masalah pokok dalam melaksanakan
eksperimen adalah menjaga kondisi eksperimen sedemikian sehingga tidak ada
faktor lain yang sempat menyertai jalannya eksperimen yang dapat mengacaukan
atau mengaburkan pengukuran hasil penelitian (posttest). Dalam penelitian
pendidikan, variabel yang bisa dimanipulasi termasuk metode pengajaran, jenis
penguatan, pengaturan lingkungan belajar, jenis materi belajar dan ukuran
kelompok belajar. Variabel terikat juga diacu sebagai variabel kriteria atau
variabel pengaruh dari hasil studi. Perubahan atau perbedaan dalam kelompok
dipercaya sebagai suatu hasil manipulasi variabel bebas.
Suatu penelitian, termasuk
eksperimen, perlu menetapkan target populasi. Untuk penelitian eksperimen
dibutuhkan keadaan populasi yang relatif homogen. Homogenitas populasi ini
berguna bagi kemudahan dalam pengambilan sampel dan perlakuan yang hendak
diberikan. Jika upaya homogenitas ini dicapai secara maksimal, maka sangat
membantu peningkatan validitas penelitian. Homogenitas subyek penelitian dapat
dicapai dengan membatasi ciri populasi, diantaranya :
1. Aspek
tempat atau geografis, merupakan tempat tinggal subjek (provinsi, kabupaten,
sekolah).
2. Aspek
subjek sendiri, seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, dll.
3. Aspek
sosial, yang mencakup kelas sosial, keluarga, dan lingkungan sosial.
Penelitian biasanya
dilakukan terhadap sampel, yaitu sebagian dari populasi. Subjek penelitian yang
menjadi sampel seharusnya representatif populasinya. Kerepresantatifan sampel
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Jumlah
sampel
Jumlah sampel
merupakan banyaknya kelompok sampel yang dibutuhkan dalam suatu
eksperimen. Jumlah sampel ini ditentukan oleh desain eksperimennya. Contohnya,
jika suatu eksperimen dilakukan untuk melakukan komparasi dua macam perlakuan
misalnya pemberian pelatihan keterampilan sosial pada satu kelompok, dan tidak
ada perlakuan pada kelompok lain, maka jumlah sampel yang dibutuhkan ada dua
(kelompok perlakuan dan kelompok kontrol). Dalam suatu eksperimen yang lain,
dapat saja komparasi dua macam perlakuan itu dilakukan terhadap satu sampel.
Dengan demikian jumlah sampel sangat bergantung pada desain penelitian.
b. Besar
anggota sampel
Besar anggota
sampel dalam eksperimen tidak ditentukan oleh besarnya populasi, tetapi
ditentukan oleh kekuatan pengaruh perlakuan dari studi-studi sebelumnya. Suatu
perlakuan yang memiliki pengaruh yang kuat pada perubahan variabel terikat
(perilaku) berdasarkan studi atau penelitian terdahulu diperlukan anggota
sampel yang relatif lebih sedikit, dan semakin lemah pengaruh suatu perlakuan
pada variabel terikat dibutuhkan anggota sampel yang relatif lebih banyak.
c. Teknik
pengambilan sampel
Pengambilan sampel
dalam penelitian eksperimen dapat dilakukan dua teknik, yaitu sebagai berikut :
1) Random
Random
merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas probabilitas bahwa
setiap unit sampling memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai
sampel. Ada beberapa teknik random yang dapat digunakan dalam menetapkan
anggota sampel sebagai berikut :
a) Random
sederhana (simple random), dilakukan dengan memilih setiap individu yang
menjadi sampel secara random. Biasanya dilakukan dengan undian.
b) Pemilihan
urutan nomor (random ordering) yaitu pemilihan anggota sampel atas dasar urutan
nomor unit sampling. Yang dipilih sebagai sampel dapat ditetapkan atas dasar
nomor genap saja atau nomor ganjil saja atau kelipatan angka tertentu sehingga
jumlah anggota sampel yang dibutuhkan terpenuhi.
c) Random
berdasarkan tabel. Random berdasarkan tabel yaitu penentuan anggota sampel
secara sistematis yang dilakukan dengan hanya memilih individu pertama saja
yang dipilih secara random sementara invidu berikutnya terpilih menurut aturan
yang ditetapkan berdasarkan tabel random.
d) Seleksi
komputer, yaitu penentuan anggota sampel berdasarkan nomor random yang
diprogram di komputer.
2) Non
random
Non random disebut
juga sampel non probabilitas. Teknik pengambilan sampel tidak dengan random
tetapi dengan pertimbangan tertentu. Jika dalam pemilihan anggota sampel
dilakukan dengan tidak cermat, cara non random ini tidak dapat memperoleh
sampel yang representatif.
Sesuai dengan
sifatnya, penentuan sampel non random memiliki banyak kesulitan dalam mencapai
keadaan yang representatif karena dimungkinkan banyak bias yang terjadi secara
sistematis yaitu dimungkinkan ada unsur kesengajaan dari peneliti. Jika teknis
ini terpaksa dilakukan dalam penelitian eksperimen maka peneliti haruslah
melakukannya secara hati-hati.
Tujuan Penelitian Eksperimen
Tujuan umum penelitian eksperimen
adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala
suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan
yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dalam bidang pendidikan
dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan
(pembelajaran dengan metode problem solving) terhadap prestasi belajar dan
kemampuan komunikasi matematika pada siswa SMP atau untuk menguji hipotesistentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan
tersebut jika dibandingkan dengan metode konvensional. Selanjutnya, tindakan di
dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua
tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui
pengaruhnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan
menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas
pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai
seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya)
pengaruh tersebut jika dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi
perlakuan yang berbeda.
Karakteristik Penelitian Eksperimen
Menurut Ary (1985), ada tiga
karakteristik penting dalam penelitian eksperimen antara lain: (http://www.statistikian.com/2012/10/penelitian-experimen.html)
a) Variabel
bebas yang dimanipulasi
Memanipulasi
variable adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan
ilmiah. Perlakuan tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka untuk
memperoleh perbedaan efek dalam variable yang terkait.
b) Variabel
lain yang berpengaruh dikontrol agar tetap konstan
Menurut Gay
(1982), control is an effort on the part of researcher to remove the
influence of any variable other than the independent variable that ought affect
performance on a dependent variable.
Dengan kata lain,
mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel lain
yang mungkin dapat mempengaruhi variable terkait. Dalam pelaksanaan eksperimen,
grup eksperimen dan grup kontrol sebaiknya diatur secara intensif agar
karakteristik keduanya mendekati sama.
c) Observasi
langsung oleh peneliti
Tujuan dari
kegiatan observasi dalam penelitian eksperimen adalah untuk melihat dan
mencatat segala fenomena yang muncul yang menyebabkan adanya perbedaan diantara
dua grup.
Karakteristik yang
selalu ada dalam penelitian eksperimental adalah adanya tindakan manipulasi
variabel yang secara terencana dilakukan oleh peneliti. Memanipulasi variabel
ini tidak mempunyai arti yang negatif, seperti yang terjadi diluar konteks
penelitian. Yang dimaksud dengan manipulasi dalam hal ini, menurut
Sukardi (2003), yaitu tindakan atau perlakuan yang dilakukan oleh seorang
peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan
secara terbuka guna memperoleh perbedaan efek dalam variabel terikat.
Danim (2002)
menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yaitu : (http://badrulwajdi.blogspot.com/2011/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html)
1. Variabel-variabel
penelitian dan kondisi eksperimen diatur secara tertib ketat (rigorous
management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung,
maupun random (acak).
2. Adanya
kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan
kelompok eksperimen.
3. Penelitian
ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan variansi
variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi
variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak
menjadi tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi
kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan
penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan
secara acak.
4. Validitas
internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian
eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimen yang dilakukan pada
saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
5. Validitas
eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan
penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan menggeneralisasikan pada kondisi
yang sama.
6. Semua
variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara
sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
Menurut John W.
Creswell (2008) sebelum melakukan penelitian eksperimen, kita harus memahami
karakteristik yang ada pada penelitian eksperimen, yaitu: (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
1. populasi
dipilih secara acak;
2. memiliki
variabel kontrol;
3. treatment (tindakan);
4. hasil
dapat diukur dengan instrument penelitian;
5. membandingkan
kelompok variabel;
6. validitas
terukur.
Tiga unsur penting
yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian ini, yaitu:
a) Variabel
kontrol,
Variabel kontrol
adalah inti dari metode eksperimen, karena variabel kontrol inilah yang akan
menjadi standar dalam melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yang
terjadi akibat perbedaan perlakuan yang diberikan.
b) Manipulasi,
Dalam penelitian
ini, yang dimanipulasi adalah variabel independent dengan melibatkan
kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda.
c) Pengamatan.
Setelah peneliti
menerapkan perlakuan eksperimen, harus mengamati untuk menentukan apakah
hipotesis perubahan telah terjadi (Observasi).
· Berdasarkan
beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik penelitian
eksperimen adalah antara lain :
1) Manipulasi
Variabel
Bila kita melakukan
eksperimen, maka secara sengaja kita mengintervensi terjadinya hubungan kausal.
Situasi (variabel bebas) yang diasumsi sebagai penyebab munculnya gejala
(variabel terikat) secara sengaja dimaniulasi variabel itu dilakukan dengan
menempatkan subjek pada situasi tersebut, dan mencegah kemungkinan munculnya
faktor lain yang dapat mencemari situasi itu.
2) Kontrol
Kesimpulan tentang
hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel terikat dengan valid, bila
dilakukan pengontrolan pengaruh variabel lain terhadap variabel terikat.
Pengontrolan ini menggunakan apa yang disebut ctengan kelompok kontrol. Dalam
berbagai segi, keberadaan kelompok kontrol sarna dengan kelompok eksperimen.
Satu-satunya perbedaan adalah, pada kelompok eksperimen diberi perlakuan
(treatment), sedangkan pada kelompok control tidak ada perlakuan. Dengan
demikian, bila muncul gejala yang berbeda antara kedua kelompok, maka itu
dianggap sebagai pengaruh perlakuan atau treatment effect.
3) Penugasan
Random
Dalam konteks
eksperimen, perandoman dilakukan dalam dua kegiatan, yaitu dalam memilih subjek
yang menjadi sampel (pemilihan random atau random selection), dan
dalam menugaskan setiap subjek yang menjadi sampel ke dalam salah satu dari
kelompok eksperimen atau kelompok kontrol, yang disebut dengan penugasan random
alau random assignment. Pemilihan random berfungsi membuat kelompok
subjek yang menjadi sampel itu representatif terhadap populasi. Adapun fungsi
penugasan random adalah agar sebelum pelaksanaan eksperimen, baik kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol keadaannya sama (homogen), sehingga bila
setelah eksperimen terjadi perbedaan pada kedua kelompok itu, perbedaan yang
terjadi adalah pengaruh dari perlakuan.
4) Treatment (Perlakuan)
Eksperimen pada
intinya sama dengan observasi. Perbedaan antara keduanya terletak pada objek
yang diamati. Pada observasi yang bukan eksperimen, objek yang diamati telah
ada, sedangkan pada eksperimen objek yang diamati itu diciptakan situasi
munculnya oleh peneliti. Memunculkan objek pengamatan itu adalah melalui
perlakuan atau treatment.
Jenis Penelitian Eksperimen
Rancangan
Penelitian Eskperimen digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara
dua variabel, dimana sebabnya merupakan intervensi peneliti.
Rancangan penelitian
eksperimen terdiri dari :
(a) Preexperiments
Pra Eskperimen
adalah penelitian eksperimen yang hanya menggunakan kelompok studi tanpa
menggunakan kelompok kontrol, serta pengambilan respondin tidak dilakukan randomisasi. Disebut preexperiments karena
desain ini belum merupakan desain sungguh-sungguh. Masih terdapat variabel luar
yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hasil eksperimen
yang merupakan variabel dependen itu ukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel
independen. Hal ini dikarenakan tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak
dipilih secara random.
Dalam penelitian
ini, kelompok diberikan tes awal sebelum perlakuan eksperimental.
Setelah treatment selesai, tes akhir diberikan untuk melihat
prestasi. Efektivitas perlakuan pembelajaran diukur dengan membandingkan skor
rata-rata tes awal dan tes akhir. Ketika ternyata bahwa skor rata-rata tes
akhir secara signifikan lebih tinggi dari skor rata-rata tes awal, maka
disimpulkan bahwa perlakuan pembelajaran efektif.
Dalam preexperimental
design terdapat tiga alternatif desain sebagai berikut:
1) Studi
Kasus Bentuk Tunggal (One-shot Case Study)
Jenis one-shot case
study dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah
suatu desain penelitian. Dimana dalam rancangan penelitian ini terdapat suatu
kelompok diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya
(treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel
dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis
perlakuan lalu diukur hasilnya. Dalam penyelenggaraan rancangan ini subjek
disajikan dengan beberapa perlakuan, hanya tidak terdapat kelompok pembanding
dan tanpa skor tes awal.
Adapun bagan
dari one-shot case study adalah sebagai berikut:
Dengan X: kelompok
yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O: kejadian pengukuran atau
pengamatan.
Bagan tersebut
dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan,
dan selanjutnya diobservasi hasilnya.
Contoh: Pengaruh
penggunaan Komputer dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O).
2) Tes
Awal - Tes Akhir Kelompok Tunggal ( The One Group Pretest – posttest)
Dalam rancangan
ini, pengaruhatau efek suatu tritmen diputuskan berdasarkan perbedaan antara
pretest dengan posttes. Kalau pada rancangan “a” tidak ada pretest, maka pada
rancangan ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan
sebelum diberi perlakuan.
Bentuk bagan desain
tersebut adalah sebagai berikut:
Pengaruh perlakuan:
O1 – O2.
Desain ini
mempunyai beberapa kelemahan, karena akan menghasilkan beberapa ukuran
perbandingan. Kelemahan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor historis
(tidak menghasilkan perbedaan O1 dan O2), maturitation (subjek penelitian dapat
mengalami kelelahan, kebosanan, atau kelaparan dan kadang enggan menjawab jika
dinilai tidak sesuai dengan nilai yang berlaku), serta pembuatan instrument penelitian.
Kejelekannya yang paling fatal adalah tidak akan menghasilkan apapun.
3) Perbandingan
Kelompok Statis ( The Static Group Comparison Design)
Pada rancangan ini
membandingkan suatu kelompok yang menerima tritmen eksperimental dengan
kelompok lainnya yang tak mendapat tritmen.
Pada rancangan ini
terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua
yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah
untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).Masalah yang akan muncul
dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang akan
diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih secara acak.
Adapun bagan desain
penelitian ini adalah sebagai berikut:
O1: hasil
pengukuran satu grup yang diberi perlakuan, dan O2: hasil pengukuran satu grup
yang tidak diberi perlakuan.
Pengaruh perlakuan:
O1 – O2.
Ketiga bentuk
desain preexperiment itu jika diterapkan untuk penelitian akan banyak
variabel luar masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas
internal penelitian menjadi rendah.
(b) True
Experiment
True Experiment
Design adalah penelitian experimen dimana kelompok studi dan kelompok kontrol
pengambilan sample-nya dilakukan secara randomisasi, serta pada kelompok studi dilakukan
intervensi variabel sebab sedang pada kelompok kontrol tidak dilakukan
intervensi.
Disebut
sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan
demikian, validitas internal (kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian)
menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true
experiments menurut Suryabrata (2011 : 88) adalah untuk menyelidiki
kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan
membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan.
True
experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan untuk
eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari
populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalam true experiments pasti
ada kelompok kontrol dan pengambilan sampel.
Berikut jenis
penelitian yang termasuk dalam true experiments:
1. Rancangan
Secara Acak dengan Tes dan Kelompok Kontrol (Posstest-Only Control Design
)
Dalam desain ini
terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok
pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi
perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan
disebut kelompok kontrol. Nilai tes akhir menjadi digunakan untuk mengukur
hasil perlakuan. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Bagan penelitian
ini adalah sebagai berikut.
Pengaruh adanya perlakuan adalah (O1:O2). Dalam penelitian, pengaruh perlakuan dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perbedaan yang signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
2. Rancangan
Secara Acak dengan Tes Awal dan Tes Akhir dengan Kelompok Kontrol
( The Pretest - Posttest Control Goup Design)
Dalam rancangan ini
terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest
untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
Bagan dari desain
penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pengaruh perlakuan
adalah: (O2 - O1) - (O4 - O3).
3. Rancangan
Secara Acak Empat Kelompok Solomon ( The Solomon Four Group Design )
Dalam rancangan
ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok
diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan
satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat
kelompok ini diberi posttes.
(c) Factorial
Design
Desain merupakan
modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperhatikan
kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan terhadap
hasil. Semua grup dipilih secara random kemudian diberi pretest. Grup yang akan
digunakan untuk penelitian dinyatakan baik jika setiap kelompok memperoleh
nilai pretest yang sama.
(d) Quasy
Experiment
Quasiexperiments disebut
juga dengan eksperimen pura-pura. Bentuk desain ini merupakan pengembangan
dari trueexperimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini
mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan jika
peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh,
tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya. Dalam
eksperimen ini, jika menggunakanrandom tidak diperhatikan aspek kesetaraan
maupun grup kontrol.
Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen
Menurut Sukardi,
(2003) pada umumnya, penelitian eksperirnen dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah seperti berikut :
1. Melakukan
kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan.
2. Mengidentifikasi
dan mendefinisikan masalah.
3. Melakukan
studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis
penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan
definisi istilah.
4. Membuat
rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan:
a) Mengidentifikasi
variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi
proses eksperimen.
b) Menentukan
cara mengontrol.
c) Memilih
rancangan penelitian yang tepat.
d) Menentukan
populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek
penelitian.
e) Membagi
subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.
f) Membuat
instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh
instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.
g) Mengidentifikasi
prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis.
5. Melaksanakan
eksperimen.
6. Mengumpulkan
data kasar dan proses eksperimen.
7. Mengorganisasikan
dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.
8. Menganalisis
data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk
menentukan tahap signifikasi hasilnya.
9. Menginterpretasikan
basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan
Validitas Penelitian
Suatu eksperimen mempunyai
kostribusi yang berarti bagi pengembangan pengetahuan. Kata validitas
berarti dapat diterima atau absah. Istilah ini mengandung pengertian bahwa
sesuatu yang dinyatakan valid atau absah berarti telah sesuai dengan kebenaran
yang diharapkan sehingga dapat diterima dalam suatu kriteria tertentu.
Validitas dalam penelitian eksperimen mengandung beberapa kelemahan yang harus
dipertimbangkan, antara lain:
(1) internal
validity,
(2) eksternal
validity,
(3) statistical
conclution validity,
(4) construct
validity
Dalam setiap
penelitian eksperimental yang berkaitan dengan validitas internal mengandung
beberapa kelemahan. Menurut Cambell dan Stanley dalam Ross dan Morrison (2003 :
1024) ada beberapa kelemahan dalam validitas internal, antara lain:history,
maturation, testing, instrumentation, selection, statistical regretion,
experiment mortality, diffusion of treatments. Kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
(a) history
Banyak kejadian di
masa lampau yang dapat mempengaruhi validitas penelitian eksperimen yang
disebabkan oleh adanya interaksi antar individu.
(b) maturation
Beberapa perubahan
dapat terjadi pada dependent variable yang berfungsi dalam kurun
waktu dan bukannya kejadian yang spesifik ataupun kondisi tertentu. Terutama
berkaitan dnegan jangka waktu pengamatan yang memakan waktu lama.
(c) testing
Proses pengujian
juga dapat menimbulkan distorsi yang akan mempengaruhi hasil eksperimen.
(d) instrumentation
Instrumen yang digunakan
dalam penelitian eksperimen kadang kala sudah tidak sesuai lagi dengan standar
yang berlaku.
(e) selection
Peneliti kadang
masih menggunakan unsur subjektifitas dalam memilih orang yang akan dijadikan
objek eksperimen yang baik.
(f) statistical
regretion
Peneliti kadangkala
dihadapkan pada kesulitan apabila hasil yang diperoleh dalam penelitian
menghasilkan skor yang ekstrim.
(g) experiment
mortality
Dalam penelitian
eksperimen seringkali terjadi perubahan komposisi kelompok yang diobservasi.
Ada anggota kelompok yang harus didrop karena tidak sesuai dengan situasi
pengetesan saat tertentu.
Selain dipengaruhi
oleh validitas internal, eksperimen juga dipengaruhi oleh validitas eksternal,
antara lain:
a) interaction
of treatments and treatments
Kelemahan ini
terjadi apabila pengalaman responden lebih dari satu treatment. Seseorang yang
dipilih sebagai objek eksperimen mungkin pernah mengalami eksperimen yang sama
maka pengamatan kedua terhadap si responden tersebut akan menjadi bias.
b) interaction
of testing and treatment
Dalam eksperimen
pretest, responden harus dipekakan agar mendorong eksperimen dengan alternatif
yang berbeda.
c) interaction
of selection and treatment
Hal ini menimbulkan
pertanyaan dalam membuat generalisasi antara beberapa kategori manusia antar
grup. Sebab diantara mereka telah terjadi hubungan original yang telah
terbentuk sebelumnya.
d) interaction
of setting and treatment
Antara setting penelitian
dengan treatment yang dilakukan akan terjadi interaksi diantara
keduanya. Dengan demikian interaksi keduanya akan mendukung jalannya proses
penelitian yang sedang dilakukan.
e) interaction
of history and treatment
Kadangkala terjadi
hubungan sebab akibat antara kejadian masa lalu dan masa sekarang yang merupakan
kejadian tak biasa dan berpotensi tidak dapat diukur dalam penelitian.
Selanjutnya, untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, ada empat strategi umum yang dapat
digunakan untuk memperbaiki validitas eksternal, antara lain:
(a) Menggunakan
pilihan acak (randomly) untuk memilih orang, setting, atau waktu yang
digunakan dari populasi yangada agar generalisasi menjadi lebih baik.
(b) Membuat
agar grup individu, manusia ataupun settingnya dibuat heterogen. Langkah ini
ditempuh jika pendekatan random tidak dapat digunakan.
(c) Individu,
setting, dan waktu dikonsentrasikan agar memperoleh satu grup modal populasi.
(d) Menggunakan
terget populasi yang spesifik (individu, seting, waktu) untuk memenuhi target
yang ingin dicapai.
Dalam setiap
penelitian eksperimen perlu diketahui persoalan-persoalan tentang internal
maupun eksternal validitas agar subjektifitas dalam penelitian dapat dihindari.
Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Eksperimen
Dalam penelitian eksperimen terdapat
keunggulan jika dibandingkan dengan penelitian lainnya.
·
Ekperimen
didesain untuk dapat mengendalikan secara ketat pada variabel-variabel ekstra
yang tidak beruhubungan dengan variabel yang sedang di amati.
·
Penelitian
eksperimen memiliki efisiensi yang tinggi. Penelitian eksperimen dapat
dilakukan pada populasi yang terbatas, sehingga tidak membutuhkan banyak subyek
untuk terlibat dalam proses eksperimen. Suatu eksperimen yang diketahui
memiliki pengaruh yang kuat membutuhkan partisipan yang tidak terlalu besar,
sehingga akan meringankan kerja eksperimen
dekatan random tidak dapat digunakan.
(c) Individu,
setting, dan waktu dikonsentrasikan agar memperoleh satu grup modal populasi.
(d) Menggunakan
terget populasi yang spesifik (individu, seting, waktu) untuk memenuhi target
yang ingin dicapai.
Dalam setiap
penelitian eksperimen perlu diketahui persoalan-persoalan tentang internal
maupun eksternal validitas agar subjektifitas dalam penelitian dapat dihindari.
Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Eksperimen
Dalam penelitian eksperimen terdapat
keunggulan jika dibandingkan dengan penelitian lainnya.
·
Ekperimen
didesain untuk dapat mengendalikan secara ketat pada variabel-variabel ekstra
yang tidak beruhubungan dengan variabel yang sedang di amati.
·
Penelitian
eksperimen memiliki efisiensi yang tinggi. Penelitian eksperimen dapat
dilakukan pada populasi yang terbatas, sehingga tidak membutuhkan banyak subyek
untuk terlibat dalam proses eksperimen. Suatu eksperimen yang diketahui
memiliki pengaruh yang kuat membutuhkan partisipan yang tidak terlalu besar,
sehingga akan meringankan kerja eksperimen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar