Sabtu, 18 Februari 2017

metode penelitian deskriptif

A.    METODE DESKRIPTIF

Definisi Metode Deskriptif
            Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.
Menurut Hidayat syah penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang sekuas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa tertentu.  Sedangkan menurut Punaji Setyosari ia menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk  menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata.  Hal senada juga dikemukakan oleh Best bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Sukmadinata (2006:72) menjelaskan  Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
Penelitian deskriptif menurut Etna Widodo dan Mukhtar (2000) kebanyakan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya suatu gejala, variabel, atau keadaan. Namun demikian, tidak berarti semua penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam penelitian deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji melainkan bagaimana berusaha menemukan sesuatu yang berarti sebagai alternatif dalam mengatasi masalah penelitian melalui prosedur ilmiah.
Penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah pengumpulan dan penyusunan data, tapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut. Oleh karena itu, penelitian deskriptif mungkin saja mengambil bentuk penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang membandingkan satu fenomena atau gejala dengan fenomena atau gejala lain, atau dalam bentuk studi kuantitatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian, menetapkan standar, dan hubungan kedudukan satu unsur dengan unsur yang lain.
Contoh permasalahan penelitian yang tergolong penelitian deskriptif seperti : “Bagaimanakah gambaran kebiaasaan membaca di kalangan mahasiswa ?”, “ Bagaimanakah gambarn jumlah putus sekolah di tingkat sekolah dasar ?”, “Bagaimanakah gambaran pelaksanaan sistem kredit semester di perguruan tinggi ?”.
            Menurut Nazir (1988: 63) dalam Buku Contoh Metode Penelitian, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
            Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
            Menurut Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau masalah aktual.
           
Ciri-Ciri Metode Deskriptif
Terdapat ciri-ciri yang pokok pada metode deskriptif, antara lain adalah:
1.      Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian dilakukan atau permasalahan yang bersifat aktual
2.      Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang seimbang.
3.      Pekerjaan peneliti bukan saja memberika gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah.

Jenis Penelitian Deskriptif
            Furchan (2004) menjelaskan, beberapa jenis penelitian deskriptif, yaitu;
a.       Studi kasus
Yaitu suatu penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini dimungkinkan ditemukannya hal-hal tak terduga kemudian dapat digunakan untuk membuat hipotesis.
b.      Survei
Studi jenis ini merupakan studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan tentang individu. Berdasarkan ruang lingkupnya (sensus atau survai sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus tentang hal-hal yang tidak nyata, survei sampel tentang hal-hal yang nyata, dan survei sampel tentang hal-hal yang tidak nyata.
c.       Studi perkembangan
Studi ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya bagaimana sifat-sifat anak pada berbagai usia, bagaimana perbedaan mereka dalam tingkatan-tingkatan usia itu, serta bagaimana mereka tumbuh dan berkembang. Hal ini biasanya dilakukan dengan metode longitudinal dan metode cross-sectional.
d.      Studi tindak lanjut
Yakni, studi yang menyelidiki perkembangan subyek setelah diberi perlakukan atau kondisi tertentu atau mengalami kondisi tertentu.
e.       Analisis dokumenter
Studi ini sering juga disebut analisi isi yang juga dapat digunakan untuk menyelidiki variabel sosiologis dan psikologis.
f.       Analisis kecenderungan
Yakni, analisis yang dugunakan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi.
g.      Studi korelasi
Yaitu, jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti.
            Menurut Nazir (1988: 64-65) mengemukakan bahwa ditinjau dari jenis masalah yang diselidiki, teknik dan alat yang digunakan, serta tempat dan waktu, maka penelitian dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
·         Metode survei
            Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. (Nazir, 1988: 65)
            Kerlinger mengemukakan bahwa metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif distribusi, dan hubungan antar variabel. Sosiologi, maupun psikologis.
            Survei pada dasarnya tidak berbeda dengan research (penelitian). Pemakaian kedua istilah ini kerap kali hanya dimaksudkan untuk memberikan penekanan mengenai ruang lingkup. Research memusatkan diri pada salah satu atau beberapa aspek dari objeknya. Sedangkan survei bersifat menyeluruh yang kemudian akan dilanjutkan secara khusus pada aspek tertentu bilamana diperlukan studi yang lebih mendalam (Zulnaidi, 2007: 11)
            Lebih lanjut lagi Zulnaidi (2007: 11-12) mengemukakan beberapa studi yang termasuk dalam metode survei yakni:
·         Survei kelembagaan (institutional survei)
·         Analisis jabatan/ pekerjaan (job analysis)
·         Analisis dokumen (documentary analysis)
·         Analisis isi (content analysis)
·         Survei pendapat umum (public oppinion survey)
·         Survey kemasyarakatan (community survey)
            Nazir (1988: 65) dalam bukunya Metode Penelitian, mengemukan terdapat banyak sekali penelitian yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei, diantaranya adalah survei masalah kemasyarakatan, survei komunikasi dan pendapat umum, survei masalah politik, survei masalah pendidikan, dan lain sebagainya.
·         Metode deskriptif kesinambungan
            Metode deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan sehingga diperoleh pengetahuan yang menyeluruh mengenai masalah, fenomena, dan kekuatan-kekuatan sosial yang diperoleh jika hubungan-hubungan fenomena dikaji dalam suatu periode yang lama.
            Menurut Nazir (1988: 65) mendefinisikan metode deskriptif berkesinambungan atau continuity descriptive research sebagai kerja meneliti secara deskriptif yang dilakukan secara terus menerus atas suatu objek penelitian. Salah satu contoh metode penelitian deskriptif berkesinambungan ini dilakukan oleh Whitney dan Milholland (1930) yang mempelajari status akademis dari mahasiswa tingkat persiapan dari Colorado State College of Education  pada tahun 1930. Penelitian dilakukan dalam waktu empat tahun, dengan menelusuri status akademis sejak tingkat persiapan sampai dengan lulus sarjana muda.
·         Penelitian studi kasus
            Penelitian studi kasus memusatkan diri secara intensive terhadap satu objek tertentu, dengan cara mempelajari sebagai suatu kasus. Berbagai unit sosial seperti seorang murid menunjukkan kelainan, sebuah kelompok keluarga, sebuah kelompok anak nakal, sebuah desa, sebuah lembaga sosial dan lain-lain dapat diselidiki secara intensive, baik secara menyeluruh maupun mengenai aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian khusus. (Zulnaidi, 2007: 13)
            Menurut Bogdan dan Bikien (1982) merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang  subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.
            Menurut Maxfield (1930: 117-122) dalam Nazir (1988: 66) mendefinisikan penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian, dari sifat-sifat khas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
            Penelitian studi kasus menurut Stake (2005) terdapat 3 jenis penelitian studi kasus yang dibagi berdasarkan karakteristik dan fungsinya, yakni:
·         Penelitian studi kasus mendalam
·         Penelitian studi kasus instrumental
·         Penelitian studi kasus jamak
            Tidak berbeda jauh, Creswell (2007) juga membagi penelitian studi kasus menjadi 3 jenis. Dalam penelitian studi kasus tentunya terdapat langkah-langkahnya. Menurut Yin (1994), terdapat langkah-langkah dalam melakukan penelitian studi kasus yakni secara singkat seperti di bawah ini:
a)      Merancang studi kasus
            Dalam merancang studi kasus, terdapat dua langkah yakni melakukan pembekalan pengetahuan dan keterampilan serta melakukan pengembangan dan pengkajian ulang penelitian.
b)      Melakukan studi kasus
            Dalam langkah kedua ini terdapat tiga langkah yakni 1) penentuan teknik pengumpulan data; 2) penyebaran alat pengumpulan data; dan 3) penganalisisan bukti studi kasus yang terkumpul.
c)      Melakukan pengembangan, implikasi, dan saran
            Tahap ini merupakan tahap akhir dari setiap penelitian sebagai upaya melaporkan hasil penelitiannya kepada semua orang.
Nazir (1988: 68) mengemukakan bahwa langkah-langkah pokok dalam meneliti kasus adalah sebagai berikut: 1) menemukan rumusan tujuan penelitian; 2) tentukan unit-unit studi, sifat-sifat serta proses-proses apa yang akan menuntun penelitian; 3) tentukan rancangan serta pendekatan dalam memilih unit-unit dan teknik pengumpulan data mana yang digunakan. Sumber-sumber data apa yang tersedia; 4) kumpulkan data; 5) organisasikan informasi serta data yang terkumpul dan analisa untuk membuat interpretasi serta generalisasi; 6) susun laporan dengan memberikan kesimpulan serta implikasi dari hasil penelitian.
·         Penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas
            Menurut Nazir (1988: 71) dalam buku Metode Penelitian mengemukakan bahwa penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas merupakan penelitian yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.
            Lebih lanjut Nazir mengemukakan bahwa studi yang mendalam dilakukan terhadap kelakuan-kelakuan pekerja, buruh, petani, guru, dan lain sebagainya terhadap gerak-gerik mereka dalam melakukan tugas, penggunaan waktu secara efisien dan efektif.
·         Penelitian tindakan (action research)
            Penelitian tindakan merupakan penelitian yang berfokus pada penerapan tindakan yang dengan tujuan meningkatkan mutu atau memecahkan permasalahan pada suatu kelompok subjek yang diteliti dan diamati tingkat keberhasilannya atau dampak dari tindakannya. Menurut Grundy dan Kemmis (1990: 322) mengemukakan bahwa penelitian tindakan memiliki dua tujuan pokok, yaitu meningkatkan (improve) dan melibatkan (involve). Maksudnya, penelitian tindakan bertujuan meningkatkan bidang praktik, meningkatkan pemahaman praktik yang dilakukan oleh praktisi, dan meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan. Penelitian tindakan juga berusaha melibatkan pihak-pihak terkait, jika penelitian tindakan dilaksanakan di sekolah, maka pihak terkait antara lain adalah kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, dan orang tua siswa.
            Penelitian ini sering digunakan oleh para peneliti di bidang pendidikan yang sering disebut sebagai penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).
            Menurut Kemmis dan McTaggart (1982) mengungkapkan bahwa dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat model yang digunakan yakni siklus yang akan selalu berputar.

·         Penelitian Perpustakaan
            Penelitian perpustakaan merupakan kegiatan mengamati berbagai literatur yagn berhubungan dengan pokok permasalahan yang diangkat baik itu berupa buku, makalah ataupun tulisan yang sifatnya membantu sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam proses penelitian. Menurut Kartini Kartono (1986: 28) dalam buku Pengantar Metodologi Research  Sosial mengemukakan bahwa tujuan penelitian perpustakaan adalah untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang ada di perpustakaan, hasilnya dijadikan fungsi dasar dan alat utama bagi praktek penelitian di lapangan.
·         Penelitian Komparatif
            Menurut Sugiono (2005: 11) penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan.
            Dalam buku metode penelitian karangan M. Nazir (1988: 69-70) terdapat keunggulan dan kelemahan dari metode penelitian komparatif. Keunggulannya adalah sebagai berikut:
·         Metode komparatif dapat mensubtitusikan metode eksperimental karena beberapa alasan: 1) jika sukar diadakan kontrol terhadap salah satu faktor yang ingin diketahui atau diselidiki hubungan sebab akibatnya; 2) apabila teknik untuk mengadakan variabel kontrol dapat menghalangi penampilan fenomena secara normal ataupun tidak memungkinkan adanya interaksi secara normal; 3) penggunaan laboratorium untuk penelitian untuk dimungkinkan, baik karena kendala teknik, keuangan, maupun etika dan moral.
·         Dengan adanya teknik yang lebih mutakhir serta alat statistik yang lebih maju, membuat penelitian komparatif dapat mengadakan estimasi terhadap parameter-parameter hubungan kausal secara lebih efektif.
·         Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut:
·         Penelitian komparatif yang bersifat ex post facto, mengakibatkan penelitian tersebut tidak mempunyai kontrol terhadap variabel bebas
·         Sukar memperoleh kepastian, apakah faktor-faktor penyebab suatu hubungan kausal yang diselidiki benar-benar relevan.
·         Interaksi antarfaktor-faktor tunggal sebagai penyebab atau akibat terjadinya suatu fenomena menjadi sukar untuk diketahui.
·         Ada kalanya dua atau lebih faktor memperlihatkan adanya hubungan, tetapi belum tentu bahwa hubungan yang diperlihatkan adalah hubungan sebab akibat.
·         Mengkategorisasikan subjek dalam dikhotomi untuk tujuan perbandingan dapat menjurus pada pengambilan keputusan dan kesimpulan yang salah, akibatnya kategori dikhotomi yang dibuat mempunyai sifat kabur, bervariasi, samar, menghendaki value judgement dan tidak kokoh.
            Lebih lanjut lagi Nazir (1988: 70) menjabarkan beberpa langkah pokok dalam studi komparatif, yaitu: 1) rumuskan dan definisikan masalah; 2) jajaki dan teliti literatur yang ada; 3) rumuskan kerangka teoritis dan hipotesa-hipotesa serta asumsi-asumsi yang dipakai; 4) buatlah rancangan penelitian dengan cara memilih subjek yang digunakn dengan teknik pengumpulan data yang diinginkan, dan mengkategorikan sifat-sifat atau atribut-atribut atau hal-hal lain yang sesuai dengan masalah yang ingin dipecahkan, untuk mempermudah analisa sebab akibat; 5) uji hipotesa, membuat interpretasi terhadap hubungan dengan teknik statistik yang tepat; 6) membuat generalisasi, kesimpulan, serta implikasi kebijakan; dan 7) menyusun laporan dengan cara penulisan ilmiah.

Kriteria Pokok Metode Deskriptif
            Nazir (1988: 72-73) dalam buku Metode Penelitian, terdapat dua kriteria pokok dalam metode penelitian deskriptif, yakni kriteria umum dan kriteria khusus.

Kriteria umum Penelitan Metode Deskriptif
Kriteria umum dari penelitan dengan metode deskriptif adalah:
·         Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas
·         Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum
·         Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini
·         Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas
·         Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan
·         Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisa data serta studi kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan, jika kerangka teoritis untuk itu telah dikembangkan

Kriteria khusus Penelitan Metode Deskriptif
Kriteria khusus dari penelitian dengan metode deskriptif adalah:
·         Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value)
·         Fakta-fakta ataupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status
·         Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya.

Langkah-Langkah Umum Dalam Metode Deskriptif
            Secara singkat dapat diketahui terdapat beberapa langkah-langkah dalama metode penelitian deskriptif, yakni 1) Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif; 2) Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas; 3) Menentukan tujuan dan manfaat penelitian; 4) melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan; 5) menentukan kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian; 6) mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk menentukan populasi, sampel, teknik sampling, instrument pengumpulan data, dan menganalisis data; 7) mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistik yang relevan; dan 8) membuat laporan penelitian.
            Untuk lebih rincinya, Nazir (1988: 73-74) mengungkapakan terdapat berbagai langkah yang sering diikuti adalah sebagai berikut:
1.   Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada
2.   Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah
3.   Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian deskriptif tersebut akan dilaksanakan. Termasuk di dalamnya daerah geografis di mana penelitian akan dilakukan, batasan-batasan kronologis, ukuran tentang dalam dangkal serta sebarapa utuh daerah penelitian tersebut akan dijangkau
4.   Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu dirumuskan kerangka teoriatau kerangka konseptual yang kemudian diturunkan dalam bentuk hipotesa-hipotesa untuk diverifikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik, maka kerangka analisa dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk model matematika
5.   Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan
6.   Merumuskan hipotesa-hipotesa yang ingin diuji, baik secara eksplisit maupun secara implisit
7.   Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian
8.   Membuat tabulasi serta analisa statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran sepadan
9.   Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan
10.  Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesa-hipotesa yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan-kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian
11.  Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah


Penelitian memiliki karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut :
·         Memusatkan penyelidikan pada pemecahan masalah aktual atau masalah yang dihadapi pada masa sekarang.
·         Data yang telah dikumpulkan disusun dan dijelaskan, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analitik.
·         Menjelaskan setiap langkah penelitian secara rinci.
·         Menjelaskan prosedur pengumpulan datanya.
·         Memberi alasan yang kuat mengapa peneliti menggunakan teknik tertentu dan bukan teknik lainnya.
Penelitian deskriptif memiliki keunikan sebagai berikut :
·         Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yang sangat sedikit, akibatnya bias dalam membuat kesimpulan.
·         Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang memadai.
·         Penelitian deskriptif juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, agar di lapangan peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data yang diperlukan




.
B.     METODE HISTORIS

Defenisi Metode Historis
            Penelitian historis adalah penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan.
            Sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.
            Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
            Penelitian historis juga merupakan cara menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
            Berdasarkan pendangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:
1. Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu);
2. Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
3. Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
4. Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).
   
Tujuan Penelitian Historis
            Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau.
            Penelitian historis juga untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.
            Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) menyatakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk :
1. Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau;
2. Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang;
3. Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
4. Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak;
5. Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.
Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan masa mendatang.

Ciri-ciri Penelitian Historis

Beberapa ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah sebagai berikut :
a.  Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau.
b.  Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer dibandingkan dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik, baik secara internal maupun eksternal.
c.  Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti informasi yang lebih tua yang tidak tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
d. Sumber data harus dinyatakan secara defenitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan[4].

Langkah-Langkah Dalam Penelitian Historis
Menurut M. Subana dkk. (2005: 88), kerangka penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pendefinisian Masalah
2. Perumusan masalah
3. Pengumpulan data
4. Analisis data
5. Kesimpulan
Contoh : 
- Judul :
Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.
- Perumusan masalah :
Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ?
- Pengumpulan data :
Analisis dokumen, wawancara dari sumber primer dan sumber sekunder
- Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas statistic deskriptif.
- Kesimpulan :
Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita.

Sumber Data Penelitian Historis

            Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tertulis dan sebagainya.
1. Remain dan Dokumen
Jika sumber sejarah ditinjau dari segi sengaja atau tidak sengajanya bahan atau sumber data tersebut ditinggalkan, maka sumber sejarah dapat dibagi dua, yaitu : remain dan dokumen.
a. Remain atau Relics, yaitu bahan-bahan fisis atau tulisan yang mempunyai nilai-nilai sejarah yang terdapat tanpa suatu kesadaran menghasilkannya untuk suatu keperluan pembuktian sejarah. Peninggalan materi termasuk: alat perkakas, perhiasan-perhiasan kuno, bangunan seperti piramida, candi, senjata-senjata, sendok benda budaya dan sebagainya.
b. Dokumen, yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia dimasa yang lalu. Dokumen tersebut, secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transmisi keterangan. Contoh dari dokumen antara lain buku harian, batu tertulis, daun-daun lontar dan sebagainya.
2. Sumber Primer dan Sekunder
a. Sumber primer adalah tempat atau gudang penyimpan yang orisinil dari data sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Contoh dari data atau sumber primer adalah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, keputusan-keputusan rapat, foto-foto dan sebagainya.
b. Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, atau catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil. Misalnya keputusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan (minutes) dari rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di surat kabar.

Keuntungan dan Kerugian Metode Penelitian Historis
Keuntungan metode penelitian historis
a. Penelitian ini mengijinkan penyelidikan tentang topik-topik dan pernyataan- pernyataan yang tidak dapat di kaji oleh penelitian lain.
b. Penelitian historis merupakan satu-satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti-bukti dari masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pada saat ini.
c. Sebagai tambahan,penelitian historis menggunakan bermacam bukti yang berbeda dibandingkan metode penelitian lainnya ( dengan pengecualian penelitian studi kasus dan etnografi ).
d. Penelitian historis menyediakan suatu alternatife dan mungkin sumber informasi yanglebih kaya tentang topik-topik nyata yang juga dapat di kaji melalui metodologi lainnya
Kerugian metode penelitian historis
a. Tidak adanya kontrol yang mengendalikangangguan terhadap validitas internal.
b. Pembahasan di lakukan oleh sampel dokumen dan proses instrumentasi ( analisis dokumen ) barang kali begitu ketat.
c. Peneliti peneliti tidak dapat menjamin keterwakilan sampel (representativeness of the sample),ataupun apakah mereka dapat memeriksa realibittas dan validitas terhadap penafsiran yang dibuat dari data yang tersedia. 

C.    PENELITIAN KORELASIONAL

Pengertian Penelitian Korelasional

            Gay dalam Sukardi (2008:166) menyatakan penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex–post facto karena pada umumnya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari adanya suatu hubungan dan tingkat hubungan variabel yang dinyatakan dalam koefisien korelasi. 
            Penelitian korelasi merupakan suatu penelitian yang melibatkan kegiatan pengumpulan data untuk menentukan, adakah hubungan dan tingkat hubungan antara 2 variabel atau lebih. Penelitian korelasi dilakukan, saat peneliti ingin mengetahui tentang ada atau tidaknya dan kuat lemahnya suatu hubungan variabel yang berkaitan dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Terdapatnya suatu hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.

            Penelitian korelasi mempunyai 3 karakteristik penting bagi para peneliti yang akan menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, diantaranya yaitu:
1.  penelitian korelasi tepat bila variabel kompleks dan peneliti tidak memungkinkan untuk melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti pada penelitian eksperimen,
2.   memungkinkan variabel dilakukan pengukuran secara intensif dalam setting atau lingkungan nyata, dan
3.   memungkinkan peneliti memperoleh derajat asosiasi yang signifikan.
(Sukardi,2008:166)

Tujuan Penelitian Korelasional

            Penelitian korelasional memiliki tujuan untuk menentukan ada apa tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih, kearah manakah hubungan tersebut positif atau negatif, dan seberapa jauh hubungan yang ada antara dua variabel atau lebih yang dapat diukur. Misalkan saja sperti hubungan antara kecerdasan dengan kreativitas, tinggi badan dengan umur, semangat dengan pencapaian, nilai bahasa Inggris dengan nilai statistika, dan sebagainya. Tujuan dari penyelidikan korelasional adalah untuk mengungkapkan atau menetapkan suatu hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi atau prakiraan.
            Pada penelitian korelasional, para peneliti umumnya hanya mendasarkan pada penampilan variabel secara natural atau sebagaimana adanya, tanpa memanipulasi atau mengatur kondisi variabel tersebut. Oleh karena itu, peneliti sebaiknya mengetahui cukup banyak alasan yang kuat untuk mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan dalam suatu penelitian.
            Penelitian korelasi lebih tepat, bila dalam penelitian peneliti memfokuskan usahanya dalam memperoleh informasi yang bisa menerangkan adanya fenomena atau kejadian yang kompleks melalui hubungan antar variabel. Sehingga, peneliti juga mampu melakukan eksplorasi studi menggunakan teknik korelasi parsial, yang mana peneliti mengeliminasi salah satu pengaruh variabel supaya bisa dilihat hubungan dua variabel yang dianggap penting saja.

            Dalam bidang pendidikan, studi korelasi umumnya digunakan guna melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan memiliki peranan yang signifikan dalam mencapai proses pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya mengenai pencapaian hasil belajar dengan motivasi internal, intensitas kehadiran mengikuti kuliah, belajar strategi, dan lain sebagainya.
            Para peneliti akan tepat menggunakan penelitian korelasi saat peneliti memiliki beberapa alasan penting, di antaranya yaitu sebagai berikut.
•    Adanya kebutuhan akan informasi bahwa ada hubungan antarvariabel yang mana koefisien korelasi dapat mencapainya.
•    Penelitian korelasi harus memperhitungkan manfaatnya jika variabel yang muncul tersebut kompleks, dan peneliti tidak mungkin bisa melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel itu.
•    Apabila dalam penelitian memungkinkan untuk melakukan pengukuran beberapa variabel dan hubungan yang ada dalam setting yang realistis. Dan alasan penting lain yaitu bahwa penelitian korelasi tepat dilakukan, bila salah satu tujuan penelitian adalah untuk mencapai formula prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan terdapatnya asumsi hubungan antar variabel.
            Metode korelasional memungkinkan untuk para peneliti menganalisis hubungan antara sejumlah besar variabel  dalam suatu studi tunggal. Koefisien korelasi dapat memberikan ukuran tingkat dan arah hubungan. Penggunaan metode korelasional dapat ditujukan (1) untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel dan (2) untuk memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel lain.

Prosedur Dasar Penelitian Korelasional

            Prosedur dasar penelitian korelasional dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut ini. 
1.  Pemilihan Masalah

            Studi korelasional bisa dirancang untuk menentukan variabel manakah dari suatu daftar variabel yang mungkin berhubungan, maupun untuk menguji hipotesis mengenai suatu hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian harus dilakukan seleksi berdasarkan penalaran induktif dan penalaran deduktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan diteliti dan diselidiki haruslah didukung oleh teori atau diturunkan berdasarkan dari pengalaman.
2. Sampel dan Pemilihan Instrumen

            Sampel untuk studi korelasional dapat dipilih dengan memakai metode sampling yang bisa diterima, dan 30 subjek dirasa sebagai ukuran sampel minimal yang bisa diterima. Dalam suatu penilitian, merupakan hal penting untuk memilih dan mengembangkan pengukuran yang reliabel dan valid terhadap suatu variabel yang hendak diteliti. Bila variabel tidak memadai dikumpulkan, maka koefisien korelasi yang diperoleh akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang kurang bahkan tidak akurat. Kemudian bila pengukuran yang dilakukan tidak secara nyata benar-benar mengukur variabel yang diinginkan, maka koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan. Sebagai contoh, peniliti hendak menentukan hubungan antara hasil belajar matematika dengan hasil belajar kimia. Bila penrliti memilih dan memakai tes keterampilan berhitung yang valid dan reliabel, koefisien korelasi yang diperoleh tidak akan menjadi perkiraan yang akurat dari hubungan yang diinginkan. Keterampilan berhitung siswa hanya merupakan satu jenis ketrampilan hasil belajar matematika; koefisien korelasi yang diperoleh akan mengindikasikan hubungan antara hasil belajar kimia dan satu jenis dari hasil belajar matematika yaitu keterampilan berhitung. Oleh sebab itu, peneliti haruslah berhati-hati dalam memilih dan memakai instrumen yang valid dan reliabel bagi tujuan penelitian.
3. Desain dan Prosedur

            Desain korelasional dasar sangatlah sederhana; 2 atau lebih skor yang didapatkan dari setiap jumlah sampel yang dipilih, 1 skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang diperoleh mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Penelitian yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistik yang kompleks, namun desain dasar tetaplah sama dalam semua penelitian korelasional
4. Analisis Data dan Interpretasi

            Jika 2 variabel dikorelasikan maka hasilnya yaitu koefisien korelasi. Suatu koefisien korelasi dalam bentuk angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau 0,00 dan – 1,00, yang mengindikasikan tingkat atau derajat hubungan antara 2 variabel. Bila koefisien mendekati + 1,00; maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang positif. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai skor yang tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang tinggi pula pada variabel yang lain. Dapat juga diartikan suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan atau diasosiasikan dengan peningkatan juga pada variabel lain. 
            Apabila koefisien korelasi mendekati 0,00 kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan. Hal ini dapat diartikan bahwa skor seseorang pada suatu variabel tertentu tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel yang lain. Bila koefisien tersebut mendekati -1,00, maka diartikan kedua variabel memiliki hubungan yang berkebalikan atau negatif. Hal ini diartikan bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang rendah pada variabel yang lain, atau peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan begitu juga sebaliknya.
            Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana koefisien tersebut akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar koefisien tersebut diperlukan supaya bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang guna menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan pada suatu istilah signifikansi statistiknya. Dalam penelitian prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang tepat dan akurat. Signifikansi statistik mengacu kepada, apakah koefisiensi yang didapatkan berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dihasilkan pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan pada ukuran sampel yang diberikan, peneliti tidak bisa menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi peneliti bisa mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan. 
            Untuk menentukan signifikansi statistik, peneliti hanya mengonsultasikanya pada sebuah tabel yang mampu mengatakan pada peneliti seberapa besar koefisiensi diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk suatu level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan jika sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek dari pada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, Peneliti akan membutuhkan sekurangnya koefisien 0,6319 supaya bisa menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; pada pihak lain, dengan 102 kasus peneliti hanya memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep seperti ini berarti bahwa peneliti memerhatikan kasus tersebut, saat peneliti akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.
            Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, peneliti harus selalu ingat bahwa peneliti hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat akan tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada 1 cara untuk menetapkan hubungan sebab-akibat, yaitu penelitian eksperimen. Jika seseorang menemukan hubungan yang dekat antara 2 variabel, hal tersebut sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa 1 variabel menyebabkan variabel yang lain. Pada kenyataannya, hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.

Macam-Macam Studi Korelasional
1. Studi Hubungan
            Studi hubungan biasanya dilakukan dalam usaha mendapatkan pemahaman faktor apa saja atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, misalnya seperti hasil belajar akademik, konsep diri dan motivasi. Variabel yang diketahui tidak mempunyai hubungan dapat dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan yang selanjutnya. Identifikasi variabel yang berhubungan dapat membantu beberapa tujuan utama. Pertama, studi hubungan dapat memberikan arah untuk melanjutkan studi kausal-komparatif ataupun eksperimental. 
            Dalam studi kausal - komparatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin saja berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya agar tidak bercampur dengan pengaruh variabel bebas. Studi hubungan dapat membantu peneliti mengidentifkasi variabel-variabel seperti itu, yang berguna untuk mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel bebas yang sesungguhnya.
2. Studi Prediksi
            Bila variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat dipakai untuk memprediksikan skor pada variabel yang lainnya. Sebagai contoh, Peringkat SMA, dapat dipakai untuk memprediksikan peringkat di perguruan tinggi. Variabel yang mendasar pembuatan diacu sebagai kriteria. 
            Studi prediksi sering dilakukan guna memudahkan dalam pengambilan suatu kesimpulan mengenai individu atau membantu dalam pemilihan individu. Studi prediksi juga dijalankan guna menguji hipotesis teoretis tentang variabel yang dipercaya menjadi pediktor pad suatu kriteria, dan guna menentukan validitas prediktif dari instrumen pengukuran individual. Sebagai contoh, hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan level keberhasilan yang kemungkinan diperoleh individu pada mata pelajaran tertentu, mislanya aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan individu mana yang kemungkinan sukses di perguruan tinggi atau untuk memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin yang paling sukses.
            Bila beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari beberapa variabel tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan hanya pada salah satu darinya. Sebagai contoh, prediksi kesuksesan di perguruan tinggi umumnya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti rangking dalam peringkat kelas, peringkat SMA, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Meskipun terdapat beberapa perbedaan utama antara studi prediksi dengan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel kompleks.
3. Korelasi dan Kausalitas
            Penelitian korelasional merupakan suatu studi bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antar variabel melalui penggunaan statistik korelasional (r). Kuadrat dari koefisien korelasi akan menghasilkan varians yang dijelaskan (r-square). Suatu hubungan korelasional antara 2 variabel kadang kala merupakan hasil dari sumber lain, jadi peneliti haruslah hati-hati dan korelasi tidaklah harus menjelaskan sebab dan akibat. Bila suatu hubungan yang kuat ditemukan antara 2 variabel, kausalitas dapat diuji melalui pemakaian pendekatan eksperimental.
            Berbagai rancangan penelitian korelasional umumnya didasarkan pada asumsi bahwa realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi dan dipengaruhi oleh sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linier, seperti dalam penelitian eksperimental. Dengan demikian, dinamika suatu sistem-bagaimana setiap bagian yang lain-lebih penting kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional seperti analisis jalur (path analysis) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel designs) membolehkan pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah kuantitatif (ibid).  
Rancangan Penelitian Korelasional
            Penelitian korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan dianataranya, yaitu (1) korelasi bivariat, (2) regresi dan prediksi (3) regresi jamak, (4) analisis faktor, dan (5) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan kausal. (Shaughnessy & Zechmeister,2000:2-5). Rancangan penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut:


a. Korelasi Bivariat

            Rancangan penelitian korelasi bivariat merupakan suatu rancangan penelitian yang memiliki tujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara 2 variabel tersebut diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
            tersebut, umumnya diungkapkan dalam angka antara -1 dan +1, tingkatan hubungan itu dinamakan koefisien korelasi. Korelai zero (0) mengindikasikan tidak adaanya hubungan antarvariabel. Koefisiensi korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan dengan semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain dan begitu pula sebaliknya. Hubungan antara prestasi dan motivasi belajar merupakan contoh korelasi positif. Sedangkan, hubungan antara sehat dan sres merupakan contoh korelasi negatif.
b.
 Regresi dan Prediksi

            Bila terdapat korelasi antara 2 variabel, dan peneliti mengetahui skor pada salah satu variabel, peneliti dapat meprediksikan skor pada variabel kedua. Regresi merujuk pada seberapa baik peneliti bisa membuat prediksi semacam ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik yang bernilai -1 maupun +1, prediksi peneliti dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara kesehatan dan stres. Jika peneliti mengetahui skor stres seseorang, maka peneliti mampu memprediksikan skor kesehatan seseorang tersebut dimasa yang akan datang.
c.
 Regresi Jamak (Multiple Regression)

Regresi jamak adalah perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan menambahkan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini dapat memberikan lebih banyak kekuatan kepada peneliti untuk membuat prediksi yang lebih akurat. Apa yang peneliti prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variabel). Apa yang peneliti gunakan untuk membuat prediksi, sedangkan variabel-variabel yang telah diketahui, disebut variabel prediktor (predictor variables).

            Jika peneliti tidak hanya mengetahui skor stres, akan tetapi juga mengetahui skor perilaku kesehatan atau seberapa baik seseorang memperhatikan dirinya sendiri, dan bagaimana kesehatan seseorang selama ini secara umum sehat atau sakit, maka peneliti akan lebih dapat memprediksikan secara lebih tepat status kesehatan seseorang tersebut. Dengan demikian, terdapat tiga variabel prediktor stres, perilaku kesehatan, dan status kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di masa akan datang.
d. Analisis faktor

            Prosedur statistik yang satu ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antar korelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
            Sebagai contoh, peneliti dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, mental, emosi, dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kepada peneliti suatu skor. Korelasi yang tinggi baik positif itu maupun negatif antara beberapa skor ini akan mengindikasikan faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan berbeda yang dapat diberikan, yang kemungkinan dapat mengukur faktor kesehatan emosional. Dalam kasus ini akan terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan tentang marah, depresi, cemas, dan seterusnya. Atau di lain pihak, bila masing-masing pertanyaan merupakan faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang kecil antara pertanyaan yang berhubungan dengan marah, depresi, cemas, dan seterusnya.
e. Rancangan Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan KausalTerdapat 2 rancangan yang bisa digunakan guna membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut yaitu rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).

           
Analisis jalur digunakan untuk menentukan yang mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sebagai contoh, peneliti mengetahui adanya suatu hubungan antara kesehatan dan stres. Analsis jalur digunakan untuk memperlihatkan bahwa terdapat jalur kecil melalui psikologi, jalur utama yang berhubungan dengan kesehatan dan stres melalui perilaku sehat. Artinya kita mengetahui bahwa stres memengaruhi faktor-faktor psikologi seperti coronary dan fungsi-fungsi kekebalan. Kita juga mengetahui bahwa kita stres, kita menghentikan kehati-hatian terhadap diri kita, kita kurang tidur, makan kurang baik, gagal memperoleh latihan-latihan yang layak, dan seterusnya. Penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara stres, perilaku sehat, dan kesehatan daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan. Penelitian ini menggunakan statistik korelasi untuk menggambarkan kesimpulan ini.



f. Analisis Sistem (System Analysis)

            Analisis sistem melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang kompleks atau rumit guna menentukan proses dinamik, mislanya seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik, serta aliran dan unsur hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk menggambarkan atau membuat diagram perbedaan antara SMP yang berhasil dan SMP yang gagal. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru terhadap usaha pengajaran, performasi siswa, dan performasi siswa. Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu. 

Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
Kesalahan-kesalahan yang sering kali dilakukan oleh peneliti dalam penelitian korelasional yaitusebagai berikut.
•    Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
•    Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
•    Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
•    Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
•    Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
•    Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
•    Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
•    Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur




Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional

            Penelitian korelasional mempunyai kelebihan antara lain yaitu: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan); dan penelitian korelasional juga mampu memberikan informasi  tentang derajat kekuatan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Selanjutnya, penelitian ini bermanfaat untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, sosial, ekonomi. Penelitian korelasional ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel yang diselidiki secara intensif dan penelitian ini bisa melakukan analisis prediksi tanpa membutuhkan sampel yang besar.
            Sedangkan, untuk kelemahan penelitian korelasional diantaranya: hasilnya hanya mengidentifikasi sesuatu sejalan dengan sesuatu, tidak harus menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; bila dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional ini kurang tertib dan ketat, karena kurang melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebasnya; pola saling berhubungan itu sering tidak menentu dan kabur atau kurang jelas; sering merangsang penggunanya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukan berbagai data tanpa melakukan pemilihan dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
D.    Metode Penelitian Kausal Komparatif

Pengertian Metode Penelitian Kausal Komparatif
            Studi kausal-komperatif adalah suatau penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan skema hubungan dan pengaruh yang lebih dalam dari dua tau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan penyebab atau alasan adanya perbedaan prilaku atau status kelompok indifidual. Studi kausal-komperatif ini merupakan tindak lanjut dari studi korelasional. Jika studi korelasional menggambarkan derajat hubungan antara dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti, maka studi kausal-komperatif menggambarkan sedemikian rupa hubungan sebab akibat ( sumanto, 1995:107)
Penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu variabel (objek penelitian), antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda dan menemukan hubungan sebab-akibatnya (Marzuki, 1999:122). Sementara itu, menurut Kerlinger (dikutip Emzir, 2010:119) penelitian kausal komparatif (causal comparative research) yang disebut juga penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis di mana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena keberadaan dari variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi.
Kemudian, Gay (dikutip Emzir, 2010:119) mengemukakan bahwa studi kausal komparatif atau ex post facto adalah penelitian yang berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu. Dengan kata lain, penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini pendekatan dasarnya adalah memulai dengan adanya perbedaan dua kelompok dan kemudian mencari faktor yang mungkin menjadi penyebab atau akibat dari perbedaan tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas, sebagian ahli  menyebutkan ex post facto(bahasa latin ‘setelah fakta’) karena peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, melainkan langsung melihat hasilnya. Dari hasil yang diperoleh tersebut peneliti mencoba mencari sebab-sebab terjadinya peristiwa itu (Subana dan Sudrajat, 2009:42).
Dalam bidang pendidikan penelitian kausal komparatif ini tepat digunakan apabila penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dan pengaruh antara dua variable. Nilai penelitian kausal komparatif terletak pada upaya menggambarkan hubungan sebab akibat dan pengaruh tertentu berdasarkan kerangka teori pendidikan tertentu. Contohnya penelitian pengaruh tingkat sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa dapat menggunakan metode ini.


 Tujuan dari Metode Penelitian Kausal Komparatif
Tujuan penelitian kausal-komperatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara : berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali faktor yang mungkin terjadi penyebab melalui data tertentu. Hal ini berlainan degan metode eksperimental yang mengumpulkan datanya pada waktu kini dalam kondisi yang dikontrol.

Ciri-ciri Metode Penelitian kKusal Komparatif
Penelitian kausal komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti mengambil satu atau lebih akibat (sebagai “dependent variable”) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya.

Langkah langkah Metode Penelitian Kausal Komparatif
Menurur Emzir (2010:125) penelitian kausal komparatif dilakukan dalam lima tahap yakni, (1) merumuskan masalah, (2) menentukan kelompok yang memiliki karakteristik yang ingin diteliti, (3) pemilihan kelompok pembanding, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.
Sementara itu, terdapat pula langkah-langkah pokok dalam studi kausal komparatif sebagai berikut.
(1)   Definisikan masalah.
(2)   Lakukan penelaahan keperpustakaan.
(3)   Rumuskan hipotesis-hipotesis.
(4)   Rumuskan asumsi-asumsi yang mendasari hipotesis-hipotesis itu serta prosedur-prosedur yang akan digunakan.
(5)   Rancang cara pendekatannya:
a.       Pilihlah subjek-subjek yang akan digunakan serta sumber-sumber yang relevan;
b.      Pilihlah atau susunlah teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data;
c.       Tentukan kategori-kategori untuk mengklasifikasi data yang jelas, sesuai dengan tujuan studi, dan dapat menunjukkan kesamaan atau saling berhubungan.
(6)   Validasikan teknik untuk mengumpulkan data itu, dan interpretasikan hasilnya dalam cara yang jelas dan cermat.
(7)   Kumpulkan dan analisis data.
(8)   Susun laporannya.

Contoh-contoh Metode Penelitian Kausal Komparatif
(1)    Penelitian mengenai faktor-faktor yang menjadi ciri-ciri pribadi yang gampang dan tidak gampang mendapat kecelakaan dengan menggunakan data yang berwujud catatan –catatan yang ada pada perusahaan asuransi.
(2)   Mencari pola tingkah laku dan prestasi belajar yang berkaitan dengan perbedaan umur pada waktu masuk sekolah, dengan cara menggunakan data deskriptif mengenai tingkah laku dan skor test prestasi belajar yang terkumpul sampai anak-anak yang bersangkutan kelas VI SD.
(3)   Penelitian untuk menentukan ciri-ciri guru yang efektif dengan mempergunakan data yang berupa catatan mengenai sejarah pekerjaan selengkap mungkin.
(4)   Misalnya seorang dosen mata kuliah berbicara mewajibkan mahasiswa tingkat I jurusan bahasa Indonesia dihadapan teman-temannya. Diketahui ternyata ada lancar dan ada yang tidak, khususnya dalam menggunakan bahasa Indonesia, padahal mereka padahal mahasiswa jurusan bahasa Indonesia. Dapat digunakan judul “Pengaruh Bahasa Ibu, Lingkungan di Luar Rumah, dan Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA terhadap Kemahiran Berpidato Mahasiswa Tingkat I Jurusan Bahasa Indonesia”.
Identifikasi masalah:
1.   Penelitian beranggapan bahwa ada hubungan kausal antara ketiga faktor pada judul diatas terhadap kemahiran berpidato. Pelajaran bahasa Indonesia di SMA berpengaruh terhadap kemahiran.
 2.    Variabel bebas       :
1)      Bahasa ibu
2)      Lingkungan di luar rumah
3)      Pelajaran bahasa indonesia di SMA
3     .Variabel terikat     : Kemahiran berpidato
4.    Rumusan Masalah: “Apakah faktor-faktor bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran bahasa indonesia di SMA berpengaruh terhadap kemahiran berpidato”.
5.    Hipotesis : “faktor-faktor bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran bahasa indonesia di SMA berpengaruh secara signifikan terhadap kemahiran berpidato mahasiswa jurusan bahasa indonesia.

 Keunggulan-keunggulan Metode Penelitian Kausal Komparatif
1.      Metode kausal-komperatif adalah baik untuk keadaan kalau metode  yang lebih kuat, yaitu eksperimental, tak dapat digunakan:
a.       Apabila tidak selalu mengkin untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat secara langsung.
b.      Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.
c.       Apabila kontrol di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian dalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan/dipertanyakan.
2.      Studi kausal-komperatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa yang sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dan sejanis dengan itu.
3.      Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan ddengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausal-komperatif itu lebih dapat dipertanggung jawabkan.


Kelemahan-kelemahan Metode Penelitian Kausal Komparatif
1.      Kelemahan utama setiap rancangan ex post facto adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. Dalam batas-batas pemilihan yang dapat dilakukan, penelitian harus mengambil fakta-fakta yang dijumpainya tanpa kesempatan untuk mengatur kondisi-kondisinya atau memanipulasikan variabel-variabel yang mempengaruhi fakta-fakta yang dijumpainya itu. Untuk dapat mencapai kesimpulan yang sehat, peneliti harus mempertimbangkan segala alasan yang mungkin ada atau hipotesis-hipotesis saingan yang mungkin diajukan yang mungkin mempengaruhi hasil-hasil yang dicapai. Sejauh peneliti dapat dengan sukses membuat justifikasi kesimpilannya terhadap alternatif-alternatif lain itu, dia ada dalam posisi yang secara relatif kuat.
2.      Adalah sukar untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.
3.      Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek nyang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat kompleks.
4.      Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain.
5.      Apabila saling hubungan antara dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
6.      Kenyataan bahwa dua, atau lebih, faktor saling berhungan tidaklaj mesti memberi implikasi adanya hubungan sebab-akibat. Kenyataan itu mungkin hanyalah karena faktor-faktor tersebut berkaitan dengan faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terobservasi.
7.      Menggolong-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori semacam itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tidak mantap. Seringkali penelitian yang demikian itu tidak menghasilkan penemuan yang berguna.
8.      Studi komperatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subjek secara terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam hal dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar.


E.     METODE EKSPERIMEN
Pengertian Penelitian Eksperimen
            Penelitian eksperimen merupakan suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan. Penelitian eksperimen, tentu saja dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis. Karena itu, setelahnya masalah dibatasi dengan tegas, peneliti perlu mengembangkan hipotesis yang akan di ujinya. Dalam  pengujian dimaksud hipotesisnya boleh jadi bisa diterima tapi bisa juga ditolak. Diterima atau ditolaknya hipotesis itu, tergantung pada hasil observasi terhadap hubungan variabel pada objek eksperimen.(http://sucifitrianti.blogspot.com/2013/10/makalah-penelitian-eksperimen.html)
            Menurut Hadi (1985) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Latipun (2002) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi.
            Menurut Sukardi (2011:180), penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu penelitian di dalam laboratorium dan di luar laboratorium. Sehubungan dengan subjek dalam pendidikan adalah siswa, penelitian yang paling banyak dilakukan adalah di luar laboratorium. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa keunggulan yang dimiliki oleh penelitian di luar laboratorium. Selain itu, penelitian eksperimen juga lebih cocok dilakukan dalam bidang pendidikan.  Hal ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut: 
a)    metode pengajaran yang lebih tepat disetting secara alami dan dikomparasikan di dalam keadaan yang tidak biasa;
b)   penelitian dasar dengan tujuan menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah.
            Berdasarkan definisi dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian dan menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain atau yang sama sekali tidak diberikan tindakan dengan kondisi yang terkendali.


Variabel dan Subyek Penelitian Eksperimen
            Penelitian eksperimen memiliki khas yaitu menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain dan menguji hipotesis hubungan sebab-akibat. Variabel penelitian pada dasarnya segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Hats dan Faraday (1981) variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan orang yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.  (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
            Dalam penelitian eksperimen dikenal tiga kelompok variabel yaitu variabel eksperimen (variabel yang diberikan treatment/tindakan), variabel kontrol atau pembanding dan variabel luar (extraneous variabel) yaitu variabel pengganggu yang sulit untuk diprediksi dan dikendalikan tetapi mempengaruhi hasil penelitian.  (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
            Eksperimen dimulai dengan mengembangkan hipotesis hubungan sebab-akibat anatara variabel terikat dan variabel bebasnya. Selanjutnya dilakukan berturut-turut pengukuran nilai (kualitas) variabel terikatnya (pretest), mengenakan perlakuan (kondisi pengubah nilai) terhadap variabel bebasnya, dan mengukur kembali nilai variabel terikatnya (posttest) untuk melihat ada tidaknya perubahan nilai.
            Masalah pokok dalam melaksanakan eksperimen adalah menjaga kondisi eksperimen sedemikian sehingga tidak ada faktor lain yang sempat menyertai jalannya eksperimen yang dapat mengacaukan atau mengaburkan pengukuran hasil penelitian (posttest). Dalam penelitian pendidikan, variabel yang bisa dimanipulasi termasuk metode pengajaran, jenis penguatan, pengaturan lingkungan belajar, jenis materi belajar dan ukuran kelompok belajar. Variabel terikat juga diacu sebagai variabel kriteria atau variabel pengaruh dari hasil studi. Perubahan atau perbedaan dalam kelompok dipercaya sebagai suatu hasil manipulasi variabel bebas.
            Suatu penelitian, termasuk eksperimen, perlu menetapkan target populasi. Untuk penelitian eksperimen dibutuhkan keadaan populasi yang relatif homogen. Homogenitas populasi ini berguna bagi kemudahan dalam pengambilan sampel dan perlakuan yang hendak diberikan. Jika upaya homogenitas ini dicapai secara maksimal, maka sangat membantu peningkatan validitas penelitian. Homogenitas subyek penelitian dapat dicapai dengan membatasi ciri populasi, diantaranya :
1.    Aspek tempat atau geografis, merupakan tempat tinggal subjek (provinsi, kabupaten, sekolah).
2.    Aspek subjek sendiri, seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, dll.
3.    Aspek sosial, yang mencakup kelas sosial, keluarga, dan lingkungan sosial.
Penelitian biasanya dilakukan terhadap sampel, yaitu sebagian dari populasi. Subjek penelitian yang menjadi sampel seharusnya representatif populasinya. Kerepresantatifan sampel dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a.    Jumlah sampel
Jumlah sampel merupakan banyaknya kelompok sampel yang dibutuhkan dalam suatu eksperimen. Jumlah sampel ini ditentukan oleh desain eksperimennya. Contohnya, jika suatu eksperimen dilakukan untuk melakukan komparasi dua macam perlakuan misalnya pemberian pelatihan keterampilan sosial pada satu kelompok, dan tidak ada perlakuan pada kelompok lain, maka jumlah sampel yang dibutuhkan ada dua (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol). Dalam suatu eksperimen yang lain, dapat saja komparasi dua macam perlakuan itu dilakukan terhadap satu sampel. Dengan demikian jumlah sampel sangat bergantung pada desain penelitian.
b.    Besar anggota sampel
Besar anggota sampel dalam eksperimen tidak ditentukan oleh besarnya populasi, tetapi ditentukan oleh kekuatan pengaruh perlakuan dari studi-studi sebelumnya. Suatu perlakuan yang memiliki pengaruh yang kuat pada perubahan variabel terikat (perilaku) berdasarkan studi atau penelitian terdahulu diperlukan anggota sampel yang relatif lebih sedikit, dan semakin lemah pengaruh suatu perlakuan pada variabel terikat dibutuhkan anggota sampel yang relatif lebih banyak.
c.    Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian eksperimen dapat dilakukan dua teknik, yaitu sebagai berikut :
1)      Random
        Random merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas probabilitas bahwa setiap unit sampling memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Ada beberapa teknik random yang dapat digunakan dalam menetapkan anggota sampel sebagai berikut :
a)      Random sederhana (simple random), dilakukan dengan memilih setiap individu yang menjadi sampel secara random. Biasanya dilakukan dengan undian.
b)      Pemilihan urutan nomor (random ordering) yaitu pemilihan anggota sampel atas dasar urutan nomor unit sampling. Yang dipilih sebagai sampel dapat ditetapkan atas dasar nomor genap saja atau nomor ganjil saja atau kelipatan angka tertentu sehingga jumlah anggota sampel yang dibutuhkan terpenuhi.
c)      Random berdasarkan tabel. Random berdasarkan tabel yaitu penentuan anggota sampel secara sistematis yang dilakukan dengan hanya memilih individu pertama saja yang dipilih secara random sementara invidu berikutnya terpilih menurut aturan yang ditetapkan berdasarkan tabel random.
d)     Seleksi komputer, yaitu penentuan anggota sampel berdasarkan nomor random yang diprogram di komputer.
2)      Non random
Non random disebut juga sampel non probabilitas. Teknik pengambilan sampel tidak dengan random tetapi dengan pertimbangan tertentu. Jika dalam pemilihan anggota sampel dilakukan dengan tidak cermat, cara non random ini tidak dapat memperoleh sampel yang representatif.
Sesuai dengan sifatnya, penentuan sampel non random memiliki banyak kesulitan dalam mencapai keadaan yang representatif karena dimungkinkan banyak bias yang terjadi secara sistematis yaitu dimungkinkan ada unsur kesengajaan dari peneliti. Jika teknis ini terpaksa dilakukan dalam penelitian eksperimen maka peneliti haruslah melakukannya secara hati-hati.
Tujuan Penelitian Eksperimen 
            Tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode problem solving) terhadap prestasi belajar dan kemampuan komunikasi matematika pada siswa SMP atau untuk menguji hipotesistentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut jika dibandingkan dengan metode konvensional. Selanjutnya, tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya.
            Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut jika dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.

Karakteristik Penelitian Eksperimen
            Menurut Ary (1985), ada tiga karakteristik penting dalam penelitian eksperimen antara lain: (http://www.statistikian.com/2012/10/penelitian-experimen.html)
a)      Variabel bebas yang dimanipulasi
Memanipulasi variable adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah. Perlakuan tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka untuk memperoleh perbedaan efek dalam variable yang terkait.
b)      Variabel lain yang berpengaruh dikontrol agar tetap konstan
Menurut Gay (1982), control is an effort on the part of researcher to remove the influence of any variable other than the independent variable that ought affect performance on a dependent variable.
Dengan kata lain, mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi variable terkait. Dalam pelaksanaan eksperimen, grup eksperimen dan grup kontrol sebaiknya diatur secara intensif agar karakteristik keduanya mendekati sama.
c)      Observasi langsung oleh peneliti
Tujuan dari kegiatan observasi dalam penelitian eksperimen adalah untuk melihat dan mencatat segala fenomena yang muncul yang menyebabkan adanya perbedaan diantara dua grup.
Karakteristik yang selalu ada dalam penelitian eksperimental adalah adanya tindakan manipulasi variabel yang secara terencana dilakukan oleh peneliti. Memanipulasi variabel ini tidak mempunyai arti yang negatif, seperti yang terjadi diluar konteks penelitian. Yang dimaksud dengan manipulasi dalam hal ini, menurut Sukardi (2003), yaitu tindakan atau perlakuan yang dilakukan oleh seorang peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka guna memperoleh perbedaan efek dalam variabel terikat. 
Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yaitu : (http://badrulwajdi.blogspot.com/2011/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html)
1.    Variabel-variabel penelitian dan kondisi eksperimen diatur secara tertib ketat (rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun random (acak).
2.    Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimen.
3.    Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
4.    Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimen yang dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
5.    Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan menggeneralisasikan pada kondisi yang sama.
6.    Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

Menurut John W. Creswell (2008) sebelum melakukan penelitian eksperimen, kita harus memahami karakteristik yang ada pada penelitian eksperimen, yaitu: (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
1.      populasi dipilih secara acak;
2.      memiliki variabel kontrol;
3.      treatment (tindakan);
4.      hasil dapat diukur dengan instrument penelitian;
5.      membandingkan kelompok variabel;
6.      validitas terukur.
Tiga unsur penting yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian ini, yaitu:
a)      Variabel kontrol,
Variabel kontrol adalah inti dari metode eksperimen, karena variabel kontrol inilah yang akan menjadi standar dalam melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yang terjadi akibat perbedaan perlakuan yang diberikan.
b)      Manipulasi,
Dalam penelitian ini, yang dimanipulasi adalah variabel independent dengan melibatkan kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda.
c)       Pengamatan.
Setelah peneliti menerapkan perlakuan eksperimen, harus mengamati untuk menentukan apakah hipotesis perubahan telah terjadi (Observasi).
·         Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik penelitian eksperimen adalah antara lain :
1)   Manipulasi Variabel
Bila kita melakukan eksperimen, maka secara sengaja kita mengintervensi terjadinya hubungan kausal. Situasi (variabel bebas) yang diasumsi sebagai penyebab munculnya gejala (variabel terikat) secara sengaja dimaniulasi variabel itu dilakukan dengan menempatkan subjek pada situasi tersebut, dan mencegah kemungkinan munculnya faktor lain yang dapat mencemari situasi itu.
2)      Kontrol
Kesimpulan tentang hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel terikat dengan valid, bila dilakukan pengontrolan pengaruh variabel lain terhadap variabel terikat. Pengontrolan ini menggunakan apa yang disebut ctengan kelompok kontrol. Dalam berbagai segi, keberadaan kelompok kontrol sarna dengan kelompok eksperimen. Satu-satunya perbedaan adalah, pada kelompok eksperimen diberi perlakuan (treatment), sedangkan pada kelompok control tidak ada perlakuan. Dengan demikian, bila muncul gejala yang berbeda antara kedua kelompok, maka itu dianggap sebagai pengaruh perlakuan atau treatment effect.
3)      Penugasan Random
Dalam konteks eksperimen, perandoman dilakukan dalam dua kegiatan, yaitu dalam memilih subjek yang menjadi sampel (pemilihan random atau random selection), dan dalam menugaskan setiap subjek yang menjadi sampel ke dalam salah satu dari kelompok eksperimen atau kelompok kontrol, yang disebut dengan penugasan random alau random assignment. Pemilihan random berfungsi membuat kelompok subjek yang menjadi sampel itu representatif terhadap populasi. Adapun fungsi penugasan random adalah agar sebelum pelaksanaan eksperimen, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol keadaannya sama (homogen), sehingga bila setelah eksperimen terjadi perbedaan pada kedua kelompok itu, perbedaan yang terjadi adalah pengaruh dari perlakuan.
4)      Treatment (Perlakuan)
Eksperimen pada intinya sama dengan observasi. Perbedaan antara keduanya terletak pada objek yang diamati. Pada observasi yang bukan eksperimen, objek yang diamati telah ada, sedangkan pada eksperimen objek yang diamati itu diciptakan situasi munculnya oleh peneliti. Memunculkan objek pengamatan itu adalah melalui perlakuan atau treatment.
Jenis Penelitian Eksperimen 
Rancangan Penelitian Eskperimen digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua variabel, dimana sebabnya merupakan intervensi peneliti.
Rancangan penelitian eksperimen terdiri dari :
(a)    Preexperiments
Pra Eskperimen adalah penelitian eksperimen yang hanya menggunakan kelompok studi tanpa menggunakan kelompok kontrol, serta pengambilan respondin tidak dilakukan randomisasi. Disebut preexperiments karena desain ini belum merupakan desain sungguh-sungguh. Masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu ukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dikarenakan tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random.
Dalam penelitian ini, kelompok diberikan tes awal sebelum perlakuan eksperimental. Setelah treatment selesai, tes akhir diberikan untuk melihat prestasi. Efektivitas perlakuan pembelajaran diukur dengan membandingkan skor rata-rata tes awal dan tes akhir. Ketika ternyata bahwa skor rata-rata tes akhir secara signifikan lebih tinggi dari skor rata-rata tes awal, maka disimpulkan bahwa perlakuan pembelajaran efektif.
Dalam preexperimental design terdapat tiga alternatif desain sebagai berikut:
1)      Studi Kasus Bentuk Tunggal (One-shot Case Study)
            Jenis one-shot case study dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian. Dimana dalam rancangan penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya. Dalam penyelenggaraan rancangan ini subjek disajikan dengan beberapa perlakuan, hanya tidak terdapat kelompok pembanding dan tanpa skor tes awal.
Adapun bagan dari one-shot case study  adalah sebagai berikut:
Dengan X: kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O: kejadian pengukuran atau pengamatan.
Bagan tersebut dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya.
Contoh: Pengaruh penggunaan Komputer dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O).
2)      Tes Awal - Tes Akhir Kelompok Tunggal ( The One Group Pretest – posttest)
Dalam rancangan ini, pengaruhatau efek suatu tritmen diputuskan berdasarkan perbedaan antara pretest dengan posttes. Kalau pada rancangan “a” tidak ada pretest, maka pada rancangan ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut:
Pengaruh perlakuan: O1 – O2.
Desain ini mempunyai beberapa kelemahan, karena akan menghasilkan beberapa ukuran perbandingan. Kelemahan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor historis (tidak menghasilkan perbedaan O1 dan O2), maturitation (subjek penelitian dapat mengalami kelelahan, kebosanan, atau kelaparan dan kadang enggan menjawab jika dinilai tidak sesuai dengan nilai yang berlaku), serta pembuatan instrument penelitian. Kejelekannya yang paling fatal adalah tidak akan menghasilkan apapun.
3)      Perbandingan Kelompok Statis ( The Static Group Comparison Design)
Pada rancangan ini membandingkan suatu kelompok yang menerima tritmen eksperimental dengan kelompok lainnya yang tak mendapat tritmen.
Pada rancangan ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).Masalah yang akan muncul dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang akan diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih secara acak.
Adapun bagan desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
O1: hasil pengukuran satu grup yang diberi perlakuan, dan O2: hasil pengukuran satu grup yang tidak diberi perlakuan.
Pengaruh perlakuan: O1 – O2.
Ketiga bentuk desain preexperiment itu jika diterapkan untuk penelitian akan banyak variabel luar masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal penelitian menjadi rendah.
(b)   True Experiment
True Experiment Design adalah penelitian experimen dimana kelompok studi dan kelompok kontrol pengambilan sample-nya dilakukan secara randomisasi, serta pada kelompok studi dilakukan intervensi variabel sebab sedang pada kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi.
Disebut sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian, validitas internal (kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true experiments menurut Suryabrata (2011 : 88) adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan.
True experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalam true experiments pasti ada kelompok kontrol dan pengambilan sampel.
Berikut jenis penelitian yang termasuk dalam true experiments:
1.      Rancangan Secara Acak dengan Tes dan Kelompok Kontrol (Posstest-Only Control Design )
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Nilai tes akhir menjadi digunakan untuk mengukur hasil perlakuan. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Bagan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pengaruh adanya perlakuan adalah (O1:O2). Dalam penelitian, pengaruh perlakuan dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perbedaan yang signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
2.      Rancangan Secara Acak dengan Tes Awal dan Tes Akhir  dengan Kelompok Kontrol ( The Pretest - Posttest Control Goup Design)
Dalam rancangan ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Bagan dari desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pengaruh perlakuan adalah: (O2 - O1) - (O4 - O3).
3.      Rancangan Secara Acak Empat Kelompok Solomon ( The Solomon Four Group Design )
Dalam rancangan ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat kelompok ini diberi posttes.
(c)    Factorial Design
Desain merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan terhadap hasil. Semua grup dipilih secara random kemudian diberi pretest. Grup yang akan digunakan untuk penelitian dinyatakan baik jika setiap kelompok memperoleh nilai pretest yang sama.
(d)   Quasy Experiment
Quasiexperiments disebut juga dengan eksperimen pura-pura. Bentuk desain ini merupakan pengembangan dari trueexperimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan jika peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya. Dalam eksperimen ini, jika menggunakanrandom tidak diperhatikan aspek kesetaraan maupun grup kontrol.
Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen
Menurut Sukardi, (2003) pada umumnya, penelitian eksperirnen dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut :
1.      Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.
2.      Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
3.      Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah.
4.      Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan:
a)      Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen.
b)      Menentukan cara mengontrol.
c)      Memilih rancangan penelitian yang tepat.
d)     Menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian.
e)      Membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.
f)       Membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.
g)      Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis.
5.      Melaksanakan eksperimen.
6.      Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.
7.      Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.
8.      Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya.
9.      Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan
Validitas Penelitian
            Suatu eksperimen mempunyai kostribusi yang berarti bagi pengembangan pengetahuan. Kata validitas berarti dapat diterima atau absah. Istilah ini mengandung pengertian bahwa sesuatu yang dinyatakan valid atau absah berarti telah sesuai dengan kebenaran yang diharapkan sehingga dapat diterima dalam suatu kriteria tertentu. Validitas dalam penelitian eksperimen mengandung beberapa kelemahan yang harus dipertimbangkan, antara lain:
(1) internal validity,
(2) eksternal validity,
(3) statistical conclution validity,
(4) construct validity
Dalam setiap penelitian eksperimental yang berkaitan dengan validitas internal mengandung beberapa kelemahan. Menurut Cambell dan Stanley dalam Ross dan Morrison (2003 : 1024) ada beberapa kelemahan dalam validitas internal, antara lain:history, maturation, testing, instrumentation, selection, statistical regretion, experiment mortality, diffusion of treatments. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
(a)    history
Banyak kejadian di masa lampau yang dapat mempengaruhi validitas penelitian eksperimen yang disebabkan oleh adanya interaksi antar individu.
(b)   maturation
Beberapa perubahan dapat terjadi pada dependent variable yang berfungsi dalam kurun waktu dan bukannya kejadian yang spesifik ataupun kondisi tertentu. Terutama berkaitan dnegan jangka waktu pengamatan yang memakan waktu lama.
(c)     testing
Proses pengujian juga dapat menimbulkan distorsi yang akan mempengaruhi hasil eksperimen.
(d)   instrumentation
Instrumen yang digunakan dalam penelitian eksperimen kadang kala sudah tidak sesuai lagi dengan standar yang berlaku.
(e)     selection
Peneliti kadang masih menggunakan unsur subjektifitas dalam memilih orang yang akan dijadikan objek eksperimen yang baik.
(f)     statistical regretion
Peneliti kadangkala dihadapkan pada kesulitan apabila hasil yang diperoleh dalam penelitian menghasilkan skor yang ekstrim.
(g)    experiment mortality
Dalam penelitian eksperimen seringkali terjadi perubahan komposisi kelompok yang diobservasi. Ada anggota kelompok yang harus didrop karena tidak sesuai dengan situasi pengetesan saat tertentu.
Selain dipengaruhi oleh validitas internal, eksperimen juga dipengaruhi oleh validitas eksternal, antara lain:
a)      interaction of treatments and treatments
Kelemahan ini terjadi apabila pengalaman responden lebih dari satu treatment. Seseorang yang dipilih sebagai objek eksperimen mungkin pernah mengalami eksperimen yang sama maka pengamatan kedua terhadap si responden tersebut akan menjadi bias.
b)      interaction of testing and treatment
Dalam eksperimen pretest, responden harus dipekakan agar mendorong eksperimen dengan alternatif yang berbeda.
c)      interaction of selection and treatment
Hal ini menimbulkan pertanyaan dalam membuat generalisasi antara beberapa kategori manusia antar grup. Sebab diantara mereka telah terjadi hubungan original yang telah terbentuk sebelumnya.
d)     interaction of setting and treatment
Antara setting penelitian dengan treatment yang dilakukan akan terjadi interaksi diantara keduanya. Dengan demikian interaksi keduanya akan mendukung jalannya proses penelitian yang sedang dilakukan.
e)      interaction of history and treatment
Kadangkala terjadi hubungan sebab akibat antara kejadian masa lalu dan masa sekarang yang merupakan kejadian tak biasa dan berpotensi tidak dapat diukur dalam penelitian.
Selanjutnya, untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, ada empat strategi umum yang dapat digunakan untuk memperbaiki validitas eksternal, antara lain:
(a) Menggunakan pilihan acak (randomly) untuk memilih orang, setting, atau waktu yang digunakan dari populasi yangada agar generalisasi menjadi lebih baik.
(b) Membuat agar grup individu, manusia ataupun settingnya dibuat heterogen. Langkah ini ditempuh jika pendekatan random tidak dapat digunakan.
(c) Individu, setting, dan waktu dikonsentrasikan agar memperoleh satu grup modal populasi.
(d) Menggunakan terget populasi yang spesifik (individu, seting, waktu) untuk memenuhi target yang ingin dicapai.
Dalam setiap penelitian eksperimen perlu diketahui persoalan-persoalan tentang internal maupun eksternal validitas agar subjektifitas dalam penelitian dapat dihindari.
Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Eksperimen
            Dalam penelitian eksperimen terdapat keunggulan jika dibandingkan dengan penelitian lainnya.
·         Ekperimen didesain untuk dapat mengendalikan secara ketat pada variabel-variabel ekstra yang tidak beruhubungan dengan variabel yang sedang di amati.
·         Penelitian eksperimen memiliki efisiensi yang tinggi. Penelitian eksperimen dapat dilakukan pada populasi yang terbatas, sehingga tidak membutuhkan banyak subyek untuk terlibat dalam proses eksperimen. Suatu eksperimen yang diketahui memiliki pengaruh yang kuat membutuhkan partisipan yang tidak terlalu besar, sehingga akan meringankan kerja eksperimen

 A.    METODE DESKRIPTIF

Definisi Metode Deskriptif
            Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.
Menurut Hidayat syah penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang sekuas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa tertentu.  Sedangkan menurut Punaji Setyosari ia menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk  menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata.  Hal senada juga dikemukakan oleh Best bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Sukmadinata (2006:72) menjelaskan  Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
Penelitian deskriptif menurut Etna Widodo dan Mukhtar (2000) kebanyakan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya suatu gejala, variabel, atau keadaan. Namun demikian, tidak berarti semua penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam penelitian deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji melainkan bagaimana berusaha menemukan sesuatu yang berarti sebagai alternatif dalam mengatasi masalah penelitian melalui prosedur ilmiah.
Penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah pengumpulan dan penyusunan data, tapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut. Oleh karena itu, penelitian deskriptif mungkin saja mengambil bentuk penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang membandingkan satu fenomena atau gejala dengan fenomena atau gejala lain, atau dalam bentuk studi kuantitatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian, menetapkan standar, dan hubungan kedudukan satu unsur dengan unsur yang lain.
Contoh permasalahan penelitian yang tergolong penelitian deskriptif seperti : “Bagaimanakah gambaran kebiaasaan membaca di kalangan mahasiswa ?”, “ Bagaimanakah gambarn jumlah putus sekolah di tingkat sekolah dasar ?”, “Bagaimanakah gambaran pelaksanaan sistem kredit semester di perguruan tinggi ?”.
            Menurut Nazir (1988: 63) dalam Buku Contoh Metode Penelitian, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
            Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
            Menurut Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau masalah aktual.
           
Ciri-Ciri Metode Deskriptif
Terdapat ciri-ciri yang pokok pada metode deskriptif, antara lain adalah:
1.      Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian dilakukan atau permasalahan yang bersifat aktual
2.      Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang seimbang.
3.      Pekerjaan peneliti bukan saja memberika gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah.

Jenis Penelitian Deskriptif
            Furchan (2004) menjelaskan, beberapa jenis penelitian deskriptif, yaitu;
a.       Studi kasus
Yaitu suatu penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini dimungkinkan ditemukannya hal-hal tak terduga kemudian dapat digunakan untuk membuat hipotesis.
b.      Survei
Studi jenis ini merupakan studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan tentang individu. Berdasarkan ruang lingkupnya (sensus atau survai sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus tentang hal-hal yang tidak nyata, survei sampel tentang hal-hal yang nyata, dan survei sampel tentang hal-hal yang tidak nyata.
c.       Studi perkembangan
Studi ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya bagaimana sifat-sifat anak pada berbagai usia, bagaimana perbedaan mereka dalam tingkatan-tingkatan usia itu, serta bagaimana mereka tumbuh dan berkembang. Hal ini biasanya dilakukan dengan metode longitudinal dan metode cross-sectional.
d.      Studi tindak lanjut
Yakni, studi yang menyelidiki perkembangan subyek setelah diberi perlakukan atau kondisi tertentu atau mengalami kondisi tertentu.
e.       Analisis dokumenter
Studi ini sering juga disebut analisi isi yang juga dapat digunakan untuk menyelidiki variabel sosiologis dan psikologis.
f.       Analisis kecenderungan
Yakni, analisis yang dugunakan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi.
g.      Studi korelasi
Yaitu, jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti.
            Menurut Nazir (1988: 64-65) mengemukakan bahwa ditinjau dari jenis masalah yang diselidiki, teknik dan alat yang digunakan, serta tempat dan waktu, maka penelitian dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
·         Metode survei
            Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. (Nazir, 1988: 65)
            Kerlinger mengemukakan bahwa metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif distribusi, dan hubungan antar variabel. Sosiologi, maupun psikologis.
            Survei pada dasarnya tidak berbeda dengan research (penelitian). Pemakaian kedua istilah ini kerap kali hanya dimaksudkan untuk memberikan penekanan mengenai ruang lingkup. Research memusatkan diri pada salah satu atau beberapa aspek dari objeknya. Sedangkan survei bersifat menyeluruh yang kemudian akan dilanjutkan secara khusus pada aspek tertentu bilamana diperlukan studi yang lebih mendalam (Zulnaidi, 2007: 11)
            Lebih lanjut lagi Zulnaidi (2007: 11-12) mengemukakan beberapa studi yang termasuk dalam metode survei yakni:
·         Survei kelembagaan (institutional survei)
·         Analisis jabatan/ pekerjaan (job analysis)
·         Analisis dokumen (documentary analysis)
·         Analisis isi (content analysis)
·         Survei pendapat umum (public oppinion survey)
·         Survey kemasyarakatan (community survey)
            Nazir (1988: 65) dalam bukunya Metode Penelitian, mengemukan terdapat banyak sekali penelitian yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei, diantaranya adalah survei masalah kemasyarakatan, survei komunikasi dan pendapat umum, survei masalah politik, survei masalah pendidikan, dan lain sebagainya.
·         Metode deskriptif kesinambungan
            Metode deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan sehingga diperoleh pengetahuan yang menyeluruh mengenai masalah, fenomena, dan kekuatan-kekuatan sosial yang diperoleh jika hubungan-hubungan fenomena dikaji dalam suatu periode yang lama.
            Menurut Nazir (1988: 65) mendefinisikan metode deskriptif berkesinambungan atau continuity descriptive research sebagai kerja meneliti secara deskriptif yang dilakukan secara terus menerus atas suatu objek penelitian. Salah satu contoh metode penelitian deskriptif berkesinambungan ini dilakukan oleh Whitney dan Milholland (1930) yang mempelajari status akademis dari mahasiswa tingkat persiapan dari Colorado State College of Education  pada tahun 1930. Penelitian dilakukan dalam waktu empat tahun, dengan menelusuri status akademis sejak tingkat persiapan sampai dengan lulus sarjana muda.
·         Penelitian studi kasus
            Penelitian studi kasus memusatkan diri secara intensive terhadap satu objek tertentu, dengan cara mempelajari sebagai suatu kasus. Berbagai unit sosial seperti seorang murid menunjukkan kelainan, sebuah kelompok keluarga, sebuah kelompok anak nakal, sebuah desa, sebuah lembaga sosial dan lain-lain dapat diselidiki secara intensive, baik secara menyeluruh maupun mengenai aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian khusus. (Zulnaidi, 2007: 13)
            Menurut Bogdan dan Bikien (1982) merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang  subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.
            Menurut Maxfield (1930: 117-122) dalam Nazir (1988: 66) mendefinisikan penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian, dari sifat-sifat khas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
            Penelitian studi kasus menurut Stake (2005) terdapat 3 jenis penelitian studi kasus yang dibagi berdasarkan karakteristik dan fungsinya, yakni:
·         Penelitian studi kasus mendalam
·         Penelitian studi kasus instrumental
·         Penelitian studi kasus jamak
            Tidak berbeda jauh, Creswell (2007) juga membagi penelitian studi kasus menjadi 3 jenis. Dalam penelitian studi kasus tentunya terdapat langkah-langkahnya. Menurut Yin (1994), terdapat langkah-langkah dalam melakukan penelitian studi kasus yakni secara singkat seperti di bawah ini:
a)      Merancang studi kasus
            Dalam merancang studi kasus, terdapat dua langkah yakni melakukan pembekalan pengetahuan dan keterampilan serta melakukan pengembangan dan pengkajian ulang penelitian.
b)      Melakukan studi kasus
            Dalam langkah kedua ini terdapat tiga langkah yakni 1) penentuan teknik pengumpulan data; 2) penyebaran alat pengumpulan data; dan 3) penganalisisan bukti studi kasus yang terkumpul.
c)      Melakukan pengembangan, implikasi, dan saran
            Tahap ini merupakan tahap akhir dari setiap penelitian sebagai upaya melaporkan hasil penelitiannya kepada semua orang.
Nazir (1988: 68) mengemukakan bahwa langkah-langkah pokok dalam meneliti kasus adalah sebagai berikut: 1) menemukan rumusan tujuan penelitian; 2) tentukan unit-unit studi, sifat-sifat serta proses-proses apa yang akan menuntun penelitian; 3) tentukan rancangan serta pendekatan dalam memilih unit-unit dan teknik pengumpulan data mana yang digunakan. Sumber-sumber data apa yang tersedia; 4) kumpulkan data; 5) organisasikan informasi serta data yang terkumpul dan analisa untuk membuat interpretasi serta generalisasi; 6) susun laporan dengan memberikan kesimpulan serta implikasi dari hasil penelitian.
·         Penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas
            Menurut Nazir (1988: 71) dalam buku Metode Penelitian mengemukakan bahwa penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas merupakan penelitian yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.
            Lebih lanjut Nazir mengemukakan bahwa studi yang mendalam dilakukan terhadap kelakuan-kelakuan pekerja, buruh, petani, guru, dan lain sebagainya terhadap gerak-gerik mereka dalam melakukan tugas, penggunaan waktu secara efisien dan efektif.
·         Penelitian tindakan (action research)
            Penelitian tindakan merupakan penelitian yang berfokus pada penerapan tindakan yang dengan tujuan meningkatkan mutu atau memecahkan permasalahan pada suatu kelompok subjek yang diteliti dan diamati tingkat keberhasilannya atau dampak dari tindakannya. Menurut Grundy dan Kemmis (1990: 322) mengemukakan bahwa penelitian tindakan memiliki dua tujuan pokok, yaitu meningkatkan (improve) dan melibatkan (involve). Maksudnya, penelitian tindakan bertujuan meningkatkan bidang praktik, meningkatkan pemahaman praktik yang dilakukan oleh praktisi, dan meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan. Penelitian tindakan juga berusaha melibatkan pihak-pihak terkait, jika penelitian tindakan dilaksanakan di sekolah, maka pihak terkait antara lain adalah kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, dan orang tua siswa.
            Penelitian ini sering digunakan oleh para peneliti di bidang pendidikan yang sering disebut sebagai penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).
            Menurut Kemmis dan McTaggart (1982) mengungkapkan bahwa dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat model yang digunakan yakni siklus yang akan selalu berputar.

·         Penelitian Perpustakaan
            Penelitian perpustakaan merupakan kegiatan mengamati berbagai literatur yagn berhubungan dengan pokok permasalahan yang diangkat baik itu berupa buku, makalah ataupun tulisan yang sifatnya membantu sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam proses penelitian. Menurut Kartini Kartono (1986: 28) dalam buku Pengantar Metodologi Research  Sosial mengemukakan bahwa tujuan penelitian perpustakaan adalah untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang ada di perpustakaan, hasilnya dijadikan fungsi dasar dan alat utama bagi praktek penelitian di lapangan.
·         Penelitian Komparatif
            Menurut Sugiono (2005: 11) penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan.
            Dalam buku metode penelitian karangan M. Nazir (1988: 69-70) terdapat keunggulan dan kelemahan dari metode penelitian komparatif. Keunggulannya adalah sebagai berikut:
·         Metode komparatif dapat mensubtitusikan metode eksperimental karena beberapa alasan: 1) jika sukar diadakan kontrol terhadap salah satu faktor yang ingin diketahui atau diselidiki hubungan sebab akibatnya; 2) apabila teknik untuk mengadakan variabel kontrol dapat menghalangi penampilan fenomena secara normal ataupun tidak memungkinkan adanya interaksi secara normal; 3) penggunaan laboratorium untuk penelitian untuk dimungkinkan, baik karena kendala teknik, keuangan, maupun etika dan moral.
·         Dengan adanya teknik yang lebih mutakhir serta alat statistik yang lebih maju, membuat penelitian komparatif dapat mengadakan estimasi terhadap parameter-parameter hubungan kausal secara lebih efektif.
·         Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut:
·         Penelitian komparatif yang bersifat ex post facto, mengakibatkan penelitian tersebut tidak mempunyai kontrol terhadap variabel bebas
·         Sukar memperoleh kepastian, apakah faktor-faktor penyebab suatu hubungan kausal yang diselidiki benar-benar relevan.
·         Interaksi antarfaktor-faktor tunggal sebagai penyebab atau akibat terjadinya suatu fenomena menjadi sukar untuk diketahui.
·         Ada kalanya dua atau lebih faktor memperlihatkan adanya hubungan, tetapi belum tentu bahwa hubungan yang diperlihatkan adalah hubungan sebab akibat.
·         Mengkategorisasikan subjek dalam dikhotomi untuk tujuan perbandingan dapat menjurus pada pengambilan keputusan dan kesimpulan yang salah, akibatnya kategori dikhotomi yang dibuat mempunyai sifat kabur, bervariasi, samar, menghendaki value judgement dan tidak kokoh.
            Lebih lanjut lagi Nazir (1988: 70) menjabarkan beberpa langkah pokok dalam studi komparatif, yaitu: 1) rumuskan dan definisikan masalah; 2) jajaki dan teliti literatur yang ada; 3) rumuskan kerangka teoritis dan hipotesa-hipotesa serta asumsi-asumsi yang dipakai; 4) buatlah rancangan penelitian dengan cara memilih subjek yang digunakn dengan teknik pengumpulan data yang diinginkan, dan mengkategorikan sifat-sifat atau atribut-atribut atau hal-hal lain yang sesuai dengan masalah yang ingin dipecahkan, untuk mempermudah analisa sebab akibat; 5) uji hipotesa, membuat interpretasi terhadap hubungan dengan teknik statistik yang tepat; 6) membuat generalisasi, kesimpulan, serta implikasi kebijakan; dan 7) menyusun laporan dengan cara penulisan ilmiah.

Kriteria Pokok Metode Deskriptif
            Nazir (1988: 72-73) dalam buku Metode Penelitian, terdapat dua kriteria pokok dalam metode penelitian deskriptif, yakni kriteria umum dan kriteria khusus.

Kriteria umum Penelitan Metode Deskriptif
Kriteria umum dari penelitan dengan metode deskriptif adalah:
·         Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas
·         Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum
·         Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini
·         Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas
·         Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan
·         Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisa data serta studi kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan, jika kerangka teoritis untuk itu telah dikembangkan

Kriteria khusus Penelitan Metode Deskriptif
Kriteria khusus dari penelitian dengan metode deskriptif adalah:
·         Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value)
·         Fakta-fakta ataupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status
·         Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya.

Langkah-Langkah Umum Dalam Metode Deskriptif
            Secara singkat dapat diketahui terdapat beberapa langkah-langkah dalama metode penelitian deskriptif, yakni 1) Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif; 2) Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas; 3) Menentukan tujuan dan manfaat penelitian; 4) melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan; 5) menentukan kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian; 6) mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk menentukan populasi, sampel, teknik sampling, instrument pengumpulan data, dan menganalisis data; 7) mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistik yang relevan; dan 8) membuat laporan penelitian.
            Untuk lebih rincinya, Nazir (1988: 73-74) mengungkapakan terdapat berbagai langkah yang sering diikuti adalah sebagai berikut:
1.   Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada
2.   Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah
3.   Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian deskriptif tersebut akan dilaksanakan. Termasuk di dalamnya daerah geografis di mana penelitian akan dilakukan, batasan-batasan kronologis, ukuran tentang dalam dangkal serta sebarapa utuh daerah penelitian tersebut akan dijangkau
4.   Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu dirumuskan kerangka teoriatau kerangka konseptual yang kemudian diturunkan dalam bentuk hipotesa-hipotesa untuk diverifikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik, maka kerangka analisa dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk model matematika
5.   Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan
6.   Merumuskan hipotesa-hipotesa yang ingin diuji, baik secara eksplisit maupun secara implisit
7.   Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian
8.   Membuat tabulasi serta analisa statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran sepadan
9.   Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan
10.  Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesa-hipotesa yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan-kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian
11.  Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah


Penelitian memiliki karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut :
·         Memusatkan penyelidikan pada pemecahan masalah aktual atau masalah yang dihadapi pada masa sekarang.
·         Data yang telah dikumpulkan disusun dan dijelaskan, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analitik.
·         Menjelaskan setiap langkah penelitian secara rinci.
·         Menjelaskan prosedur pengumpulan datanya.
·         Memberi alasan yang kuat mengapa peneliti menggunakan teknik tertentu dan bukan teknik lainnya.
Penelitian deskriptif memiliki keunikan sebagai berikut :
·         Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yang sangat sedikit, akibatnya bias dalam membuat kesimpulan.
·         Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang memadai.
·         Penelitian deskriptif juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, agar di lapangan peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data yang diperlukan




.
B.     METODE HISTORIS

Defenisi Metode Historis
            Penelitian historis adalah penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan.
            Sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.
            Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
            Penelitian historis juga merupakan cara menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
            Berdasarkan pendangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:
1. Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu);
2. Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
3. Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
4. Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).
   
Tujuan Penelitian Historis
            Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau.
            Penelitian historis juga untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.
            Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) menyatakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk :
1. Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau;
2. Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang;
3. Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
4. Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak;
5. Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.
Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan masa mendatang.

Ciri-ciri Penelitian Historis

Beberapa ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah sebagai berikut :
a.  Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau.
b.  Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer dibandingkan dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik, baik secara internal maupun eksternal.
c.  Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti informasi yang lebih tua yang tidak tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
d. Sumber data harus dinyatakan secara defenitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan[4].

Langkah-Langkah Dalam Penelitian Historis
Menurut M. Subana dkk. (2005: 88), kerangka penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pendefinisian Masalah
2. Perumusan masalah
3. Pengumpulan data
4. Analisis data
5. Kesimpulan
Contoh : 
- Judul :
Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.
- Perumusan masalah :
Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ?
- Pengumpulan data :
Analisis dokumen, wawancara dari sumber primer dan sumber sekunder
- Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas statistic deskriptif.
- Kesimpulan :
Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita.

Sumber Data Penelitian Historis

            Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tertulis dan sebagainya.
1. Remain dan Dokumen
Jika sumber sejarah ditinjau dari segi sengaja atau tidak sengajanya bahan atau sumber data tersebut ditinggalkan, maka sumber sejarah dapat dibagi dua, yaitu : remain dan dokumen.
a. Remain atau Relics, yaitu bahan-bahan fisis atau tulisan yang mempunyai nilai-nilai sejarah yang terdapat tanpa suatu kesadaran menghasilkannya untuk suatu keperluan pembuktian sejarah. Peninggalan materi termasuk: alat perkakas, perhiasan-perhiasan kuno, bangunan seperti piramida, candi, senjata-senjata, sendok benda budaya dan sebagainya.
b. Dokumen, yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia dimasa yang lalu. Dokumen tersebut, secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transmisi keterangan. Contoh dari dokumen antara lain buku harian, batu tertulis, daun-daun lontar dan sebagainya.
2. Sumber Primer dan Sekunder
a. Sumber primer adalah tempat atau gudang penyimpan yang orisinil dari data sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Contoh dari data atau sumber primer adalah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, keputusan-keputusan rapat, foto-foto dan sebagainya.
b. Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, atau catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil. Misalnya keputusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan (minutes) dari rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di surat kabar.

Keuntungan dan Kerugian Metode Penelitian Historis
Keuntungan metode penelitian historis
a. Penelitian ini mengijinkan penyelidikan tentang topik-topik dan pernyataan- pernyataan yang tidak dapat di kaji oleh penelitian lain.
b. Penelitian historis merupakan satu-satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti-bukti dari masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pada saat ini.
c. Sebagai tambahan,penelitian historis menggunakan bermacam bukti yang berbeda dibandingkan metode penelitian lainnya ( dengan pengecualian penelitian studi kasus dan etnografi ).
d. Penelitian historis menyediakan suatu alternatife dan mungkin sumber informasi yanglebih kaya tentang topik-topik nyata yang juga dapat di kaji melalui metodologi lainnya
Kerugian metode penelitian historis
a. Tidak adanya kontrol yang mengendalikangangguan terhadap validitas internal.
b. Pembahasan di lakukan oleh sampel dokumen dan proses instrumentasi ( analisis dokumen ) barang kali begitu ketat.
c. Peneliti peneliti tidak dapat menjamin keterwakilan sampel (representativeness of the sample),ataupun apakah mereka dapat memeriksa realibittas dan validitas terhadap penafsiran yang dibuat dari data yang tersedia. 

C.    PENELITIAN KORELASIONAL

Pengertian Penelitian Korelasional

            Gay dalam Sukardi (2008:166) menyatakan penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex–post facto karena pada umumnya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari adanya suatu hubungan dan tingkat hubungan variabel yang dinyatakan dalam koefisien korelasi. 
            Penelitian korelasi merupakan suatu penelitian yang melibatkan kegiatan pengumpulan data untuk menentukan, adakah hubungan dan tingkat hubungan antara 2 variabel atau lebih. Penelitian korelasi dilakukan, saat peneliti ingin mengetahui tentang ada atau tidaknya dan kuat lemahnya suatu hubungan variabel yang berkaitan dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Terdapatnya suatu hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.

            Penelitian korelasi mempunyai 3 karakteristik penting bagi para peneliti yang akan menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, diantaranya yaitu:
1.  penelitian korelasi tepat bila variabel kompleks dan peneliti tidak memungkinkan untuk melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti pada penelitian eksperimen,
2.   memungkinkan variabel dilakukan pengukuran secara intensif dalam setting atau lingkungan nyata, dan
3.   memungkinkan peneliti memperoleh derajat asosiasi yang signifikan.
(Sukardi,2008:166)

Tujuan Penelitian Korelasional

            Penelitian korelasional memiliki tujuan untuk menentukan ada apa tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih, kearah manakah hubungan tersebut positif atau negatif, dan seberapa jauh hubungan yang ada antara dua variabel atau lebih yang dapat diukur. Misalkan saja sperti hubungan antara kecerdasan dengan kreativitas, tinggi badan dengan umur, semangat dengan pencapaian, nilai bahasa Inggris dengan nilai statistika, dan sebagainya. Tujuan dari penyelidikan korelasional adalah untuk mengungkapkan atau menetapkan suatu hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi atau prakiraan.
            Pada penelitian korelasional, para peneliti umumnya hanya mendasarkan pada penampilan variabel secara natural atau sebagaimana adanya, tanpa memanipulasi atau mengatur kondisi variabel tersebut. Oleh karena itu, peneliti sebaiknya mengetahui cukup banyak alasan yang kuat untuk mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan dalam suatu penelitian.
            Penelitian korelasi lebih tepat, bila dalam penelitian peneliti memfokuskan usahanya dalam memperoleh informasi yang bisa menerangkan adanya fenomena atau kejadian yang kompleks melalui hubungan antar variabel. Sehingga, peneliti juga mampu melakukan eksplorasi studi menggunakan teknik korelasi parsial, yang mana peneliti mengeliminasi salah satu pengaruh variabel supaya bisa dilihat hubungan dua variabel yang dianggap penting saja.

            Dalam bidang pendidikan, studi korelasi umumnya digunakan guna melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan memiliki peranan yang signifikan dalam mencapai proses pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya mengenai pencapaian hasil belajar dengan motivasi internal, intensitas kehadiran mengikuti kuliah, belajar strategi, dan lain sebagainya.
            Para peneliti akan tepat menggunakan penelitian korelasi saat peneliti memiliki beberapa alasan penting, di antaranya yaitu sebagai berikut.
•    Adanya kebutuhan akan informasi bahwa ada hubungan antarvariabel yang mana koefisien korelasi dapat mencapainya.
•    Penelitian korelasi harus memperhitungkan manfaatnya jika variabel yang muncul tersebut kompleks, dan peneliti tidak mungkin bisa melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel itu.
•    Apabila dalam penelitian memungkinkan untuk melakukan pengukuran beberapa variabel dan hubungan yang ada dalam setting yang realistis. Dan alasan penting lain yaitu bahwa penelitian korelasi tepat dilakukan, bila salah satu tujuan penelitian adalah untuk mencapai formula prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan terdapatnya asumsi hubungan antar variabel.
            Metode korelasional memungkinkan untuk para peneliti menganalisis hubungan antara sejumlah besar variabel  dalam suatu studi tunggal. Koefisien korelasi dapat memberikan ukuran tingkat dan arah hubungan. Penggunaan metode korelasional dapat ditujukan (1) untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel dan (2) untuk memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel lain.

Prosedur Dasar Penelitian Korelasional

            Prosedur dasar penelitian korelasional dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut ini. 
1.  Pemilihan Masalah

            Studi korelasional bisa dirancang untuk menentukan variabel manakah dari suatu daftar variabel yang mungkin berhubungan, maupun untuk menguji hipotesis mengenai suatu hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian harus dilakukan seleksi berdasarkan penalaran induktif dan penalaran deduktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan diteliti dan diselidiki haruslah didukung oleh teori atau diturunkan berdasarkan dari pengalaman.
2. Sampel dan Pemilihan Instrumen

            Sampel untuk studi korelasional dapat dipilih dengan memakai metode sampling yang bisa diterima, dan 30 subjek dirasa sebagai ukuran sampel minimal yang bisa diterima. Dalam suatu penilitian, merupakan hal penting untuk memilih dan mengembangkan pengukuran yang reliabel dan valid terhadap suatu variabel yang hendak diteliti. Bila variabel tidak memadai dikumpulkan, maka koefisien korelasi yang diperoleh akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang kurang bahkan tidak akurat. Kemudian bila pengukuran yang dilakukan tidak secara nyata benar-benar mengukur variabel yang diinginkan, maka koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan. Sebagai contoh, peniliti hendak menentukan hubungan antara hasil belajar matematika dengan hasil belajar kimia. Bila penrliti memilih dan memakai tes keterampilan berhitung yang valid dan reliabel, koefisien korelasi yang diperoleh tidak akan menjadi perkiraan yang akurat dari hubungan yang diinginkan. Keterampilan berhitung siswa hanya merupakan satu jenis ketrampilan hasil belajar matematika; koefisien korelasi yang diperoleh akan mengindikasikan hubungan antara hasil belajar kimia dan satu jenis dari hasil belajar matematika yaitu keterampilan berhitung. Oleh sebab itu, peneliti haruslah berhati-hati dalam memilih dan memakai instrumen yang valid dan reliabel bagi tujuan penelitian.
3. Desain dan Prosedur

            Desain korelasional dasar sangatlah sederhana; 2 atau lebih skor yang didapatkan dari setiap jumlah sampel yang dipilih, 1 skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang diperoleh mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Penelitian yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistik yang kompleks, namun desain dasar tetaplah sama dalam semua penelitian korelasional
4. Analisis Data dan Interpretasi

            Jika 2 variabel dikorelasikan maka hasilnya yaitu koefisien korelasi. Suatu koefisien korelasi dalam bentuk angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau 0,00 dan – 1,00, yang mengindikasikan tingkat atau derajat hubungan antara 2 variabel. Bila koefisien mendekati + 1,00; maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang positif. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai skor yang tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang tinggi pula pada variabel yang lain. Dapat juga diartikan suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan atau diasosiasikan dengan peningkatan juga pada variabel lain. 
            Apabila koefisien korelasi mendekati 0,00 kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan. Hal ini dapat diartikan bahwa skor seseorang pada suatu variabel tertentu tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel yang lain. Bila koefisien tersebut mendekati -1,00, maka diartikan kedua variabel memiliki hubungan yang berkebalikan atau negatif. Hal ini diartikan bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang rendah pada variabel yang lain, atau peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan begitu juga sebaliknya.
            Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana koefisien tersebut akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar koefisien tersebut diperlukan supaya bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang guna menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan pada suatu istilah signifikansi statistiknya. Dalam penelitian prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang tepat dan akurat. Signifikansi statistik mengacu kepada, apakah koefisiensi yang didapatkan berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dihasilkan pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan pada ukuran sampel yang diberikan, peneliti tidak bisa menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi peneliti bisa mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan. 
            Untuk menentukan signifikansi statistik, peneliti hanya mengonsultasikanya pada sebuah tabel yang mampu mengatakan pada peneliti seberapa besar koefisiensi diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk suatu level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan jika sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek dari pada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, Peneliti akan membutuhkan sekurangnya koefisien 0,6319 supaya bisa menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; pada pihak lain, dengan 102 kasus peneliti hanya memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep seperti ini berarti bahwa peneliti memerhatikan kasus tersebut, saat peneliti akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.
            Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, peneliti harus selalu ingat bahwa peneliti hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat akan tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada 1 cara untuk menetapkan hubungan sebab-akibat, yaitu penelitian eksperimen. Jika seseorang menemukan hubungan yang dekat antara 2 variabel, hal tersebut sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa 1 variabel menyebabkan variabel yang lain. Pada kenyataannya, hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.

Macam-Macam Studi Korelasional
1. Studi Hubungan
            Studi hubungan biasanya dilakukan dalam usaha mendapatkan pemahaman faktor apa saja atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, misalnya seperti hasil belajar akademik, konsep diri dan motivasi. Variabel yang diketahui tidak mempunyai hubungan dapat dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan yang selanjutnya. Identifikasi variabel yang berhubungan dapat membantu beberapa tujuan utama. Pertama, studi hubungan dapat memberikan arah untuk melanjutkan studi kausal-komparatif ataupun eksperimental. 
            Dalam studi kausal - komparatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin saja berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya agar tidak bercampur dengan pengaruh variabel bebas. Studi hubungan dapat membantu peneliti mengidentifkasi variabel-variabel seperti itu, yang berguna untuk mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel bebas yang sesungguhnya.
2. Studi Prediksi
            Bila variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat dipakai untuk memprediksikan skor pada variabel yang lainnya. Sebagai contoh, Peringkat SMA, dapat dipakai untuk memprediksikan peringkat di perguruan tinggi. Variabel yang mendasar pembuatan diacu sebagai kriteria. 
            Studi prediksi sering dilakukan guna memudahkan dalam pengambilan suatu kesimpulan mengenai individu atau membantu dalam pemilihan individu. Studi prediksi juga dijalankan guna menguji hipotesis teoretis tentang variabel yang dipercaya menjadi pediktor pad suatu kriteria, dan guna menentukan validitas prediktif dari instrumen pengukuran individual. Sebagai contoh, hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan level keberhasilan yang kemungkinan diperoleh individu pada mata pelajaran tertentu, mislanya aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan individu mana yang kemungkinan sukses di perguruan tinggi atau untuk memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin yang paling sukses.
            Bila beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari beberapa variabel tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan hanya pada salah satu darinya. Sebagai contoh, prediksi kesuksesan di perguruan tinggi umumnya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti rangking dalam peringkat kelas, peringkat SMA, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Meskipun terdapat beberapa perbedaan utama antara studi prediksi dengan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel kompleks.
3. Korelasi dan Kausalitas
            Penelitian korelasional merupakan suatu studi bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antar variabel melalui penggunaan statistik korelasional (r). Kuadrat dari koefisien korelasi akan menghasilkan varians yang dijelaskan (r-square). Suatu hubungan korelasional antara 2 variabel kadang kala merupakan hasil dari sumber lain, jadi peneliti haruslah hati-hati dan korelasi tidaklah harus menjelaskan sebab dan akibat. Bila suatu hubungan yang kuat ditemukan antara 2 variabel, kausalitas dapat diuji melalui pemakaian pendekatan eksperimental.
            Berbagai rancangan penelitian korelasional umumnya didasarkan pada asumsi bahwa realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi dan dipengaruhi oleh sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linier, seperti dalam penelitian eksperimental. Dengan demikian, dinamika suatu sistem-bagaimana setiap bagian yang lain-lebih penting kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional seperti analisis jalur (path analysis) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel designs) membolehkan pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah kuantitatif (ibid).  
Rancangan Penelitian Korelasional
            Penelitian korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan dianataranya, yaitu (1) korelasi bivariat, (2) regresi dan prediksi (3) regresi jamak, (4) analisis faktor, dan (5) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan kausal. (Shaughnessy & Zechmeister,2000:2-5). Rancangan penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut:


a. Korelasi Bivariat

            Rancangan penelitian korelasi bivariat merupakan suatu rancangan penelitian yang memiliki tujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara 2 variabel tersebut diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
            tersebut, umumnya diungkapkan dalam angka antara -1 dan +1, tingkatan hubungan itu dinamakan koefisien korelasi. Korelai zero (0) mengindikasikan tidak adaanya hubungan antarvariabel. Koefisiensi korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan dengan semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain dan begitu pula sebaliknya. Hubungan antara prestasi dan motivasi belajar merupakan contoh korelasi positif. Sedangkan, hubungan antara sehat dan sres merupakan contoh korelasi negatif.
b.
 Regresi dan Prediksi

            Bila terdapat korelasi antara 2 variabel, dan peneliti mengetahui skor pada salah satu variabel, peneliti dapat meprediksikan skor pada variabel kedua. Regresi merujuk pada seberapa baik peneliti bisa membuat prediksi semacam ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik yang bernilai -1 maupun +1, prediksi peneliti dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara kesehatan dan stres. Jika peneliti mengetahui skor stres seseorang, maka peneliti mampu memprediksikan skor kesehatan seseorang tersebut dimasa yang akan datang.
c.
 Regresi Jamak (Multiple Regression)

Regresi jamak adalah perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan menambahkan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini dapat memberikan lebih banyak kekuatan kepada peneliti untuk membuat prediksi yang lebih akurat. Apa yang peneliti prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variabel). Apa yang peneliti gunakan untuk membuat prediksi, sedangkan variabel-variabel yang telah diketahui, disebut variabel prediktor (predictor variables).

            Jika peneliti tidak hanya mengetahui skor stres, akan tetapi juga mengetahui skor perilaku kesehatan atau seberapa baik seseorang memperhatikan dirinya sendiri, dan bagaimana kesehatan seseorang selama ini secara umum sehat atau sakit, maka peneliti akan lebih dapat memprediksikan secara lebih tepat status kesehatan seseorang tersebut. Dengan demikian, terdapat tiga variabel prediktor stres, perilaku kesehatan, dan status kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di masa akan datang.
d. Analisis faktor

            Prosedur statistik yang satu ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antar korelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
            Sebagai contoh, peneliti dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, mental, emosi, dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kepada peneliti suatu skor. Korelasi yang tinggi baik positif itu maupun negatif antara beberapa skor ini akan mengindikasikan faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan berbeda yang dapat diberikan, yang kemungkinan dapat mengukur faktor kesehatan emosional. Dalam kasus ini akan terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan tentang marah, depresi, cemas, dan seterusnya. Atau di lain pihak, bila masing-masing pertanyaan merupakan faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang kecil antara pertanyaan yang berhubungan dengan marah, depresi, cemas, dan seterusnya.
e. Rancangan Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan KausalTerdapat 2 rancangan yang bisa digunakan guna membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut yaitu rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).

           
Analisis jalur digunakan untuk menentukan yang mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sebagai contoh, peneliti mengetahui adanya suatu hubungan antara kesehatan dan stres. Analsis jalur digunakan untuk memperlihatkan bahwa terdapat jalur kecil melalui psikologi, jalur utama yang berhubungan dengan kesehatan dan stres melalui perilaku sehat. Artinya kita mengetahui bahwa stres memengaruhi faktor-faktor psikologi seperti coronary dan fungsi-fungsi kekebalan. Kita juga mengetahui bahwa kita stres, kita menghentikan kehati-hatian terhadap diri kita, kita kurang tidur, makan kurang baik, gagal memperoleh latihan-latihan yang layak, dan seterusnya. Penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara stres, perilaku sehat, dan kesehatan daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan. Penelitian ini menggunakan statistik korelasi untuk menggambarkan kesimpulan ini.



f. Analisis Sistem (System Analysis)

            Analisis sistem melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang kompleks atau rumit guna menentukan proses dinamik, mislanya seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik, serta aliran dan unsur hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk menggambarkan atau membuat diagram perbedaan antara SMP yang berhasil dan SMP yang gagal. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru terhadap usaha pengajaran, performasi siswa, dan performasi siswa. Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu. 

Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
Kesalahan-kesalahan yang sering kali dilakukan oleh peneliti dalam penelitian korelasional yaitusebagai berikut.
•    Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
•    Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
•    Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
•    Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
•    Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
•    Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
•    Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
•    Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur




Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional

            Penelitian korelasional mempunyai kelebihan antara lain yaitu: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan); dan penelitian korelasional juga mampu memberikan informasi  tentang derajat kekuatan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Selanjutnya, penelitian ini bermanfaat untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, sosial, ekonomi. Penelitian korelasional ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel yang diselidiki secara intensif dan penelitian ini bisa melakukan analisis prediksi tanpa membutuhkan sampel yang besar.
            Sedangkan, untuk kelemahan penelitian korelasional diantaranya: hasilnya hanya mengidentifikasi sesuatu sejalan dengan sesuatu, tidak harus menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; bila dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional ini kurang tertib dan ketat, karena kurang melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebasnya; pola saling berhubungan itu sering tidak menentu dan kabur atau kurang jelas; sering merangsang penggunanya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukan berbagai data tanpa melakukan pemilihan dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
D.    Metode Penelitian Kausal Komparatif

Pengertian Metode Penelitian Kausal Komparatif
            Studi kausal-komperatif adalah suatau penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan skema hubungan dan pengaruh yang lebih dalam dari dua tau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan penyebab atau alasan adanya perbedaan prilaku atau status kelompok indifidual. Studi kausal-komperatif ini merupakan tindak lanjut dari studi korelasional. Jika studi korelasional menggambarkan derajat hubungan antara dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti, maka studi kausal-komperatif menggambarkan sedemikian rupa hubungan sebab akibat ( sumanto, 1995:107)
Penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu variabel (objek penelitian), antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda dan menemukan hubungan sebab-akibatnya (Marzuki, 1999:122). Sementara itu, menurut Kerlinger (dikutip Emzir, 2010:119) penelitian kausal komparatif (causal comparative research) yang disebut juga penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis di mana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena keberadaan dari variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi.
Kemudian, Gay (dikutip Emzir, 2010:119) mengemukakan bahwa studi kausal komparatif atau ex post facto adalah penelitian yang berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu. Dengan kata lain, penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini pendekatan dasarnya adalah memulai dengan adanya perbedaan dua kelompok dan kemudian mencari faktor yang mungkin menjadi penyebab atau akibat dari perbedaan tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas, sebagian ahli  menyebutkan ex post facto(bahasa latin ‘setelah fakta’) karena peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, melainkan langsung melihat hasilnya. Dari hasil yang diperoleh tersebut peneliti mencoba mencari sebab-sebab terjadinya peristiwa itu (Subana dan Sudrajat, 2009:42).
Dalam bidang pendidikan penelitian kausal komparatif ini tepat digunakan apabila penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dan pengaruh antara dua variable. Nilai penelitian kausal komparatif terletak pada upaya menggambarkan hubungan sebab akibat dan pengaruh tertentu berdasarkan kerangka teori pendidikan tertentu. Contohnya penelitian pengaruh tingkat sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa dapat menggunakan metode ini.


 Tujuan dari Metode Penelitian Kausal Komparatif
Tujuan penelitian kausal-komperatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara : berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali faktor yang mungkin terjadi penyebab melalui data tertentu. Hal ini berlainan degan metode eksperimental yang mengumpulkan datanya pada waktu kini dalam kondisi yang dikontrol.

Ciri-ciri Metode Penelitian kKusal Komparatif
Penelitian kausal komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti mengambil satu atau lebih akibat (sebagai “dependent variable”) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya.

Langkah langkah Metode Penelitian Kausal Komparatif
Menurur Emzir (2010:125) penelitian kausal komparatif dilakukan dalam lima tahap yakni, (1) merumuskan masalah, (2) menentukan kelompok yang memiliki karakteristik yang ingin diteliti, (3) pemilihan kelompok pembanding, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.
Sementara itu, terdapat pula langkah-langkah pokok dalam studi kausal komparatif sebagai berikut.
(1)   Definisikan masalah.
(2)   Lakukan penelaahan keperpustakaan.
(3)   Rumuskan hipotesis-hipotesis.
(4)   Rumuskan asumsi-asumsi yang mendasari hipotesis-hipotesis itu serta prosedur-prosedur yang akan digunakan.
(5)   Rancang cara pendekatannya:
a.       Pilihlah subjek-subjek yang akan digunakan serta sumber-sumber yang relevan;
b.      Pilihlah atau susunlah teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data;
c.       Tentukan kategori-kategori untuk mengklasifikasi data yang jelas, sesuai dengan tujuan studi, dan dapat menunjukkan kesamaan atau saling berhubungan.
(6)   Validasikan teknik untuk mengumpulkan data itu, dan interpretasikan hasilnya dalam cara yang jelas dan cermat.
(7)   Kumpulkan dan analisis data.
(8)   Susun laporannya.

Contoh-contoh Metode Penelitian Kausal Komparatif
(1)    Penelitian mengenai faktor-faktor yang menjadi ciri-ciri pribadi yang gampang dan tidak gampang mendapat kecelakaan dengan menggunakan data yang berwujud catatan –catatan yang ada pada perusahaan asuransi.
(2)   Mencari pola tingkah laku dan prestasi belajar yang berkaitan dengan perbedaan umur pada waktu masuk sekolah, dengan cara menggunakan data deskriptif mengenai tingkah laku dan skor test prestasi belajar yang terkumpul sampai anak-anak yang bersangkutan kelas VI SD.
(3)   Penelitian untuk menentukan ciri-ciri guru yang efektif dengan mempergunakan data yang berupa catatan mengenai sejarah pekerjaan selengkap mungkin.
(4)   Misalnya seorang dosen mata kuliah berbicara mewajibkan mahasiswa tingkat I jurusan bahasa Indonesia dihadapan teman-temannya. Diketahui ternyata ada lancar dan ada yang tidak, khususnya dalam menggunakan bahasa Indonesia, padahal mereka padahal mahasiswa jurusan bahasa Indonesia. Dapat digunakan judul “Pengaruh Bahasa Ibu, Lingkungan di Luar Rumah, dan Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA terhadap Kemahiran Berpidato Mahasiswa Tingkat I Jurusan Bahasa Indonesia”.
Identifikasi masalah:
1.   Penelitian beranggapan bahwa ada hubungan kausal antara ketiga faktor pada judul diatas terhadap kemahiran berpidato. Pelajaran bahasa Indonesia di SMA berpengaruh terhadap kemahiran.
 2.    Variabel bebas       :
1)      Bahasa ibu
2)      Lingkungan di luar rumah
3)      Pelajaran bahasa indonesia di SMA
3     .Variabel terikat     : Kemahiran berpidato
4.    Rumusan Masalah: “Apakah faktor-faktor bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran bahasa indonesia di SMA berpengaruh terhadap kemahiran berpidato”.
5.    Hipotesis : “faktor-faktor bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran bahasa indonesia di SMA berpengaruh secara signifikan terhadap kemahiran berpidato mahasiswa jurusan bahasa indonesia.

 Keunggulan-keunggulan Metode Penelitian Kausal Komparatif
1.      Metode kausal-komperatif adalah baik untuk keadaan kalau metode  yang lebih kuat, yaitu eksperimental, tak dapat digunakan:
a.       Apabila tidak selalu mengkin untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat secara langsung.
b.      Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.
c.       Apabila kontrol di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian dalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan/dipertanyakan.
2.      Studi kausal-komperatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa yang sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dan sejanis dengan itu.
3.      Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan ddengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausal-komperatif itu lebih dapat dipertanggung jawabkan.


Kelemahan-kelemahan Metode Penelitian Kausal Komparatif
1.      Kelemahan utama setiap rancangan ex post facto adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. Dalam batas-batas pemilihan yang dapat dilakukan, penelitian harus mengambil fakta-fakta yang dijumpainya tanpa kesempatan untuk mengatur kondisi-kondisinya atau memanipulasikan variabel-variabel yang mempengaruhi fakta-fakta yang dijumpainya itu. Untuk dapat mencapai kesimpulan yang sehat, peneliti harus mempertimbangkan segala alasan yang mungkin ada atau hipotesis-hipotesis saingan yang mungkin diajukan yang mungkin mempengaruhi hasil-hasil yang dicapai. Sejauh peneliti dapat dengan sukses membuat justifikasi kesimpilannya terhadap alternatif-alternatif lain itu, dia ada dalam posisi yang secara relatif kuat.
2.      Adalah sukar untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.
3.      Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek nyang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat kompleks.
4.      Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain.
5.      Apabila saling hubungan antara dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
6.      Kenyataan bahwa dua, atau lebih, faktor saling berhungan tidaklaj mesti memberi implikasi adanya hubungan sebab-akibat. Kenyataan itu mungkin hanyalah karena faktor-faktor tersebut berkaitan dengan faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terobservasi.
7.      Menggolong-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori semacam itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tidak mantap. Seringkali penelitian yang demikian itu tidak menghasilkan penemuan yang berguna.
8.      Studi komperatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subjek secara terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam hal dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar.


E.     METODE EKSPERIMEN
Pengertian Penelitian Eksperimen
            Penelitian eksperimen merupakan suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan. Penelitian eksperimen, tentu saja dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis. Karena itu, setelahnya masalah dibatasi dengan tegas, peneliti perlu mengembangkan hipotesis yang akan di ujinya. Dalam  pengujian dimaksud hipotesisnya boleh jadi bisa diterima tapi bisa juga ditolak. Diterima atau ditolaknya hipotesis itu, tergantung pada hasil observasi terhadap hubungan variabel pada objek eksperimen.(http://sucifitrianti.blogspot.com/2013/10/makalah-penelitian-eksperimen.html)
            Menurut Hadi (1985) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Latipun (2002) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi.
            Menurut Sukardi (2011:180), penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu penelitian di dalam laboratorium dan di luar laboratorium. Sehubungan dengan subjek dalam pendidikan adalah siswa, penelitian yang paling banyak dilakukan adalah di luar laboratorium. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa keunggulan yang dimiliki oleh penelitian di luar laboratorium. Selain itu, penelitian eksperimen juga lebih cocok dilakukan dalam bidang pendidikan.  Hal ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut: 
a)    metode pengajaran yang lebih tepat disetting secara alami dan dikomparasikan di dalam keadaan yang tidak biasa;
b)   penelitian dasar dengan tujuan menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah.
            Berdasarkan definisi dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian dan menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain atau yang sama sekali tidak diberikan tindakan dengan kondisi yang terkendali.


Variabel dan Subyek Penelitian Eksperimen
            Penelitian eksperimen memiliki khas yaitu menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain dan menguji hipotesis hubungan sebab-akibat. Variabel penelitian pada dasarnya segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Hats dan Faraday (1981) variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan orang yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.  (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
            Dalam penelitian eksperimen dikenal tiga kelompok variabel yaitu variabel eksperimen (variabel yang diberikan treatment/tindakan), variabel kontrol atau pembanding dan variabel luar (extraneous variabel) yaitu variabel pengganggu yang sulit untuk diprediksi dan dikendalikan tetapi mempengaruhi hasil penelitian.  (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
            Eksperimen dimulai dengan mengembangkan hipotesis hubungan sebab-akibat anatara variabel terikat dan variabel bebasnya. Selanjutnya dilakukan berturut-turut pengukuran nilai (kualitas) variabel terikatnya (pretest), mengenakan perlakuan (kondisi pengubah nilai) terhadap variabel bebasnya, dan mengukur kembali nilai variabel terikatnya (posttest) untuk melihat ada tidaknya perubahan nilai.
            Masalah pokok dalam melaksanakan eksperimen adalah menjaga kondisi eksperimen sedemikian sehingga tidak ada faktor lain yang sempat menyertai jalannya eksperimen yang dapat mengacaukan atau mengaburkan pengukuran hasil penelitian (posttest). Dalam penelitian pendidikan, variabel yang bisa dimanipulasi termasuk metode pengajaran, jenis penguatan, pengaturan lingkungan belajar, jenis materi belajar dan ukuran kelompok belajar. Variabel terikat juga diacu sebagai variabel kriteria atau variabel pengaruh dari hasil studi. Perubahan atau perbedaan dalam kelompok dipercaya sebagai suatu hasil manipulasi variabel bebas.
            Suatu penelitian, termasuk eksperimen, perlu menetapkan target populasi. Untuk penelitian eksperimen dibutuhkan keadaan populasi yang relatif homogen. Homogenitas populasi ini berguna bagi kemudahan dalam pengambilan sampel dan perlakuan yang hendak diberikan. Jika upaya homogenitas ini dicapai secara maksimal, maka sangat membantu peningkatan validitas penelitian. Homogenitas subyek penelitian dapat dicapai dengan membatasi ciri populasi, diantaranya :
1.    Aspek tempat atau geografis, merupakan tempat tinggal subjek (provinsi, kabupaten, sekolah).
2.    Aspek subjek sendiri, seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, dll.
3.    Aspek sosial, yang mencakup kelas sosial, keluarga, dan lingkungan sosial.
Penelitian biasanya dilakukan terhadap sampel, yaitu sebagian dari populasi. Subjek penelitian yang menjadi sampel seharusnya representatif populasinya. Kerepresantatifan sampel dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a.    Jumlah sampel
Jumlah sampel merupakan banyaknya kelompok sampel yang dibutuhkan dalam suatu eksperimen. Jumlah sampel ini ditentukan oleh desain eksperimennya. Contohnya, jika suatu eksperimen dilakukan untuk melakukan komparasi dua macam perlakuan misalnya pemberian pelatihan keterampilan sosial pada satu kelompok, dan tidak ada perlakuan pada kelompok lain, maka jumlah sampel yang dibutuhkan ada dua (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol). Dalam suatu eksperimen yang lain, dapat saja komparasi dua macam perlakuan itu dilakukan terhadap satu sampel. Dengan demikian jumlah sampel sangat bergantung pada desain penelitian.
b.    Besar anggota sampel
Besar anggota sampel dalam eksperimen tidak ditentukan oleh besarnya populasi, tetapi ditentukan oleh kekuatan pengaruh perlakuan dari studi-studi sebelumnya. Suatu perlakuan yang memiliki pengaruh yang kuat pada perubahan variabel terikat (perilaku) berdasarkan studi atau penelitian terdahulu diperlukan anggota sampel yang relatif lebih sedikit, dan semakin lemah pengaruh suatu perlakuan pada variabel terikat dibutuhkan anggota sampel yang relatif lebih banyak.
c.    Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian eksperimen dapat dilakukan dua teknik, yaitu sebagai berikut :
1)      Random
        Random merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas probabilitas bahwa setiap unit sampling memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Ada beberapa teknik random yang dapat digunakan dalam menetapkan anggota sampel sebagai berikut :
a)      Random sederhana (simple random), dilakukan dengan memilih setiap individu yang menjadi sampel secara random. Biasanya dilakukan dengan undian.
b)      Pemilihan urutan nomor (random ordering) yaitu pemilihan anggota sampel atas dasar urutan nomor unit sampling. Yang dipilih sebagai sampel dapat ditetapkan atas dasar nomor genap saja atau nomor ganjil saja atau kelipatan angka tertentu sehingga jumlah anggota sampel yang dibutuhkan terpenuhi.
c)      Random berdasarkan tabel. Random berdasarkan tabel yaitu penentuan anggota sampel secara sistematis yang dilakukan dengan hanya memilih individu pertama saja yang dipilih secara random sementara invidu berikutnya terpilih menurut aturan yang ditetapkan berdasarkan tabel random.
d)     Seleksi komputer, yaitu penentuan anggota sampel berdasarkan nomor random yang diprogram di komputer.
2)      Non random
Non random disebut juga sampel non probabilitas. Teknik pengambilan sampel tidak dengan random tetapi dengan pertimbangan tertentu. Jika dalam pemilihan anggota sampel dilakukan dengan tidak cermat, cara non random ini tidak dapat memperoleh sampel yang representatif.
Sesuai dengan sifatnya, penentuan sampel non random memiliki banyak kesulitan dalam mencapai keadaan yang representatif karena dimungkinkan banyak bias yang terjadi secara sistematis yaitu dimungkinkan ada unsur kesengajaan dari peneliti. Jika teknis ini terpaksa dilakukan dalam penelitian eksperimen maka peneliti haruslah melakukannya secara hati-hati.
Tujuan Penelitian Eksperimen 
            Tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode problem solving) terhadap prestasi belajar dan kemampuan komunikasi matematika pada siswa SMP atau untuk menguji hipotesistentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut jika dibandingkan dengan metode konvensional. Selanjutnya, tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya.
            Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut jika dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.

Karakteristik Penelitian Eksperimen
            Menurut Ary (1985), ada tiga karakteristik penting dalam penelitian eksperimen antara lain: (http://www.statistikian.com/2012/10/penelitian-experimen.html)
a)      Variabel bebas yang dimanipulasi
Memanipulasi variable adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah. Perlakuan tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka untuk memperoleh perbedaan efek dalam variable yang terkait.
b)      Variabel lain yang berpengaruh dikontrol agar tetap konstan
Menurut Gay (1982), control is an effort on the part of researcher to remove the influence of any variable other than the independent variable that ought affect performance on a dependent variable.
Dengan kata lain, mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi variable terkait. Dalam pelaksanaan eksperimen, grup eksperimen dan grup kontrol sebaiknya diatur secara intensif agar karakteristik keduanya mendekati sama.
c)      Observasi langsung oleh peneliti
Tujuan dari kegiatan observasi dalam penelitian eksperimen adalah untuk melihat dan mencatat segala fenomena yang muncul yang menyebabkan adanya perbedaan diantara dua grup.
Karakteristik yang selalu ada dalam penelitian eksperimental adalah adanya tindakan manipulasi variabel yang secara terencana dilakukan oleh peneliti. Memanipulasi variabel ini tidak mempunyai arti yang negatif, seperti yang terjadi diluar konteks penelitian. Yang dimaksud dengan manipulasi dalam hal ini, menurut Sukardi (2003), yaitu tindakan atau perlakuan yang dilakukan oleh seorang peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka guna memperoleh perbedaan efek dalam variabel terikat. 
Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yaitu : (http://badrulwajdi.blogspot.com/2011/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html)
1.    Variabel-variabel penelitian dan kondisi eksperimen diatur secara tertib ketat (rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun random (acak).
2.    Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimen.
3.    Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
4.    Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimen yang dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
5.    Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan menggeneralisasikan pada kondisi yang sama.
6.    Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

Menurut John W. Creswell (2008) sebelum melakukan penelitian eksperimen, kita harus memahami karakteristik yang ada pada penelitian eksperimen, yaitu: (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
1.      populasi dipilih secara acak;
2.      memiliki variabel kontrol;
3.      treatment (tindakan);
4.      hasil dapat diukur dengan instrument penelitian;
5.      membandingkan kelompok variabel;
6.      validitas terukur.
Tiga unsur penting yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian ini, yaitu:
a)      Variabel kontrol,
Variabel kontrol adalah inti dari metode eksperimen, karena variabel kontrol inilah yang akan menjadi standar dalam melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yang terjadi akibat perbedaan perlakuan yang diberikan.
b)      Manipulasi,
Dalam penelitian ini, yang dimanipulasi adalah variabel independent dengan melibatkan kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda.
c)       Pengamatan.
Setelah peneliti menerapkan perlakuan eksperimen, harus mengamati untuk menentukan apakah hipotesis perubahan telah terjadi (Observasi).
·         Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik penelitian eksperimen adalah antara lain :
1)   Manipulasi Variabel
Bila kita melakukan eksperimen, maka secara sengaja kita mengintervensi terjadinya hubungan kausal. Situasi (variabel bebas) yang diasumsi sebagai penyebab munculnya gejala (variabel terikat) secara sengaja dimaniulasi variabel itu dilakukan dengan menempatkan subjek pada situasi tersebut, dan mencegah kemungkinan munculnya faktor lain yang dapat mencemari situasi itu.
2)      Kontrol
Kesimpulan tentang hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel terikat dengan valid, bila dilakukan pengontrolan pengaruh variabel lain terhadap variabel terikat. Pengontrolan ini menggunakan apa yang disebut ctengan kelompok kontrol. Dalam berbagai segi, keberadaan kelompok kontrol sarna dengan kelompok eksperimen. Satu-satunya perbedaan adalah, pada kelompok eksperimen diberi perlakuan (treatment), sedangkan pada kelompok control tidak ada perlakuan. Dengan demikian, bila muncul gejala yang berbeda antara kedua kelompok, maka itu dianggap sebagai pengaruh perlakuan atau treatment effect.
3)      Penugasan Random
Dalam konteks eksperimen, perandoman dilakukan dalam dua kegiatan, yaitu dalam memilih subjek yang menjadi sampel (pemilihan random atau random selection), dan dalam menugaskan setiap subjek yang menjadi sampel ke dalam salah satu dari kelompok eksperimen atau kelompok kontrol, yang disebut dengan penugasan random alau random assignment. Pemilihan random berfungsi membuat kelompok subjek yang menjadi sampel itu representatif terhadap populasi. Adapun fungsi penugasan random adalah agar sebelum pelaksanaan eksperimen, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol keadaannya sama (homogen), sehingga bila setelah eksperimen terjadi perbedaan pada kedua kelompok itu, perbedaan yang terjadi adalah pengaruh dari perlakuan.
4)      Treatment (Perlakuan)
Eksperimen pada intinya sama dengan observasi. Perbedaan antara keduanya terletak pada objek yang diamati. Pada observasi yang bukan eksperimen, objek yang diamati telah ada, sedangkan pada eksperimen objek yang diamati itu diciptakan situasi munculnya oleh peneliti. Memunculkan objek pengamatan itu adalah melalui perlakuan atau treatment.
Jenis Penelitian Eksperimen 
Rancangan Penelitian Eskperimen digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua variabel, dimana sebabnya merupakan intervensi peneliti.
Rancangan penelitian eksperimen terdiri dari :
(a)    Preexperiments
Pra Eskperimen adalah penelitian eksperimen yang hanya menggunakan kelompok studi tanpa menggunakan kelompok kontrol, serta pengambilan respondin tidak dilakukan randomisasi. Disebut preexperiments karena desain ini belum merupakan desain sungguh-sungguh. Masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu ukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dikarenakan tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random.
Dalam penelitian ini, kelompok diberikan tes awal sebelum perlakuan eksperimental. Setelah treatment selesai, tes akhir diberikan untuk melihat prestasi. Efektivitas perlakuan pembelajaran diukur dengan membandingkan skor rata-rata tes awal dan tes akhir. Ketika ternyata bahwa skor rata-rata tes akhir secara signifikan lebih tinggi dari skor rata-rata tes awal, maka disimpulkan bahwa perlakuan pembelajaran efektif.
Dalam preexperimental design terdapat tiga alternatif desain sebagai berikut:
1)      Studi Kasus Bentuk Tunggal (One-shot Case Study)
            Jenis one-shot case study dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian. Dimana dalam rancangan penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya. Dalam penyelenggaraan rancangan ini subjek disajikan dengan beberapa perlakuan, hanya tidak terdapat kelompok pembanding dan tanpa skor tes awal.
Adapun bagan dari one-shot case study  adalah sebagai berikut:
Dengan X: kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O: kejadian pengukuran atau pengamatan.
Bagan tersebut dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya.
Contoh: Pengaruh penggunaan Komputer dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O).
2)      Tes Awal - Tes Akhir Kelompok Tunggal ( The One Group Pretest – posttest)
Dalam rancangan ini, pengaruhatau efek suatu tritmen diputuskan berdasarkan perbedaan antara pretest dengan posttes. Kalau pada rancangan “a” tidak ada pretest, maka pada rancangan ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut:
Pengaruh perlakuan: O1 – O2.
Desain ini mempunyai beberapa kelemahan, karena akan menghasilkan beberapa ukuran perbandingan. Kelemahan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor historis (tidak menghasilkan perbedaan O1 dan O2), maturitation (subjek penelitian dapat mengalami kelelahan, kebosanan, atau kelaparan dan kadang enggan menjawab jika dinilai tidak sesuai dengan nilai yang berlaku), serta pembuatan instrument penelitian. Kejelekannya yang paling fatal adalah tidak akan menghasilkan apapun.
3)      Perbandingan Kelompok Statis ( The Static Group Comparison Design)
Pada rancangan ini membandingkan suatu kelompok yang menerima tritmen eksperimental dengan kelompok lainnya yang tak mendapat tritmen.
Pada rancangan ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).Masalah yang akan muncul dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang akan diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih secara acak.
Adapun bagan desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
O1: hasil pengukuran satu grup yang diberi perlakuan, dan O2: hasil pengukuran satu grup yang tidak diberi perlakuan.
Pengaruh perlakuan: O1 – O2.
Ketiga bentuk desain preexperiment itu jika diterapkan untuk penelitian akan banyak variabel luar masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal penelitian menjadi rendah.
(b)   True Experiment
True Experiment Design adalah penelitian experimen dimana kelompok studi dan kelompok kontrol pengambilan sample-nya dilakukan secara randomisasi, serta pada kelompok studi dilakukan intervensi variabel sebab sedang pada kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi.
Disebut sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian, validitas internal (kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true experiments menurut Suryabrata (2011 : 88) adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan.
True experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalam true experiments pasti ada kelompok kontrol dan pengambilan sampel.
Berikut jenis penelitian yang termasuk dalam true experiments:
1.      Rancangan Secara Acak dengan Tes dan Kelompok Kontrol (Posstest-Only Control Design )
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Nilai tes akhir menjadi digunakan untuk mengukur hasil perlakuan. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Bagan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pengaruh adanya perlakuan adalah (O1:O2). Dalam penelitian, pengaruh perlakuan dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perbedaan yang signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
2.      Rancangan Secara Acak dengan Tes Awal dan Tes Akhir  dengan Kelompok Kontrol ( The Pretest - Posttest Control Goup Design)
Dalam rancangan ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Bagan dari desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pengaruh perlakuan adalah: (O2 - O1) - (O4 - O3).
3.      Rancangan Secara Acak Empat Kelompok Solomon ( The Solomon Four Group Design )
Dalam rancangan ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat kelompok ini diberi posttes.
(c)    Factorial Design
Desain merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan terhadap hasil. Semua grup dipilih secara random kemudian diberi pretest. Grup yang akan digunakan untuk penelitian dinyatakan baik jika setiap kelompok memperoleh nilai pretest yang sama.
(d)   Quasy Experiment
Quasiexperiments disebut juga dengan eksperimen pura-pura. Bentuk desain ini merupakan pengembangan dari trueexperimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan jika peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya. Dalam eksperimen ini, jika menggunakanrandom tidak diperhatikan aspek kesetaraan maupun grup kontrol.
Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen
Menurut Sukardi, (2003) pada umumnya, penelitian eksperirnen dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut :
1.      Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.
2.      Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
3.      Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah.
4.      Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan:
a)      Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen.
b)      Menentukan cara mengontrol.
c)      Memilih rancangan penelitian yang tepat.
d)     Menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian.
e)      Membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.
f)       Membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.
g)      Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis.
5.      Melaksanakan eksperimen.
6.      Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.
7.      Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.
8.      Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya.
9.      Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan
Validitas Penelitian
            Suatu eksperimen mempunyai kostribusi yang berarti bagi pengembangan pengetahuan. Kata validitas berarti dapat diterima atau absah. Istilah ini mengandung pengertian bahwa sesuatu yang dinyatakan valid atau absah berarti telah sesuai dengan kebenaran yang diharapkan sehingga dapat diterima dalam suatu kriteria tertentu. Validitas dalam penelitian eksperimen mengandung beberapa kelemahan yang harus dipertimbangkan, antara lain:
(1) internal validity,
(2) eksternal validity,
(3) statistical conclution validity,
(4) construct validity
Dalam setiap penelitian eksperimental yang berkaitan dengan validitas internal mengandung beberapa kelemahan. Menurut Cambell dan Stanley dalam Ross dan Morrison (2003 : 1024) ada beberapa kelemahan dalam validitas internal, antara lain:history, maturation, testing, instrumentation, selection, statistical regretion, experiment mortality, diffusion of treatments. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
(a)    history
Banyak kejadian di masa lampau yang dapat mempengaruhi validitas penelitian eksperimen yang disebabkan oleh adanya interaksi antar individu.
(b)   maturation
Beberapa perubahan dapat terjadi pada dependent variable yang berfungsi dalam kurun waktu dan bukannya kejadian yang spesifik ataupun kondisi tertentu. Terutama berkaitan dnegan jangka waktu pengamatan yang memakan waktu lama.
(c)     testing
Proses pengujian juga dapat menimbulkan distorsi yang akan mempengaruhi hasil eksperimen.
(d)   instrumentation
Instrumen yang digunakan dalam penelitian eksperimen kadang kala sudah tidak sesuai lagi dengan standar yang berlaku.
(e)     selection
Peneliti kadang masih menggunakan unsur subjektifitas dalam memilih orang yang akan dijadikan objek eksperimen yang baik.
(f)     statistical regretion
Peneliti kadangkala dihadapkan pada kesulitan apabila hasil yang diperoleh dalam penelitian menghasilkan skor yang ekstrim.
(g)    experiment mortality
Dalam penelitian eksperimen seringkali terjadi perubahan komposisi kelompok yang diobservasi. Ada anggota kelompok yang harus didrop karena tidak sesuai dengan situasi pengetesan saat tertentu.
Selain dipengaruhi oleh validitas internal, eksperimen juga dipengaruhi oleh validitas eksternal, antara lain:
a)      interaction of treatments and treatments
Kelemahan ini terjadi apabila pengalaman responden lebih dari satu treatment. Seseorang yang dipilih sebagai objek eksperimen mungkin pernah mengalami eksperimen yang sama maka pengamatan kedua terhadap si responden tersebut akan menjadi bias.
b)      interaction of testing and treatment
Dalam eksperimen pretest, responden harus dipekakan agar mendorong eksperimen dengan alternatif yang berbeda.
c)      interaction of selection and treatment
Hal ini menimbulkan pertanyaan dalam membuat generalisasi antara beberapa kategori manusia antar grup. Sebab diantara mereka telah terjadi hubungan original yang telah terbentuk sebelumnya.
d)     interaction of setting and treatment
Antara setting penelitian dengan treatment yang dilakukan akan terjadi interaksi diantara keduanya. Dengan demikian interaksi keduanya akan mendukung jalannya proses penelitian yang sedang dilakukan.
e)      interaction of history and treatment
Kadangkala terjadi hubungan sebab akibat antara kejadian masa lalu dan masa sekarang yang merupakan kejadian tak biasa dan berpotensi tidak dapat diukur dalam penelitian.
Selanjutnya, untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, ada empat strategi umum yang dapat digunakan untuk memperbaiki validitas eksternal, antara lain:
(a) Menggunakan pilihan acak (randomly) untuk memilih orang, setting, atau waktu yang digunakan dari populasi yangada agar generalisasi menjadi lebih baik.
(b) Membuat agar grup individu, manusia ataupun settingnya dibuat heterogen. Langkah ini ditempuh jika penA.    METODE DESKRIPTIF

Definisi Metode Deskriptif
            Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.
Menurut Hidayat syah penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang sekuas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa tertentu.  Sedangkan menurut Punaji Setyosari ia menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk  menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata.  Hal senada juga dikemukakan oleh Best bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Sukmadinata (2006:72) menjelaskan  Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
Penelitian deskriptif menurut Etna Widodo dan Mukhtar (2000) kebanyakan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya suatu gejala, variabel, atau keadaan. Namun demikian, tidak berarti semua penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam penelitian deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji melainkan bagaimana berusaha menemukan sesuatu yang berarti sebagai alternatif dalam mengatasi masalah penelitian melalui prosedur ilmiah.
Penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah pengumpulan dan penyusunan data, tapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut. Oleh karena itu, penelitian deskriptif mungkin saja mengambil bentuk penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang membandingkan satu fenomena atau gejala dengan fenomena atau gejala lain, atau dalam bentuk studi kuantitatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian, menetapkan standar, dan hubungan kedudukan satu unsur dengan unsur yang lain.
Contoh permasalahan penelitian yang tergolong penelitian deskriptif seperti : “Bagaimanakah gambaran kebiaasaan membaca di kalangan mahasiswa ?”, “ Bagaimanakah gambarn jumlah putus sekolah di tingkat sekolah dasar ?”, “Bagaimanakah gambaran pelaksanaan sistem kredit semester di perguruan tinggi ?”.
            Menurut Nazir (1988: 63) dalam Buku Contoh Metode Penelitian, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
            Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
            Menurut Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau masalah aktual.
           
Ciri-Ciri Metode Deskriptif
Terdapat ciri-ciri yang pokok pada metode deskriptif, antara lain adalah:
1.      Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian dilakukan atau permasalahan yang bersifat aktual
2.      Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang seimbang.
3.      Pekerjaan peneliti bukan saja memberika gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah.

Jenis Penelitian Deskriptif
            Furchan (2004) menjelaskan, beberapa jenis penelitian deskriptif, yaitu;
a.       Studi kasus
Yaitu suatu penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini dimungkinkan ditemukannya hal-hal tak terduga kemudian dapat digunakan untuk membuat hipotesis.
b.      Survei
Studi jenis ini merupakan studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan tentang individu. Berdasarkan ruang lingkupnya (sensus atau survai sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus tentang hal-hal yang tidak nyata, survei sampel tentang hal-hal yang nyata, dan survei sampel tentang hal-hal yang tidak nyata.
c.       Studi perkembangan
Studi ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya bagaimana sifat-sifat anak pada berbagai usia, bagaimana perbedaan mereka dalam tingkatan-tingkatan usia itu, serta bagaimana mereka tumbuh dan berkembang. Hal ini biasanya dilakukan dengan metode longitudinal dan metode cross-sectional.
d.      Studi tindak lanjut
Yakni, studi yang menyelidiki perkembangan subyek setelah diberi perlakukan atau kondisi tertentu atau mengalami kondisi tertentu.
e.       Analisis dokumenter
Studi ini sering juga disebut analisi isi yang juga dapat digunakan untuk menyelidiki variabel sosiologis dan psikologis.
f.       Analisis kecenderungan
Yakni, analisis yang dugunakan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi.
g.      Studi korelasi
Yaitu, jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti.
            Menurut Nazir (1988: 64-65) mengemukakan bahwa ditinjau dari jenis masalah yang diselidiki, teknik dan alat yang digunakan, serta tempat dan waktu, maka penelitian dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
·         Metode survei
            Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. (Nazir, 1988: 65)
            Kerlinger mengemukakan bahwa metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif distribusi, dan hubungan antar variabel. Sosiologi, maupun psikologis.
            Survei pada dasarnya tidak berbeda dengan research (penelitian). Pemakaian kedua istilah ini kerap kali hanya dimaksudkan untuk memberikan penekanan mengenai ruang lingkup. Research memusatkan diri pada salah satu atau beberapa aspek dari objeknya. Sedangkan survei bersifat menyeluruh yang kemudian akan dilanjutkan secara khusus pada aspek tertentu bilamana diperlukan studi yang lebih mendalam (Zulnaidi, 2007: 11)
            Lebih lanjut lagi Zulnaidi (2007: 11-12) mengemukakan beberapa studi yang termasuk dalam metode survei yakni:
·         Survei kelembagaan (institutional survei)
·         Analisis jabatan/ pekerjaan (job analysis)
·         Analisis dokumen (documentary analysis)
·         Analisis isi (content analysis)
·         Survei pendapat umum (public oppinion survey)
·         Survey kemasyarakatan (community survey)
            Nazir (1988: 65) dalam bukunya Metode Penelitian, mengemukan terdapat banyak sekali penelitian yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei, diantaranya adalah survei masalah kemasyarakatan, survei komunikasi dan pendapat umum, survei masalah politik, survei masalah pendidikan, dan lain sebagainya.
·         Metode deskriptif kesinambungan
            Metode deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan sehingga diperoleh pengetahuan yang menyeluruh mengenai masalah, fenomena, dan kekuatan-kekuatan sosial yang diperoleh jika hubungan-hubungan fenomena dikaji dalam suatu periode yang lama.
            Menurut Nazir (1988: 65) mendefinisikan metode deskriptif berkesinambungan atau continuity descriptive research sebagai kerja meneliti secara deskriptif yang dilakukan secara terus menerus atas suatu objek penelitian. Salah satu contoh metode penelitian deskriptif berkesinambungan ini dilakukan oleh Whitney dan Milholland (1930) yang mempelajari status akademis dari mahasiswa tingkat persiapan dari Colorado State College of Education  pada tahun 1930. Penelitian dilakukan dalam waktu empat tahun, dengan menelusuri status akademis sejak tingkat persiapan sampai dengan lulus sarjana muda.
·         Penelitian studi kasus
            Penelitian studi kasus memusatkan diri secara intensive terhadap satu objek tertentu, dengan cara mempelajari sebagai suatu kasus. Berbagai unit sosial seperti seorang murid menunjukkan kelainan, sebuah kelompok keluarga, sebuah kelompok anak nakal, sebuah desa, sebuah lembaga sosial dan lain-lain dapat diselidiki secara intensive, baik secara menyeluruh maupun mengenai aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian khusus. (Zulnaidi, 2007: 13)
            Menurut Bogdan dan Bikien (1982) merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang  subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.
            Menurut Maxfield (1930: 117-122) dalam Nazir (1988: 66) mendefinisikan penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian, dari sifat-sifat khas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
            Penelitian studi kasus menurut Stake (2005) terdapat 3 jenis penelitian studi kasus yang dibagi berdasarkan karakteristik dan fungsinya, yakni:
·         Penelitian studi kasus mendalam
·         Penelitian studi kasus instrumental
·         Penelitian studi kasus jamak
            Tidak berbeda jauh, Creswell (2007) juga membagi penelitian studi kasus menjadi 3 jenis. Dalam penelitian studi kasus tentunya terdapat langkah-langkahnya. Menurut Yin (1994), terdapat langkah-langkah dalam melakukan penelitian studi kasus yakni secara singkat seperti di bawah ini:
a)      Merancang studi kasus
            Dalam merancang studi kasus, terdapat dua langkah yakni melakukan pembekalan pengetahuan dan keterampilan serta melakukan pengembangan dan pengkajian ulang penelitian.
b)      Melakukan studi kasus
            Dalam langkah kedua ini terdapat tiga langkah yakni 1) penentuan teknik pengumpulan data; 2) penyebaran alat pengumpulan data; dan 3) penganalisisan bukti studi kasus yang terkumpul.
c)      Melakukan pengembangan, implikasi, dan saran
            Tahap ini merupakan tahap akhir dari setiap penelitian sebagai upaya melaporkan hasil penelitiannya kepada semua orang.
Nazir (1988: 68) mengemukakan bahwa langkah-langkah pokok dalam meneliti kasus adalah sebagai berikut: 1) menemukan rumusan tujuan penelitian; 2) tentukan unit-unit studi, sifat-sifat serta proses-proses apa yang akan menuntun penelitian; 3) tentukan rancangan serta pendekatan dalam memilih unit-unit dan teknik pengumpulan data mana yang digunakan. Sumber-sumber data apa yang tersedia; 4) kumpulkan data; 5) organisasikan informasi serta data yang terkumpul dan analisa untuk membuat interpretasi serta generalisasi; 6) susun laporan dengan memberikan kesimpulan serta implikasi dari hasil penelitian.
·         Penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas
            Menurut Nazir (1988: 71) dalam buku Metode Penelitian mengemukakan bahwa penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas merupakan penelitian yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.
            Lebih lanjut Nazir mengemukakan bahwa studi yang mendalam dilakukan terhadap kelakuan-kelakuan pekerja, buruh, petani, guru, dan lain sebagainya terhadap gerak-gerik mereka dalam melakukan tugas, penggunaan waktu secara efisien dan efektif.
·         Penelitian tindakan (action research)
            Penelitian tindakan merupakan penelitian yang berfokus pada penerapan tindakan yang dengan tujuan meningkatkan mutu atau memecahkan permasalahan pada suatu kelompok subjek yang diteliti dan diamati tingkat keberhasilannya atau dampak dari tindakannya. Menurut Grundy dan Kemmis (1990: 322) mengemukakan bahwa penelitian tindakan memiliki dua tujuan pokok, yaitu meningkatkan (improve) dan melibatkan (involve). Maksudnya, penelitian tindakan bertujuan meningkatkan bidang praktik, meningkatkan pemahaman praktik yang dilakukan oleh praktisi, dan meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan. Penelitian tindakan juga berusaha melibatkan pihak-pihak terkait, jika penelitian tindakan dilaksanakan di sekolah, maka pihak terkait antara lain adalah kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, dan orang tua siswa.
            Penelitian ini sering digunakan oleh para peneliti di bidang pendidikan yang sering disebut sebagai penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).
            Menurut Kemmis dan McTaggart (1982) mengungkapkan bahwa dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat model yang digunakan yakni siklus yang akan selalu berputar.

·         Penelitian Perpustakaan
            Penelitian perpustakaan merupakan kegiatan mengamati berbagai literatur yagn berhubungan dengan pokok permasalahan yang diangkat baik itu berupa buku, makalah ataupun tulisan yang sifatnya membantu sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam proses penelitian. Menurut Kartini Kartono (1986: 28) dalam buku Pengantar Metodologi Research  Sosial mengemukakan bahwa tujuan penelitian perpustakaan adalah untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang ada di perpustakaan, hasilnya dijadikan fungsi dasar dan alat utama bagi praktek penelitian di lapangan.
·         Penelitian Komparatif
            Menurut Sugiono (2005: 11) penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan.
            Dalam buku metode penelitian karangan M. Nazir (1988: 69-70) terdapat keunggulan dan kelemahan dari metode penelitian komparatif. Keunggulannya adalah sebagai berikut:
·         Metode komparatif dapat mensubtitusikan metode eksperimental karena beberapa alasan: 1) jika sukar diadakan kontrol terhadap salah satu faktor yang ingin diketahui atau diselidiki hubungan sebab akibatnya; 2) apabila teknik untuk mengadakan variabel kontrol dapat menghalangi penampilan fenomena secara normal ataupun tidak memungkinkan adanya interaksi secara normal; 3) penggunaan laboratorium untuk penelitian untuk dimungkinkan, baik karena kendala teknik, keuangan, maupun etika dan moral.
·         Dengan adanya teknik yang lebih mutakhir serta alat statistik yang lebih maju, membuat penelitian komparatif dapat mengadakan estimasi terhadap parameter-parameter hubungan kausal secara lebih efektif.
·         Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut:
·         Penelitian komparatif yang bersifat ex post facto, mengakibatkan penelitian tersebut tidak mempunyai kontrol terhadap variabel bebas
·         Sukar memperoleh kepastian, apakah faktor-faktor penyebab suatu hubungan kausal yang diselidiki benar-benar relevan.
·         Interaksi antarfaktor-faktor tunggal sebagai penyebab atau akibat terjadinya suatu fenomena menjadi sukar untuk diketahui.
·         Ada kalanya dua atau lebih faktor memperlihatkan adanya hubungan, tetapi belum tentu bahwa hubungan yang diperlihatkan adalah hubungan sebab akibat.
·         Mengkategorisasikan subjek dalam dikhotomi untuk tujuan perbandingan dapat menjurus pada pengambilan keputusan dan kesimpulan yang salah, akibatnya kategori dikhotomi yang dibuat mempunyai sifat kabur, bervariasi, samar, menghendaki value judgement dan tidak kokoh.
            Lebih lanjut lagi Nazir (1988: 70) menjabarkan beberpa langkah pokok dalam studi komparatif, yaitu: 1) rumuskan dan definisikan masalah; 2) jajaki dan teliti literatur yang ada; 3) rumuskan kerangka teoritis dan hipotesa-hipotesa serta asumsi-asumsi yang dipakai; 4) buatlah rancangan penelitian dengan cara memilih subjek yang digunakn dengan teknik pengumpulan data yang diinginkan, dan mengkategorikan sifat-sifat atau atribut-atribut atau hal-hal lain yang sesuai dengan masalah yang ingin dipecahkan, untuk mempermudah analisa sebab akibat; 5) uji hipotesa, membuat interpretasi terhadap hubungan dengan teknik statistik yang tepat; 6) membuat generalisasi, kesimpulan, serta implikasi kebijakan; dan 7) menyusun laporan dengan cara penulisan ilmiah.

Kriteria Pokok Metode Deskriptif
            Nazir (1988: 72-73) dalam buku Metode Penelitian, terdapat dua kriteria pokok dalam metode penelitian deskriptif, yakni kriteria umum dan kriteria khusus.

Kriteria umum Penelitan Metode Deskriptif
Kriteria umum dari penelitan dengan metode deskriptif adalah:
·         Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas
·         Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum
·         Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini
·         Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas
·         Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan
·         Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisa data serta studi kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan, jika kerangka teoritis untuk itu telah dikembangkan

Kriteria khusus Penelitan Metode Deskriptif
Kriteria khusus dari penelitian dengan metode deskriptif adalah:
·         Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value)
·         Fakta-fakta ataupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status
·         Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya.

Langkah-Langkah Umum Dalam Metode Deskriptif
            Secara singkat dapat diketahui terdapat beberapa langkah-langkah dalama metode penelitian deskriptif, yakni 1) Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif; 2) Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas; 3) Menentukan tujuan dan manfaat penelitian; 4) melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan; 5) menentukan kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian; 6) mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk menentukan populasi, sampel, teknik sampling, instrument pengumpulan data, dan menganalisis data; 7) mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistik yang relevan; dan 8) membuat laporan penelitian.
            Untuk lebih rincinya, Nazir (1988: 73-74) mengungkapakan terdapat berbagai langkah yang sering diikuti adalah sebagai berikut:
1.   Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada
2.   Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah
3.   Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian deskriptif tersebut akan dilaksanakan. Termasuk di dalamnya daerah geografis di mana penelitian akan dilakukan, batasan-batasan kronologis, ukuran tentang dalam dangkal serta sebarapa utuh daerah penelitian tersebut akan dijangkau
4.   Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu dirumuskan kerangka teoriatau kerangka konseptual yang kemudian diturunkan dalam bentuk hipotesa-hipotesa untuk diverifikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik, maka kerangka analisa dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk model matematika
5.   Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan
6.   Merumuskan hipotesa-hipotesa yang ingin diuji, baik secara eksplisit maupun secara implisit
7.   Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian
8.   Membuat tabulasi serta analisa statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran sepadan
9.   Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan
10.  Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesa-hipotesa yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan-kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian
11.  Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah


Penelitian memiliki karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut :
·         Memusatkan penyelidikan pada pemecahan masalah aktual atau masalah yang dihadapi pada masa sekarang.
·         Data yang telah dikumpulkan disusun dan dijelaskan, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analitik.
·         Menjelaskan setiap langkah penelitian secara rinci.
·         Menjelaskan prosedur pengumpulan datanya.
·         Memberi alasan yang kuat mengapa peneliti menggunakan teknik tertentu dan bukan teknik lainnya.
Penelitian deskriptif memiliki keunikan sebagai berikut :
·         Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yang sangat sedikit, akibatnya bias dalam membuat kesimpulan.
·         Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang memadai.
·         Penelitian deskriptif juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, agar di lapangan peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data yang diperlukan




.
B.     METODE HISTORIS

Defenisi Metode Historis
            Penelitian historis adalah penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan.
            Sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.
            Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
            Penelitian historis juga merupakan cara menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
            Berdasarkan pendangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:
1. Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu);
2. Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
3. Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
4. Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).
   
Tujuan Penelitian Historis
            Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau.
            Penelitian historis juga untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.
            Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) menyatakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk :
1. Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau;
2. Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang;
3. Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
4. Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak;
5. Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.
Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan masa mendatang.

Ciri-ciri Penelitian Historis

Beberapa ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah sebagai berikut :
a.  Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau.
b.  Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer dibandingkan dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik, baik secara internal maupun eksternal.
c.  Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti informasi yang lebih tua yang tidak tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
d. Sumber data harus dinyatakan secara defenitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan[4].

Langkah-Langkah Dalam Penelitian Historis
Menurut M. Subana dkk. (2005: 88), kerangka penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pendefinisian Masalah
2. Perumusan masalah
3. Pengumpulan data
4. Analisis data
5. Kesimpulan
Contoh : 
- Judul :
Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.
- Perumusan masalah :
Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ?
- Pengumpulan data :
Analisis dokumen, wawancara dari sumber primer dan sumber sekunder
- Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas statistic deskriptif.
- Kesimpulan :
Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita.

Sumber Data Penelitian Historis

            Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tertulis dan sebagainya.
1. Remain dan Dokumen
Jika sumber sejarah ditinjau dari segi sengaja atau tidak sengajanya bahan atau sumber data tersebut ditinggalkan, maka sumber sejarah dapat dibagi dua, yaitu : remain dan dokumen.
a. Remain atau Relics, yaitu bahan-bahan fisis atau tulisan yang mempunyai nilai-nilai sejarah yang terdapat tanpa suatu kesadaran menghasilkannya untuk suatu keperluan pembuktian sejarah. Peninggalan materi termasuk: alat perkakas, perhiasan-perhiasan kuno, bangunan seperti piramida, candi, senjata-senjata, sendok benda budaya dan sebagainya.
b. Dokumen, yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia dimasa yang lalu. Dokumen tersebut, secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transmisi keterangan. Contoh dari dokumen antara lain buku harian, batu tertulis, daun-daun lontar dan sebagainya.
2. Sumber Primer dan Sekunder
a. Sumber primer adalah tempat atau gudang penyimpan yang orisinil dari data sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Contoh dari data atau sumber primer adalah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, keputusan-keputusan rapat, foto-foto dan sebagainya.
b. Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, atau catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil. Misalnya keputusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan (minutes) dari rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di surat kabar.

Keuntungan dan Kerugian Metode Penelitian Historis
Keuntungan metode penelitian historis
a. Penelitian ini mengijinkan penyelidikan tentang topik-topik dan pernyataan- pernyataan yang tidak dapat di kaji oleh penelitian lain.
b. Penelitian historis merupakan satu-satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti-bukti dari masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pada saat ini.
c. Sebagai tambahan,penelitian historis menggunakan bermacam bukti yang berbeda dibandingkan metode penelitian lainnya ( dengan pengecualian penelitian studi kasus dan etnografi ).
d. Penelitian historis menyediakan suatu alternatife dan mungkin sumber informasi yanglebih kaya tentang topik-topik nyata yang juga dapat di kaji melalui metodologi lainnya
Kerugian metode penelitian historis
a. Tidak adanya kontrol yang mengendalikangangguan terhadap validitas internal.
b. Pembahasan di lakukan oleh sampel dokumen dan proses instrumentasi ( analisis dokumen ) barang kali begitu ketat.
c. Peneliti peneliti tidak dapat menjamin keterwakilan sampel (representativeness of the sample),ataupun apakah mereka dapat memeriksa realibittas dan validitas terhadap penafsiran yang dibuat dari data yang tersedia. 

C.    PENELITIAN KORELASIONAL

Pengertian Penelitian Korelasional

            Gay dalam Sukardi (2008:166) menyatakan penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex–post facto karena pada umumnya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari adanya suatu hubungan dan tingkat hubungan variabel yang dinyatakan dalam koefisien korelasi. 
            Penelitian korelasi merupakan suatu penelitian yang melibatkan kegiatan pengumpulan data untuk menentukan, adakah hubungan dan tingkat hubungan antara 2 variabel atau lebih. Penelitian korelasi dilakukan, saat peneliti ingin mengetahui tentang ada atau tidaknya dan kuat lemahnya suatu hubungan variabel yang berkaitan dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Terdapatnya suatu hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.

            Penelitian korelasi mempunyai 3 karakteristik penting bagi para peneliti yang akan menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, diantaranya yaitu:
1.  penelitian korelasi tepat bila variabel kompleks dan peneliti tidak memungkinkan untuk melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti pada penelitian eksperimen,
2.   memungkinkan variabel dilakukan pengukuran secara intensif dalam setting atau lingkungan nyata, dan
3.   memungkinkan peneliti memperoleh derajat asosiasi yang signifikan.
(Sukardi,2008:166)

Tujuan Penelitian Korelasional

            Penelitian korelasional memiliki tujuan untuk menentukan ada apa tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih, kearah manakah hubungan tersebut positif atau negatif, dan seberapa jauh hubungan yang ada antara dua variabel atau lebih yang dapat diukur. Misalkan saja sperti hubungan antara kecerdasan dengan kreativitas, tinggi badan dengan umur, semangat dengan pencapaian, nilai bahasa Inggris dengan nilai statistika, dan sebagainya. Tujuan dari penyelidikan korelasional adalah untuk mengungkapkan atau menetapkan suatu hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi atau prakiraan.
            Pada penelitian korelasional, para peneliti umumnya hanya mendasarkan pada penampilan variabel secara natural atau sebagaimana adanya, tanpa memanipulasi atau mengatur kondisi variabel tersebut. Oleh karena itu, peneliti sebaiknya mengetahui cukup banyak alasan yang kuat untuk mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan dalam suatu penelitian.
            Penelitian korelasi lebih tepat, bila dalam penelitian peneliti memfokuskan usahanya dalam memperoleh informasi yang bisa menerangkan adanya fenomena atau kejadian yang kompleks melalui hubungan antar variabel. Sehingga, peneliti juga mampu melakukan eksplorasi studi menggunakan teknik korelasi parsial, yang mana peneliti mengeliminasi salah satu pengaruh variabel supaya bisa dilihat hubungan dua variabel yang dianggap penting saja.

            Dalam bidang pendidikan, studi korelasi umumnya digunakan guna melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan memiliki peranan yang signifikan dalam mencapai proses pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya mengenai pencapaian hasil belajar dengan motivasi internal, intensitas kehadiran mengikuti kuliah, belajar strategi, dan lain sebagainya.
            Para peneliti akan tepat menggunakan penelitian korelasi saat peneliti memiliki beberapa alasan penting, di antaranya yaitu sebagai berikut.
•    Adanya kebutuhan akan informasi bahwa ada hubungan antarvariabel yang mana koefisien korelasi dapat mencapainya.
•    Penelitian korelasi harus memperhitungkan manfaatnya jika variabel yang muncul tersebut kompleks, dan peneliti tidak mungkin bisa melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel itu.
•    Apabila dalam penelitian memungkinkan untuk melakukan pengukuran beberapa variabel dan hubungan yang ada dalam setting yang realistis. Dan alasan penting lain yaitu bahwa penelitian korelasi tepat dilakukan, bila salah satu tujuan penelitian adalah untuk mencapai formula prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan terdapatnya asumsi hubungan antar variabel.
            Metode korelasional memungkinkan untuk para peneliti menganalisis hubungan antara sejumlah besar variabel  dalam suatu studi tunggal. Koefisien korelasi dapat memberikan ukuran tingkat dan arah hubungan. Penggunaan metode korelasional dapat ditujukan (1) untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel dan (2) untuk memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel lain.

Prosedur Dasar Penelitian Korelasional

            Prosedur dasar penelitian korelasional dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut ini. 
1.  Pemilihan Masalah

            Studi korelasional bisa dirancang untuk menentukan variabel manakah dari suatu daftar variabel yang mungkin berhubungan, maupun untuk menguji hipotesis mengenai suatu hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian harus dilakukan seleksi berdasarkan penalaran induktif dan penalaran deduktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan diteliti dan diselidiki haruslah didukung oleh teori atau diturunkan berdasarkan dari pengalaman.
2. Sampel dan Pemilihan Instrumen

            Sampel untuk studi korelasional dapat dipilih dengan memakai metode sampling yang bisa diterima, dan 30 subjek dirasa sebagai ukuran sampel minimal yang bisa diterima. Dalam suatu penilitian, merupakan hal penting untuk memilih dan mengembangkan pengukuran yang reliabel dan valid terhadap suatu variabel yang hendak diteliti. Bila variabel tidak memadai dikumpulkan, maka koefisien korelasi yang diperoleh akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang kurang bahkan tidak akurat. Kemudian bila pengukuran yang dilakukan tidak secara nyata benar-benar mengukur variabel yang diinginkan, maka koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan. Sebagai contoh, peniliti hendak menentukan hubungan antara hasil belajar matematika dengan hasil belajar kimia. Bila penrliti memilih dan memakai tes keterampilan berhitung yang valid dan reliabel, koefisien korelasi yang diperoleh tidak akan menjadi perkiraan yang akurat dari hubungan yang diinginkan. Keterampilan berhitung siswa hanya merupakan satu jenis ketrampilan hasil belajar matematika; koefisien korelasi yang diperoleh akan mengindikasikan hubungan antara hasil belajar kimia dan satu jenis dari hasil belajar matematika yaitu keterampilan berhitung. Oleh sebab itu, peneliti haruslah berhati-hati dalam memilih dan memakai instrumen yang valid dan reliabel bagi tujuan penelitian.
3. Desain dan Prosedur

            Desain korelasional dasar sangatlah sederhana; 2 atau lebih skor yang didapatkan dari setiap jumlah sampel yang dipilih, 1 skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang diperoleh mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Penelitian yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistik yang kompleks, namun desain dasar tetaplah sama dalam semua penelitian korelasional
4. Analisis Data dan Interpretasi

            Jika 2 variabel dikorelasikan maka hasilnya yaitu koefisien korelasi. Suatu koefisien korelasi dalam bentuk angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau 0,00 dan – 1,00, yang mengindikasikan tingkat atau derajat hubungan antara 2 variabel. Bila koefisien mendekati + 1,00; maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang positif. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai skor yang tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang tinggi pula pada variabel yang lain. Dapat juga diartikan suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan atau diasosiasikan dengan peningkatan juga pada variabel lain. 
            Apabila koefisien korelasi mendekati 0,00 kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan. Hal ini dapat diartikan bahwa skor seseorang pada suatu variabel tertentu tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel yang lain. Bila koefisien tersebut mendekati -1,00, maka diartikan kedua variabel memiliki hubungan yang berkebalikan atau negatif. Hal ini diartikan bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang rendah pada variabel yang lain, atau peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan begitu juga sebaliknya.
            Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana koefisien tersebut akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar koefisien tersebut diperlukan supaya bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang guna menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan pada suatu istilah signifikansi statistiknya. Dalam penelitian prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang tepat dan akurat. Signifikansi statistik mengacu kepada, apakah koefisiensi yang didapatkan berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dihasilkan pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan pada ukuran sampel yang diberikan, peneliti tidak bisa menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi peneliti bisa mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan. 
            Untuk menentukan signifikansi statistik, peneliti hanya mengonsultasikanya pada sebuah tabel yang mampu mengatakan pada peneliti seberapa besar koefisiensi diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk suatu level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan jika sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek dari pada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, Peneliti akan membutuhkan sekurangnya koefisien 0,6319 supaya bisa menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; pada pihak lain, dengan 102 kasus peneliti hanya memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep seperti ini berarti bahwa peneliti memerhatikan kasus tersebut, saat peneliti akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.
            Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, peneliti harus selalu ingat bahwa peneliti hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat akan tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada 1 cara untuk menetapkan hubungan sebab-akibat, yaitu penelitian eksperimen. Jika seseorang menemukan hubungan yang dekat antara 2 variabel, hal tersebut sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa 1 variabel menyebabkan variabel yang lain. Pada kenyataannya, hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.

Macam-Macam Studi Korelasional
1. Studi Hubungan
            Studi hubungan biasanya dilakukan dalam usaha mendapatkan pemahaman faktor apa saja atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, misalnya seperti hasil belajar akademik, konsep diri dan motivasi. Variabel yang diketahui tidak mempunyai hubungan dapat dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan yang selanjutnya. Identifikasi variabel yang berhubungan dapat membantu beberapa tujuan utama. Pertama, studi hubungan dapat memberikan arah untuk melanjutkan studi kausal-komparatif ataupun eksperimental. 
            Dalam studi kausal - komparatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin saja berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya agar tidak bercampur dengan pengaruh variabel bebas. Studi hubungan dapat membantu peneliti mengidentifkasi variabel-variabel seperti itu, yang berguna untuk mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel bebas yang sesungguhnya.
2. Studi Prediksi
            Bila variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat dipakai untuk memprediksikan skor pada variabel yang lainnya. Sebagai contoh, Peringkat SMA, dapat dipakai untuk memprediksikan peringkat di perguruan tinggi. Variabel yang mendasar pembuatan diacu sebagai kriteria. 
            Studi prediksi sering dilakukan guna memudahkan dalam pengambilan suatu kesimpulan mengenai individu atau membantu dalam pemilihan individu. Studi prediksi juga dijalankan guna menguji hipotesis teoretis tentang variabel yang dipercaya menjadi pediktor pad suatu kriteria, dan guna menentukan validitas prediktif dari instrumen pengukuran individual. Sebagai contoh, hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan level keberhasilan yang kemungkinan diperoleh individu pada mata pelajaran tertentu, mislanya aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan individu mana yang kemungkinan sukses di perguruan tinggi atau untuk memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin yang paling sukses.
            Bila beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari beberapa variabel tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan hanya pada salah satu darinya. Sebagai contoh, prediksi kesuksesan di perguruan tinggi umumnya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti rangking dalam peringkat kelas, peringkat SMA, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Meskipun terdapat beberapa perbedaan utama antara studi prediksi dengan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel kompleks.
3. Korelasi dan Kausalitas
            Penelitian korelasional merupakan suatu studi bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antar variabel melalui penggunaan statistik korelasional (r). Kuadrat dari koefisien korelasi akan menghasilkan varians yang dijelaskan (r-square). Suatu hubungan korelasional antara 2 variabel kadang kala merupakan hasil dari sumber lain, jadi peneliti haruslah hati-hati dan korelasi tidaklah harus menjelaskan sebab dan akibat. Bila suatu hubungan yang kuat ditemukan antara 2 variabel, kausalitas dapat diuji melalui pemakaian pendekatan eksperimental.
            Berbagai rancangan penelitian korelasional umumnya didasarkan pada asumsi bahwa realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi dan dipengaruhi oleh sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linier, seperti dalam penelitian eksperimental. Dengan demikian, dinamika suatu sistem-bagaimana setiap bagian yang lain-lebih penting kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional seperti analisis jalur (path analysis) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel designs) membolehkan pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah kuantitatif (ibid).  
Rancangan Penelitian Korelasional
            Penelitian korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan dianataranya, yaitu (1) korelasi bivariat, (2) regresi dan prediksi (3) regresi jamak, (4) analisis faktor, dan (5) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan kausal. (Shaughnessy & Zechmeister,2000:2-5). Rancangan penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut:


a. Korelasi Bivariat

            Rancangan penelitian korelasi bivariat merupakan suatu rancangan penelitian yang memiliki tujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara 2 variabel tersebut diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
            tersebut, umumnya diungkapkan dalam angka antara -1 dan +1, tingkatan hubungan itu dinamakan koefisien korelasi. Korelai zero (0) mengindikasikan tidak adaanya hubungan antarvariabel. Koefisiensi korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan dengan semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain dan begitu pula sebaliknya. Hubungan antara prestasi dan motivasi belajar merupakan contoh korelasi positif. Sedangkan, hubungan antara sehat dan sres merupakan contoh korelasi negatif.
b.
 Regresi dan Prediksi

            Bila terdapat korelasi antara 2 variabel, dan peneliti mengetahui skor pada salah satu variabel, peneliti dapat meprediksikan skor pada variabel kedua. Regresi merujuk pada seberapa baik peneliti bisa membuat prediksi semacam ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik yang bernilai -1 maupun +1, prediksi peneliti dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara kesehatan dan stres. Jika peneliti mengetahui skor stres seseorang, maka peneliti mampu memprediksikan skor kesehatan seseorang tersebut dimasa yang akan datang.
c.
 Regresi Jamak (Multiple Regression)

Regresi jamak adalah perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan menambahkan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini dapat memberikan lebih banyak kekuatan kepada peneliti untuk membuat prediksi yang lebih akurat. Apa yang peneliti prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variabel). Apa yang peneliti gunakan untuk membuat prediksi, sedangkan variabel-variabel yang telah diketahui, disebut variabel prediktor (predictor variables).

            Jika peneliti tidak hanya mengetahui skor stres, akan tetapi juga mengetahui skor perilaku kesehatan atau seberapa baik seseorang memperhatikan dirinya sendiri, dan bagaimana kesehatan seseorang selama ini secara umum sehat atau sakit, maka peneliti akan lebih dapat memprediksikan secara lebih tepat status kesehatan seseorang tersebut. Dengan demikian, terdapat tiga variabel prediktor stres, perilaku kesehatan, dan status kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di masa akan datang.
d. Analisis faktor

            Prosedur statistik yang satu ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antar korelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
            Sebagai contoh, peneliti dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, mental, emosi, dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kepada peneliti suatu skor. Korelasi yang tinggi baik positif itu maupun negatif antara beberapa skor ini akan mengindikasikan faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan berbeda yang dapat diberikan, yang kemungkinan dapat mengukur faktor kesehatan emosional. Dalam kasus ini akan terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan tentang marah, depresi, cemas, dan seterusnya. Atau di lain pihak, bila masing-masing pertanyaan merupakan faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang kecil antara pertanyaan yang berhubungan dengan marah, depresi, cemas, dan seterusnya.
e. Rancangan Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan KausalTerdapat 2 rancangan yang bisa digunakan guna membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut yaitu rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).

           
Analisis jalur digunakan untuk menentukan yang mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sebagai contoh, peneliti mengetahui adanya suatu hubungan antara kesehatan dan stres. Analsis jalur digunakan untuk memperlihatkan bahwa terdapat jalur kecil melalui psikologi, jalur utama yang berhubungan dengan kesehatan dan stres melalui perilaku sehat. Artinya kita mengetahui bahwa stres memengaruhi faktor-faktor psikologi seperti coronary dan fungsi-fungsi kekebalan. Kita juga mengetahui bahwa kita stres, kita menghentikan kehati-hatian terhadap diri kita, kita kurang tidur, makan kurang baik, gagal memperoleh latihan-latihan yang layak, dan seterusnya. Penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara stres, perilaku sehat, dan kesehatan daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan. Penelitian ini menggunakan statistik korelasi untuk menggambarkan kesimpulan ini.



f. Analisis Sistem (System Analysis)

            Analisis sistem melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang kompleks atau rumit guna menentukan proses dinamik, mislanya seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik, serta aliran dan unsur hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk menggambarkan atau membuat diagram perbedaan antara SMP yang berhasil dan SMP yang gagal. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru terhadap usaha pengajaran, performasi siswa, dan performasi siswa. Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu. 

Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
Kesalahan-kesalahan yang sering kali dilakukan oleh peneliti dalam penelitian korelasional yaitusebagai berikut.
•    Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
•    Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
•    Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
•    Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
•    Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
•    Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
•    Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
•    Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur




Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional

            Penelitian korelasional mempunyai kelebihan antara lain yaitu: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan); dan penelitian korelasional juga mampu memberikan informasi  tentang derajat kekuatan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Selanjutnya, penelitian ini bermanfaat untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, sosial, ekonomi. Penelitian korelasional ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel yang diselidiki secara intensif dan penelitian ini bisa melakukan analisis prediksi tanpa membutuhkan sampel yang besar.
            Sedangkan, untuk kelemahan penelitian korelasional diantaranya: hasilnya hanya mengidentifikasi sesuatu sejalan dengan sesuatu, tidak harus menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; bila dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional ini kurang tertib dan ketat, karena kurang melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebasnya; pola saling berhubungan itu sering tidak menentu dan kabur atau kurang jelas; sering merangsang penggunanya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukan berbagai data tanpa melakukan pemilihan dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
D.    Metode Penelitian Kausal Komparatif

Pengertian Metode Penelitian Kausal Komparatif
            Studi kausal-komperatif adalah suatau penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan skema hubungan dan pengaruh yang lebih dalam dari dua tau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan penyebab atau alasan adanya perbedaan prilaku atau status kelompok indifidual. Studi kausal-komperatif ini merupakan tindak lanjut dari studi korelasional. Jika studi korelasional menggambarkan derajat hubungan antara dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti, maka studi kausal-komperatif menggambarkan sedemikian rupa hubungan sebab akibat ( sumanto, 1995:107)
Penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu variabel (objek penelitian), antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda dan menemukan hubungan sebab-akibatnya (Marzuki, 1999:122). Sementara itu, menurut Kerlinger (dikutip Emzir, 2010:119) penelitian kausal komparatif (causal comparative research) yang disebut juga penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis di mana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena keberadaan dari variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi.
Kemudian, Gay (dikutip Emzir, 2010:119) mengemukakan bahwa studi kausal komparatif atau ex post facto adalah penelitian yang berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu. Dengan kata lain, penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini pendekatan dasarnya adalah memulai dengan adanya perbedaan dua kelompok dan kemudian mencari faktor yang mungkin menjadi penyebab atau akibat dari perbedaan tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas, sebagian ahli  menyebutkan ex post facto(bahasa latin ‘setelah fakta’) karena peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, melainkan langsung melihat hasilnya. Dari hasil yang diperoleh tersebut peneliti mencoba mencari sebab-sebab terjadinya peristiwa itu (Subana dan Sudrajat, 2009:42).
Dalam bidang pendidikan penelitian kausal komparatif ini tepat digunakan apabila penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dan pengaruh antara dua variable. Nilai penelitian kausal komparatif terletak pada upaya menggambarkan hubungan sebab akibat dan pengaruh tertentu berdasarkan kerangka teori pendidikan tertentu. Contohnya penelitian pengaruh tingkat sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa dapat menggunakan metode ini.


 Tujuan dari Metode Penelitian Kausal Komparatif
Tujuan penelitian kausal-komperatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara : berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali faktor yang mungkin terjadi penyebab melalui data tertentu. Hal ini berlainan degan metode eksperimental yang mengumpulkan datanya pada waktu kini dalam kondisi yang dikontrol.

Ciri-ciri Metode Penelitian kKusal Komparatif
Penelitian kausal komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti mengambil satu atau lebih akibat (sebagai “dependent variable”) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya.

Langkah langkah Metode Penelitian Kausal Komparatif
Menurur Emzir (2010:125) penelitian kausal komparatif dilakukan dalam lima tahap yakni, (1) merumuskan masalah, (2) menentukan kelompok yang memiliki karakteristik yang ingin diteliti, (3) pemilihan kelompok pembanding, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.
Sementara itu, terdapat pula langkah-langkah pokok dalam studi kausal komparatif sebagai berikut.
(1)   Definisikan masalah.
(2)   Lakukan penelaahan keperpustakaan.
(3)   Rumuskan hipotesis-hipotesis.
(4)   Rumuskan asumsi-asumsi yang mendasari hipotesis-hipotesis itu serta prosedur-prosedur yang akan digunakan.
(5)   Rancang cara pendekatannya:
a.       Pilihlah subjek-subjek yang akan digunakan serta sumber-sumber yang relevan;
b.      Pilihlah atau susunlah teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data;
c.       Tentukan kategori-kategori untuk mengklasifikasi data yang jelas, sesuai dengan tujuan studi, dan dapat menunjukkan kesamaan atau saling berhubungan.
(6)   Validasikan teknik untuk mengumpulkan data itu, dan interpretasikan hasilnya dalam cara yang jelas dan cermat.
(7)   Kumpulkan dan analisis data.
(8)   Susun laporannya.

Contoh-contoh Metode Penelitian Kausal Komparatif
(1)    Penelitian mengenai faktor-faktor yang menjadi ciri-ciri pribadi yang gampang dan tidak gampang mendapat kecelakaan dengan menggunakan data yang berwujud catatan –catatan yang ada pada perusahaan asuransi.
(2)   Mencari pola tingkah laku dan prestasi belajar yang berkaitan dengan perbedaan umur pada waktu masuk sekolah, dengan cara menggunakan data deskriptif mengenai tingkah laku dan skor test prestasi belajar yang terkumpul sampai anak-anak yang bersangkutan kelas VI SD.
(3)   Penelitian untuk menentukan ciri-ciri guru yang efektif dengan mempergunakan data yang berupa catatan mengenai sejarah pekerjaan selengkap mungkin.
(4)   Misalnya seorang dosen mata kuliah berbicara mewajibkan mahasiswa tingkat I jurusan bahasa Indonesia dihadapan teman-temannya. Diketahui ternyata ada lancar dan ada yang tidak, khususnya dalam menggunakan bahasa Indonesia, padahal mereka padahal mahasiswa jurusan bahasa Indonesia. Dapat digunakan judul “Pengaruh Bahasa Ibu, Lingkungan di Luar Rumah, dan Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA terhadap Kemahiran Berpidato Mahasiswa Tingkat I Jurusan Bahasa Indonesia”.
Identifikasi masalah:
1.   Penelitian beranggapan bahwa ada hubungan kausal antara ketiga faktor pada judul diatas terhadap kemahiran berpidato. Pelajaran bahasa Indonesia di SMA berpengaruh terhadap kemahiran.
 2.    Variabel bebas       :
1)      Bahasa ibu
2)      Lingkungan di luar rumah
3)      Pelajaran bahasa indonesia di SMA
3     .Variabel terikat     : Kemahiran berpidato
4.    Rumusan Masalah: “Apakah faktor-faktor bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran bahasa indonesia di SMA berpengaruh terhadap kemahiran berpidato”.
5.    Hipotesis : “faktor-faktor bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran bahasa indonesia di SMA berpengaruh secara signifikan terhadap kemahiran berpidato mahasiswa jurusan bahasa indonesia.

 Keunggulan-keunggulan Metode Penelitian Kausal Komparatif
1.      Metode kausal-komperatif adalah baik untuk keadaan kalau metode  yang lebih kuat, yaitu eksperimental, tak dapat digunakan:
a.       Apabila tidak selalu mengkin untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat secara langsung.
b.      Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.
c.       Apabila kontrol di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian dalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan/dipertanyakan.
2.      Studi kausal-komperatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa yang sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dan sejanis dengan itu.
3.      Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan ddengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausal-komperatif itu lebih dapat dipertanggung jawabkan.


Kelemahan-kelemahan Metode Penelitian Kausal Komparatif
1.      Kelemahan utama setiap rancangan ex post facto adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. Dalam batas-batas pemilihan yang dapat dilakukan, penelitian harus mengambil fakta-fakta yang dijumpainya tanpa kesempatan untuk mengatur kondisi-kondisinya atau memanipulasikan variabel-variabel yang mempengaruhi fakta-fakta yang dijumpainya itu. Untuk dapat mencapai kesimpulan yang sehat, peneliti harus mempertimbangkan segala alasan yang mungkin ada atau hipotesis-hipotesis saingan yang mungkin diajukan yang mungkin mempengaruhi hasil-hasil yang dicapai. Sejauh peneliti dapat dengan sukses membuat justifikasi kesimpilannya terhadap alternatif-alternatif lain itu, dia ada dalam posisi yang secara relatif kuat.
2.      Adalah sukar untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.
3.      Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek nyang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat kompleks.
4.      Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain.
5.      Apabila saling hubungan antara dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
6.      Kenyataan bahwa dua, atau lebih, faktor saling berhungan tidaklaj mesti memberi implikasi adanya hubungan sebab-akibat. Kenyataan itu mungkin hanyalah karena faktor-faktor tersebut berkaitan dengan faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terobservasi.
7.      Menggolong-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori semacam itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tidak mantap. Seringkali penelitian yang demikian itu tidak menghasilkan penemuan yang berguna.
8.      Studi komperatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subjek secara terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam hal dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar.


E.     METODE EKSPERIMEN
Pengertian Penelitian Eksperimen
            Penelitian eksperimen merupakan suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan. Penelitian eksperimen, tentu saja dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis. Karena itu, setelahnya masalah dibatasi dengan tegas, peneliti perlu mengembangkan hipotesis yang akan di ujinya. Dalam  pengujian dimaksud hipotesisnya boleh jadi bisa diterima tapi bisa juga ditolak. Diterima atau ditolaknya hipotesis itu, tergantung pada hasil observasi terhadap hubungan variabel pada objek eksperimen.(http://sucifitrianti.blogspot.com/2013/10/makalah-penelitian-eksperimen.html)
            Menurut Hadi (1985) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Latipun (2002) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi.
            Menurut Sukardi (2011:180), penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu penelitian di dalam laboratorium dan di luar laboratorium. Sehubungan dengan subjek dalam pendidikan adalah siswa, penelitian yang paling banyak dilakukan adalah di luar laboratorium. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa keunggulan yang dimiliki oleh penelitian di luar laboratorium. Selain itu, penelitian eksperimen juga lebih cocok dilakukan dalam bidang pendidikan.  Hal ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut: 
a)    metode pengajaran yang lebih tepat disetting secara alami dan dikomparasikan di dalam keadaan yang tidak biasa;
b)   penelitian dasar dengan tujuan menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah.
            Berdasarkan definisi dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian dan menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain atau yang sama sekali tidak diberikan tindakan dengan kondisi yang terkendali.


Variabel dan Subyek Penelitian Eksperimen
            Penelitian eksperimen memiliki khas yaitu menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain dan menguji hipotesis hubungan sebab-akibat. Variabel penelitian pada dasarnya segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Hats dan Faraday (1981) variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan orang yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.  (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
            Dalam penelitian eksperimen dikenal tiga kelompok variabel yaitu variabel eksperimen (variabel yang diberikan treatment/tindakan), variabel kontrol atau pembanding dan variabel luar (extraneous variabel) yaitu variabel pengganggu yang sulit untuk diprediksi dan dikendalikan tetapi mempengaruhi hasil penelitian.  (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
            Eksperimen dimulai dengan mengembangkan hipotesis hubungan sebab-akibat anatara variabel terikat dan variabel bebasnya. Selanjutnya dilakukan berturut-turut pengukuran nilai (kualitas) variabel terikatnya (pretest), mengenakan perlakuan (kondisi pengubah nilai) terhadap variabel bebasnya, dan mengukur kembali nilai variabel terikatnya (posttest) untuk melihat ada tidaknya perubahan nilai.
            Masalah pokok dalam melaksanakan eksperimen adalah menjaga kondisi eksperimen sedemikian sehingga tidak ada faktor lain yang sempat menyertai jalannya eksperimen yang dapat mengacaukan atau mengaburkan pengukuran hasil penelitian (posttest). Dalam penelitian pendidikan, variabel yang bisa dimanipulasi termasuk metode pengajaran, jenis penguatan, pengaturan lingkungan belajar, jenis materi belajar dan ukuran kelompok belajar. Variabel terikat juga diacu sebagai variabel kriteria atau variabel pengaruh dari hasil studi. Perubahan atau perbedaan dalam kelompok dipercaya sebagai suatu hasil manipulasi variabel bebas.
            Suatu penelitian, termasuk eksperimen, perlu menetapkan target populasi. Untuk penelitian eksperimen dibutuhkan keadaan populasi yang relatif homogen. Homogenitas populasi ini berguna bagi kemudahan dalam pengambilan sampel dan perlakuan yang hendak diberikan. Jika upaya homogenitas ini dicapai secara maksimal, maka sangat membantu peningkatan validitas penelitian. Homogenitas subyek penelitian dapat dicapai dengan membatasi ciri populasi, diantaranya :
1.    Aspek tempat atau geografis, merupakan tempat tinggal subjek (provinsi, kabupaten, sekolah).
2.    Aspek subjek sendiri, seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, dll.
3.    Aspek sosial, yang mencakup kelas sosial, keluarga, dan lingkungan sosial.
Penelitian biasanya dilakukan terhadap sampel, yaitu sebagian dari populasi. Subjek penelitian yang menjadi sampel seharusnya representatif populasinya. Kerepresantatifan sampel dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a.    Jumlah sampel
Jumlah sampel merupakan banyaknya kelompok sampel yang dibutuhkan dalam suatu eksperimen. Jumlah sampel ini ditentukan oleh desain eksperimennya. Contohnya, jika suatu eksperimen dilakukan untuk melakukan komparasi dua macam perlakuan misalnya pemberian pelatihan keterampilan sosial pada satu kelompok, dan tidak ada perlakuan pada kelompok lain, maka jumlah sampel yang dibutuhkan ada dua (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol). Dalam suatu eksperimen yang lain, dapat saja komparasi dua macam perlakuan itu dilakukan terhadap satu sampel. Dengan demikian jumlah sampel sangat bergantung pada desain penelitian.
b.    Besar anggota sampel
Besar anggota sampel dalam eksperimen tidak ditentukan oleh besarnya populasi, tetapi ditentukan oleh kekuatan pengaruh perlakuan dari studi-studi sebelumnya. Suatu perlakuan yang memiliki pengaruh yang kuat pada perubahan variabel terikat (perilaku) berdasarkan studi atau penelitian terdahulu diperlukan anggota sampel yang relatif lebih sedikit, dan semakin lemah pengaruh suatu perlakuan pada variabel terikat dibutuhkan anggota sampel yang relatif lebih banyak.
c.    Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian eksperimen dapat dilakukan dua teknik, yaitu sebagai berikut :
1)      Random
        Random merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas probabilitas bahwa setiap unit sampling memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Ada beberapa teknik random yang dapat digunakan dalam menetapkan anggota sampel sebagai berikut :
a)      Random sederhana (simple random), dilakukan dengan memilih setiap individu yang menjadi sampel secara random. Biasanya dilakukan dengan undian.
b)      Pemilihan urutan nomor (random ordering) yaitu pemilihan anggota sampel atas dasar urutan nomor unit sampling. Yang dipilih sebagai sampel dapat ditetapkan atas dasar nomor genap saja atau nomor ganjil saja atau kelipatan angka tertentu sehingga jumlah anggota sampel yang dibutuhkan terpenuhi.
c)      Random berdasarkan tabel. Random berdasarkan tabel yaitu penentuan anggota sampel secara sistematis yang dilakukan dengan hanya memilih individu pertama saja yang dipilih secara random sementara invidu berikutnya terpilih menurut aturan yang ditetapkan berdasarkan tabel random.
d)     Seleksi komputer, yaitu penentuan anggota sampel berdasarkan nomor random yang diprogram di komputer.
2)      Non random
Non random disebut juga sampel non probabilitas. Teknik pengambilan sampel tidak dengan random tetapi dengan pertimbangan tertentu. Jika dalam pemilihan anggota sampel dilakukan dengan tidak cermat, cara non random ini tidak dapat memperoleh sampel yang representatif.
Sesuai dengan sifatnya, penentuan sampel non random memiliki banyak kesulitan dalam mencapai keadaan yang representatif karena dimungkinkan banyak bias yang terjadi secara sistematis yaitu dimungkinkan ada unsur kesengajaan dari peneliti. Jika teknis ini terpaksa dilakukan dalam penelitian eksperimen maka peneliti haruslah melakukannya secara hati-hati.
Tujuan Penelitian Eksperimen 
            Tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode problem solving) terhadap prestasi belajar dan kemampuan komunikasi matematika pada siswa SMP atau untuk menguji hipotesistentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut jika dibandingkan dengan metode konvensional. Selanjutnya, tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya.
            Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut jika dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.

Karakteristik Penelitian Eksperimen
            Menurut Ary (1985), ada tiga karakteristik penting dalam penelitian eksperimen antara lain: (http://www.statistikian.com/2012/10/penelitian-experimen.html)
a)      Variabel bebas yang dimanipulasi
Memanipulasi variable adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah. Perlakuan tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka untuk memperoleh perbedaan efek dalam variable yang terkait.
b)      Variabel lain yang berpengaruh dikontrol agar tetap konstan
Menurut Gay (1982), control is an effort on the part of researcher to remove the influence of any variable other than the independent variable that ought affect performance on a dependent variable.
Dengan kata lain, mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi variable terkait. Dalam pelaksanaan eksperimen, grup eksperimen dan grup kontrol sebaiknya diatur secara intensif agar karakteristik keduanya mendekati sama.
c)      Observasi langsung oleh peneliti
Tujuan dari kegiatan observasi dalam penelitian eksperimen adalah untuk melihat dan mencatat segala fenomena yang muncul yang menyebabkan adanya perbedaan diantara dua grup.
Karakteristik yang selalu ada dalam penelitian eksperimental adalah adanya tindakan manipulasi variabel yang secara terencana dilakukan oleh peneliti. Memanipulasi variabel ini tidak mempunyai arti yang negatif, seperti yang terjadi diluar konteks penelitian. Yang dimaksud dengan manipulasi dalam hal ini, menurut Sukardi (2003), yaitu tindakan atau perlakuan yang dilakukan oleh seorang peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka guna memperoleh perbedaan efek dalam variabel terikat. 
Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yaitu : (http://badrulwajdi.blogspot.com/2011/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html)
1.    Variabel-variabel penelitian dan kondisi eksperimen diatur secara tertib ketat (rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun random (acak).
2.    Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimen.
3.    Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
4.    Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimen yang dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
5.    Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan menggeneralisasikan pada kondisi yang sama.
6.    Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

Menurut John W. Creswell (2008) sebelum melakukan penelitian eksperimen, kita harus memahami karakteristik yang ada pada penelitian eksperimen, yaitu: (http://ismetis.blogspot.com/2013/10/metode-penelitian-eksperimen.html)
1.      populasi dipilih secara acak;
2.      memiliki variabel kontrol;
3.      treatment (tindakan);
4.      hasil dapat diukur dengan instrument penelitian;
5.      membandingkan kelompok variabel;
6.      validitas terukur.
Tiga unsur penting yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian ini, yaitu:
a)      Variabel kontrol,
Variabel kontrol adalah inti dari metode eksperimen, karena variabel kontrol inilah yang akan menjadi standar dalam melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yang terjadi akibat perbedaan perlakuan yang diberikan.
b)      Manipulasi,
Dalam penelitian ini, yang dimanipulasi adalah variabel independent dengan melibatkan kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda.
c)       Pengamatan.
Setelah peneliti menerapkan perlakuan eksperimen, harus mengamati untuk menentukan apakah hipotesis perubahan telah terjadi (Observasi).
·         Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik penelitian eksperimen adalah antara lain :
1)   Manipulasi Variabel
Bila kita melakukan eksperimen, maka secara sengaja kita mengintervensi terjadinya hubungan kausal. Situasi (variabel bebas) yang diasumsi sebagai penyebab munculnya gejala (variabel terikat) secara sengaja dimaniulasi variabel itu dilakukan dengan menempatkan subjek pada situasi tersebut, dan mencegah kemungkinan munculnya faktor lain yang dapat mencemari situasi itu.
2)      Kontrol
Kesimpulan tentang hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel terikat dengan valid, bila dilakukan pengontrolan pengaruh variabel lain terhadap variabel terikat. Pengontrolan ini menggunakan apa yang disebut ctengan kelompok kontrol. Dalam berbagai segi, keberadaan kelompok kontrol sarna dengan kelompok eksperimen. Satu-satunya perbedaan adalah, pada kelompok eksperimen diberi perlakuan (treatment), sedangkan pada kelompok control tidak ada perlakuan. Dengan demikian, bila muncul gejala yang berbeda antara kedua kelompok, maka itu dianggap sebagai pengaruh perlakuan atau treatment effect.
3)      Penugasan Random
Dalam konteks eksperimen, perandoman dilakukan dalam dua kegiatan, yaitu dalam memilih subjek yang menjadi sampel (pemilihan random atau random selection), dan dalam menugaskan setiap subjek yang menjadi sampel ke dalam salah satu dari kelompok eksperimen atau kelompok kontrol, yang disebut dengan penugasan random alau random assignment. Pemilihan random berfungsi membuat kelompok subjek yang menjadi sampel itu representatif terhadap populasi. Adapun fungsi penugasan random adalah agar sebelum pelaksanaan eksperimen, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol keadaannya sama (homogen), sehingga bila setelah eksperimen terjadi perbedaan pada kedua kelompok itu, perbedaan yang terjadi adalah pengaruh dari perlakuan.
4)      Treatment (Perlakuan)
Eksperimen pada intinya sama dengan observasi. Perbedaan antara keduanya terletak pada objek yang diamati. Pada observasi yang bukan eksperimen, objek yang diamati telah ada, sedangkan pada eksperimen objek yang diamati itu diciptakan situasi munculnya oleh peneliti. Memunculkan objek pengamatan itu adalah melalui perlakuan atau treatment.
Jenis Penelitian Eksperimen 
Rancangan Penelitian Eskperimen digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua variabel, dimana sebabnya merupakan intervensi peneliti.
Rancangan penelitian eksperimen terdiri dari :
(a)    Preexperiments
Pra Eskperimen adalah penelitian eksperimen yang hanya menggunakan kelompok studi tanpa menggunakan kelompok kontrol, serta pengambilan respondin tidak dilakukan randomisasi. Disebut preexperiments karena desain ini belum merupakan desain sungguh-sungguh. Masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu ukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dikarenakan tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random.
Dalam penelitian ini, kelompok diberikan tes awal sebelum perlakuan eksperimental. Setelah treatment selesai, tes akhir diberikan untuk melihat prestasi. Efektivitas perlakuan pembelajaran diukur dengan membandingkan skor rata-rata tes awal dan tes akhir. Ketika ternyata bahwa skor rata-rata tes akhir secara signifikan lebih tinggi dari skor rata-rata tes awal, maka disimpulkan bahwa perlakuan pembelajaran efektif.
Dalam preexperimental design terdapat tiga alternatif desain sebagai berikut:
1)      Studi Kasus Bentuk Tunggal (One-shot Case Study)
            Jenis one-shot case study dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian. Dimana dalam rancangan penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya. Dalam penyelenggaraan rancangan ini subjek disajikan dengan beberapa perlakuan, hanya tidak terdapat kelompok pembanding dan tanpa skor tes awal.
Adapun bagan dari one-shot case study  adalah sebagai berikut:
Dengan X: kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O: kejadian pengukuran atau pengamatan.
Bagan tersebut dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya.
Contoh: Pengaruh penggunaan Komputer dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O).
2)      Tes Awal - Tes Akhir Kelompok Tunggal ( The One Group Pretest – posttest)
Dalam rancangan ini, pengaruhatau efek suatu tritmen diputuskan berdasarkan perbedaan antara pretest dengan posttes. Kalau pada rancangan “a” tidak ada pretest, maka pada rancangan ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut:
Pengaruh perlakuan: O1 – O2.
Desain ini mempunyai beberapa kelemahan, karena akan menghasilkan beberapa ukuran perbandingan. Kelemahan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor historis (tidak menghasilkan perbedaan O1 dan O2), maturitation (subjek penelitian dapat mengalami kelelahan, kebosanan, atau kelaparan dan kadang enggan menjawab jika dinilai tidak sesuai dengan nilai yang berlaku), serta pembuatan instrument penelitian. Kejelekannya yang paling fatal adalah tidak akan menghasilkan apapun.
3)      Perbandingan Kelompok Statis ( The Static Group Comparison Design)
Pada rancangan ini membandingkan suatu kelompok yang menerima tritmen eksperimental dengan kelompok lainnya yang tak mendapat tritmen.
Pada rancangan ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).Masalah yang akan muncul dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang akan diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih secara acak.
Adapun bagan desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
O1: hasil pengukuran satu grup yang diberi perlakuan, dan O2: hasil pengukuran satu grup yang tidak diberi perlakuan.
Pengaruh perlakuan: O1 – O2.
Ketiga bentuk desain preexperiment itu jika diterapkan untuk penelitian akan banyak variabel luar masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal penelitian menjadi rendah.
(b)   True Experiment
True Experiment Design adalah penelitian experimen dimana kelompok studi dan kelompok kontrol pengambilan sample-nya dilakukan secara randomisasi, serta pada kelompok studi dilakukan intervensi variabel sebab sedang pada kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi.
Disebut sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian, validitas internal (kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true experiments menurut Suryabrata (2011 : 88) adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan.
True experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalam true experiments pasti ada kelompok kontrol dan pengambilan sampel.
Berikut jenis penelitian yang termasuk dalam true experiments:
1.      Rancangan Secara Acak dengan Tes dan Kelompok Kontrol (Posstest-Only Control Design )
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Nilai tes akhir menjadi digunakan untuk mengukur hasil perlakuan. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Bagan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pengaruh adanya perlakuan adalah (O1:O2). Dalam penelitian, pengaruh perlakuan dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perbedaan yang signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
2.      Rancangan Secara Acak dengan Tes Awal dan Tes Akhir  dengan Kelompok Kontrol ( The Pretest - Posttest Control Goup Design)
Dalam rancangan ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Bagan dari desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pengaruh perlakuan adalah: (O2 - O1) - (O4 - O3).
3.      Rancangan Secara Acak Empat Kelompok Solomon ( The Solomon Four Group Design )
Dalam rancangan ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat kelompok ini diberi posttes.
(c)    Factorial Design
Desain merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan terhadap hasil. Semua grup dipilih secara random kemudian diberi pretest. Grup yang akan digunakan untuk penelitian dinyatakan baik jika setiap kelompok memperoleh nilai pretest yang sama.
(d)   Quasy Experiment
Quasiexperiments disebut juga dengan eksperimen pura-pura. Bentuk desain ini merupakan pengembangan dari trueexperimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan jika peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya. Dalam eksperimen ini, jika menggunakanrandom tidak diperhatikan aspek kesetaraan maupun grup kontrol.
Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen
Menurut Sukardi, (2003) pada umumnya, penelitian eksperirnen dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut :
1.      Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.
2.      Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
3.      Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah.
4.      Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan:
a)      Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen.
b)      Menentukan cara mengontrol.
c)      Memilih rancangan penelitian yang tepat.
d)     Menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian.
e)      Membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.
f)       Membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.
g)      Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis.
5.      Melaksanakan eksperimen.
6.      Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.
7.      Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.
8.      Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya.
9.      Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan
Validitas Penelitian
            Suatu eksperimen mempunyai kostribusi yang berarti bagi pengembangan pengetahuan. Kata validitas berarti dapat diterima atau absah. Istilah ini mengandung pengertian bahwa sesuatu yang dinyatakan valid atau absah berarti telah sesuai dengan kebenaran yang diharapkan sehingga dapat diterima dalam suatu kriteria tertentu. Validitas dalam penelitian eksperimen mengandung beberapa kelemahan yang harus dipertimbangkan, antara lain:
(1) internal validity,
(2) eksternal validity,
(3) statistical conclution validity,
(4) construct validity
Dalam setiap penelitian eksperimental yang berkaitan dengan validitas internal mengandung beberapa kelemahan. Menurut Cambell dan Stanley dalam Ross dan Morrison (2003 : 1024) ada beberapa kelemahan dalam validitas internal, antara lain:history, maturation, testing, instrumentation, selection, statistical regretion, experiment mortality, diffusion of treatments. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
(a)    history
Banyak kejadian di masa lampau yang dapat mempengaruhi validitas penelitian eksperimen yang disebabkan oleh adanya interaksi antar individu.
(b)   maturation
Beberapa perubahan dapat terjadi pada dependent variable yang berfungsi dalam kurun waktu dan bukannya kejadian yang spesifik ataupun kondisi tertentu. Terutama berkaitan dnegan jangka waktu pengamatan yang memakan waktu lama.
(c)     testing
Proses pengujian juga dapat menimbulkan distorsi yang akan mempengaruhi hasil eksperimen.
(d)   instrumentation
Instrumen yang digunakan dalam penelitian eksperimen kadang kala sudah tidak sesuai lagi dengan standar yang berlaku.
(e)     selection
Peneliti kadang masih menggunakan unsur subjektifitas dalam memilih orang yang akan dijadikan objek eksperimen yang baik.
(f)     statistical regretion
Peneliti kadangkala dihadapkan pada kesulitan apabila hasil yang diperoleh dalam penelitian menghasilkan skor yang ekstrim.
(g)    experiment mortality
Dalam penelitian eksperimen seringkali terjadi perubahan komposisi kelompok yang diobservasi. Ada anggota kelompok yang harus didrop karena tidak sesuai dengan situasi pengetesan saat tertentu.
Selain dipengaruhi oleh validitas internal, eksperimen juga dipengaruhi oleh validitas eksternal, antara lain:
a)      interaction of treatments and treatments
Kelemahan ini terjadi apabila pengalaman responden lebih dari satu treatment. Seseorang yang dipilih sebagai objek eksperimen mungkin pernah mengalami eksperimen yang sama maka pengamatan kedua terhadap si responden tersebut akan menjadi bias.
b)      interaction of testing and treatment
Dalam eksperimen pretest, responden harus dipekakan agar mendorong eksperimen dengan alternatif yang berbeda.
c)      interaction of selection and treatment
Hal ini menimbulkan pertanyaan dalam membuat generalisasi antara beberapa kategori manusia antar grup. Sebab diantara mereka telah terjadi hubungan original yang telah terbentuk sebelumnya.
d)     interaction of setting and treatment
Antara setting penelitian dengan treatment yang dilakukan akan terjadi interaksi diantara keduanya. Dengan demikian interaksi keduanya akan mendukung jalannya proses penelitian yang sedang dilakukan.
e)      interaction of history and treatment
Kadangkala terjadi hubungan sebab akibat antara kejadian masa lalu dan masa sekarang yang merupakan kejadian tak biasa dan berpotensi tidak dapat diukur dalam penelitian.
Selanjutnya, untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, ada empat strategi umum yang dapat digunakan untuk memperbaiki validitas eksternal, antara lain:
(a) Menggunakan pilihan acak (randomly) untuk memilih orang, setting, atau waktu yang digunakan dari populasi yangada agar generalisasi menjadi lebih baik.
(b) Membuat agar grup individu, manusia ataupun settingnya dibuat heterogen. Langkah ini ditempuh jika pendekatan random tidak dapat digunakan.
(c) Individu, setting, dan waktu dikonsentrasikan agar memperoleh satu grup modal populasi.
(d) Menggunakan terget populasi yang spesifik (individu, seting, waktu) untuk memenuhi target yang ingin dicapai.
Dalam setiap penelitian eksperimen perlu diketahui persoalan-persoalan tentang internal maupun eksternal validitas agar subjektifitas dalam penelitian dapat dihindari.
Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Eksperimen
            Dalam penelitian eksperimen terdapat keunggulan jika dibandingkan dengan penelitian lainnya.
·         Ekperimen didesain untuk dapat mengendalikan secara ketat pada variabel-variabel ekstra yang tidak beruhubungan dengan variabel yang sedang di amati.
·         Penelitian eksperimen memiliki efisiensi yang tinggi. Penelitian eksperimen dapat dilakukan pada populasi yang terbatas, sehingga tidak membutuhkan banyak subyek untuk terlibat dalam proses eksperimen. Suatu eksperimen yang diketahui memiliki pengaruh yang kuat membutuhkan partisipan yang tidak terlalu besar, sehingga akan meringankan kerja eksperimen
 dekatan random tidak dapat digunakan.
(c) Individu, setting, dan waktu dikonsentrasikan agar memperoleh satu grup modal populasi.
(d) Menggunakan terget populasi yang spesifik (individu, seting, waktu) untuk memenuhi target yang ingin dicapai.
Dalam setiap penelitian eksperimen perlu diketahui persoalan-persoalan tentang internal maupun eksternal validitas agar subjektifitas dalam penelitian dapat dihindari.
Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Eksperimen
            Dalam penelitian eksperimen terdapat keunggulan jika dibandingkan dengan penelitian lainnya.
·         Ekperimen didesain untuk dapat mengendalikan secara ketat pada variabel-variabel ekstra yang tidak beruhubungan dengan variabel yang sedang di amati.
·         Penelitian eksperimen memiliki efisiensi yang tinggi. Penelitian eksperimen dapat dilakukan pada populasi yang terbatas, sehingga tidak membutuhkan banyak subyek untuk terlibat dalam proses eksperimen. Suatu eksperimen yang diketahui memiliki pengaruh yang kuat membutuhkan partisipan yang tidak terlalu besar, sehingga akan meringankan kerja eksperimen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar